Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Beryl Christoper Fernando Utomo

Budaya Scroll TikTok, Apa Penyebabnya?

Gaya Hidup | 2024-12-12 22:17:30

TikTok Tangguhkan Jutaan Akun dan Konten Terindikasi Hoaks | Republika  Online Mobile

TikTok, aplikasi media sosial berbasis video pendek, telah merevolusi cara orang menikmati hiburan dan mengonsumsi informasi. Sejak diluncurkan pada 2016, TikTok tumbuh pesat menjadi salah satu platform paling berpengaruh di dunia, terutama di kalangan Generasi Z dan milenial. Dengan konten kreatif yang tak ada habisnya, fitur interaktif, dan algoritma yang cerdas, TikTok berhasil menciptakan fenomena global yang dikenal sebagai “budaya scroll.”

Budaya ini, yang membuat pengguna terus-menerus menggulir layar untuk menonton video berikutnya, kini menjadi bagian dari gaya hidup modern. Di balik keasyikannya, kebiasaan ini membawa dampak yang lebih besar dari sekadar hiburan, memengaruhi produktivitas, hubungan sosial, bahkan kesehatan mental penggunanya. TikTok tidak hanya menghibur, tetapi juga menciptakan tantangan baru yang membutuhkan perhatian dan kesadaran.

Mengapa TikTok Begitu Memikat?

Kekuatan utama TikTok terletak pada algoritmanya. TikTok mampu menganalisis preferensi pengguna secara real-time, menampilkan konten yang paling relevan dan menarik di For You Page (FYP). Proses ini membuat pengguna terus merasa “terhubung” dengan video yang mereka sukai, menciptakan siklus hiburan yang sulit dihentikan. Menurut Data.ai (2023), pengguna TikTok menghabiskan rata-rata 95 menit per hari di aplikasi ini, lebih tinggi dibandingkan platform media sosial lainnya seperti Instagram atau YouTube.

Selain itu, TikTok memanfaatkan elemen visual dan audio secara optimal. Lagu-lagu viral, tantangan menarik, hingga tren komedi membuat pengguna merasa terus ingin menonton “satu video lagi.” Kombinasi ini menjadikan TikTok sebagai platform yang sangat memikat, tetapi juga berpotensi menciptakan kebiasaan konsumsi berlebihan.

Budaya Scroll: Antara Hiburan dan Produktivitas

Budaya scroll TikTok memberikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, platform ini menjadi sumber hiburan, inspirasi, dan informasi. Banyak pengguna menemukan ide kreatif, tips edukasi, hingga tren bisnis terbaru dari video TikTok. Misalnya, konten edukasi seperti “TikTok belajar” telah membantu banyak siswa memahami konsep-konsep sulit dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.

Namun, di sisi lain, budaya scroll dapat berdampak pada produktivitas. Ketika waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja, belajar, atau beristirahat habis karena scrolling, hal ini dapat memengaruhi keseimbangan hidup pengguna. Fenomena ini dikenal sebagai “doomscrolling,” yaitu kebiasaan konsumsi konten secara terus-menerus tanpa sadar waktu. Studi dari Harvard Business Review (2022) menunjukkan bahwa scrolling berlebihan dapat memengaruhi fokus, tingkat stres, bahkan kualitas tidur pengguna.

Dampak Sosial dari Budaya Scroll

Budaya scroll TikTok juga berdampak pada cara manusia berinteraksi. Banyak orang kini lebih memilih mencari hiburan di TikTok daripada bersosialisasi secara langsung. Akibatnya, meskipun aplikasi ini menghubungkan orang melalui konten, banyak pengguna merasa terisolasi di dunia nyata. Ironisnya, TikTok yang seharusnya menjadi media penghubung justru dapat memperkuat budaya individualisme.

Di sisi lain, TikTok juga berperan dalam menciptakan komunitas virtual yang solid. Tren dan tantangan tertentu sering kali menjadi medium untuk berinteraksi secara global, memperkuat rasa kebersamaan di tengah keberagaman. Hal ini terlihat dari tantangan seperti “Black Lives Matter TikTok,” yang berhasil mengedukasi jutaan pengguna tentang isu sosial penting secara kreatif.

Menikmati TikTok dengan Bijak

Untuk menjaga keseimbangan, penting bagi pengguna untuk mengelola waktu yang dihabiskan di TikTok. Beberapa langkah sederhana seperti mengatur batas waktu harian di aplikasi, memanfaatkan fitur “screen time,” atau memprioritaskan konten edukasi daripada hiburan dapat membantu menghindari kecanduan.

Selain itu, pengguna juga perlu lebih selektif terhadap konten yang mereka konsumsi. Memilih untuk mengikuti kreator yang memberikan dampak positif, seperti edukasi atau inspirasi bisnis, dapat menjadikan pengalaman TikTok lebih bermanfaat.

Kesimpulan

Budaya scroll TikTok adalah fenomena yang mencerminkan era digital saat ini. Dengan pendekatan yang tepat, platform ini bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat, baik untuk hiburan maupun produktivitas. Namun, pengguna perlu bijak dalam mengelola waktu dan memilih konten yang dikonsumsi, agar TikTok tidak hanya menjadi tempat “scroll tanpa henti,” tetapi juga sarana untuk berkembang secara kreatif dan intelektual.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image