Bahaya Mengonsumsi Makanan dan Minuman Manis Bagi Kesehatan
Edukasi | 2024-12-12 19:59:09NAMA : OCTAFIA TREZYE DHARMAWAN PUTRI
NIM : 005241094
FAKULTAS : VOKASI
PRODI : D3 KEPERAWATAN
PDB 23
Pada abad ke-21, salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang terbesar adalah transisi epidemologi penyakit dengan peningkatan kematian akibat penyakit tidak menular, salah satunya diabetes melitus (Anggrowati, 2022). Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dalam studi populasi diabetes melitus menjelaskan bahwa pada tahun 2000 di Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar dengan jumlah 8,4 juta jiwa. Sedangkan urutan pertama dengan jumlah 31,7 juta orang terjadi di India, disusul China dengan jumlah 20,8 juta orang, dan Amerika Serikat dengan jumlah 17,7 juta orang (WHO, 2020). Berdasarkan data WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah diabetes melitus yang signifikan, dan jumlah penderitanya diperkirakan akan meningkat drastis pada tahun 2030. Dengan kemajuan IPTEK dan perubahan gaya hidup manusia makanan dan minuman manis kerap menjadi pilihan anak muda saat ini, sebab rasanya yang enak, mudah diperoleh, dan harga yang cukup terjangkau, serta efek instan yang sulit dihindari. Namun, pengetahuan masyarakat mengenai bahaya konsumsi gula berlebih masih tergolong rendah, sehingga seringkali mereka kurang memperhatikan mengenai jumlah konsumsi gula harian yang tepat bagi tubuh mereka. Konsumsi gula yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh dan meningkatkan risiko kematian dini akibat penyakit tidak menular.
Menurut Kementerian Kesehatan, bahaya mengonsumsi makanan dan minuman manis secara rutin dan berlebihan:
1. Dorongan untuk makan tidak pernah hilang. Pasalnya konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu peningkatan kadar gula darah dan pelepasan insulin sehingga dapat mempengaruhi hormon rasa lapar dan meningkatkan nafsu makan.
2. Peluang obesitas menjadi tinggi, karena kelebihan kalori dari gula yang terkandung dalam makanan dan minuman mudah disimpan sebagai lemak tubuh yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan.
3. Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yang terjadi akibat mengonsumsi gula berlebihan sehingga dapat menyebabkan resistensi insulin, serta menjadi faktor utama penyebab diabetes tipe 2.
4. Penyakit jantung dapat terjadi apabila terdapat kelebihan asupan gula yang dapat meningkatkan kadar lemak darah (trigliserida), tekanan darah, peradangan, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL).
5. Memicu tumbuhnya sel kanker, yang disebabkan oleh tingginya kadar insulin pankreas dan peradangan kronis atau jangka panjang akibat dari mengonsumsi gula berlebih sehingga dapat memicu tumbuhnya sel kanker.
6. Kerusakan gigi, gula menjadi makanan bakteri di dalam mulut, dan kerusakan gigi terjadi akibat asam yang dihasilkan bakteri yang dapat merusak enamel gigi.
7. Nyeri sendi (asam urat) terjadi akibat tingginya kadar gula, terutama fruktosa yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam plasma darah dan memicu serangan asam urat.
8. Penyakit ginjal, terjadi akibat mengonsumsi gula dengan kadar tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil yang ada di ginjal, terutama pada penderita diabetes.
9. Penyakit hati, kelebihan fruktosa secara metabolik diubah menjadi penyakit hati berlemak non-alkohol atau fatty liver disease.
10. Jerawat dan penuaan kulit, gula meningkatkan produksi hormon dan peradangan, memperburuk keadaan jerawat, dan merusak kolagen sehingga mempercepat terjadinya penuaan kulit.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.