Benarkah Mengunyah Es Batu Menjadi Ancaman bagi Kesehatan Gigi dan Mulut Kita?
Edukasi | 2024-12-12 07:44:59Cuaca panas yang melanda berbagai wilayah di Indonesia seperti belakangan waktu ini, bikin kita sering banget ngerasa haus, ga sih? Tiap kali selesai beraktivitas di luar, rasanya pengen cepat-cepat minum minuman apapun pakai es batu yang banyak. Aftertaste nya beuhh, nyegerin parah. Tapi teman-teman sadar ga sih, setiap kali minum es, kita sering secara tidak sengaja mengunyah atau menggigit es batu yang ada di minuman kita. Atau, justru teman-teman termasuk dalam golongan orang-orang yang suka mengunyah es batu?
Teman-teman pasti sudah tidak asing lagi nih sama kebiasaan mengunyah es batu. Mungkin teman, saudara, kerabat, atau bahkan teman-teman sendiri suka mengunyah es batu. Apalagi belakangan ini muncul statement populer, “Cewek cantik biasanya suka mengunyah es batu” di sosial media, seperti Tiktok dan Instagram. Emang rasanya enak ya? Kenapa sih orang orang suka mengunyah es batu?
Penyebab Kebiasaan Mengunyah Es Batu
Kebiasaan mengunyah es batu dapat disebabkan oleh dua kondisi, yaitu secara medis dan psikologis. Secara medis, kebiasaan mengunyah es batu dapat disebabkan oleh penyakit anemia defisiensi zat besi. Pasti teman-teman sudah sering dengar penyakit anemia, kan? Anemia defisiensi zat besi merupakan kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah (eritrosit) akibat kekurangan zat besi. Ada teori yang menyatakan bahwa ketika mengonsumsi es batu, pasokan darah ke otak dapat meningkat sehingga gejala anemia yang dirasakan oleh penderita berkurang.
Apabila tidak dipedulikan, penyakit ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti gangguan pada jantung akibat kurangnya pasokan oksigen dalam darah, gangguan pertumbuhan balita dan anak-anak, serta peningkatan risiko kelahiran prematur pada ibu hamil.
Dari segi psikologis, kebiasaan mengunyah es batu dapat dikaitkan dengan salah satu gangguan Pica yang disebut dengan Pagophagia. Gangguan Pica adalah keinginan untuk memakan benda yang tidak memiliki nilai gizi atau tidak wajar, seperti kertas, kapur, pasir, es batu, dan sebagainya. Menurut Turkish Journal of Psychiatry, kebiasaan ini juga dapat dikaitkan dengan kelainan mental lain, seperti autisme, retardasi mental, dan sebagainya. Ngeri bangett yahh!!
Dampak Mengunyah Es Batu secara Berlebihan
Sebenarnya, kebiasaan mengunyah es batu tidak akan memberikan dampak secara langsung terhadap kondisi kesehatan seseorang. Namun, apabila kebiasaan ini menjadi berlebihan dan sulit dihentikan, maka akan berdampak besar untuk kesehatan gigi dan mulut kita, lo!
Diambil dari Saudi Journal of Oral and Dental Research, terdapat kasus mengerikan yang melibatkan wanita berumur 32 tahun dengan keluhan utama gusi berdarah dan gigi aus. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, ada indikasi peradangan gusi menyeluruh dan gigi aus yang tidak normal pada beberapa gigi akibat konsumsi es batu yang berlebihan. Gangguan Pica dapat memengaruhi jaringan mulut dengan berbagai cara, baik jaringan keras maupun lunak mulut, fungsionalitas, dan estetikanya (Padilla & Torre, 2006).
Wahhh, ternyata cuman gara gara es batu aja bisa sampe segitunya ya. Kira kira apa aja ya dampak dari mengunyah es batu terhadap gigi dan mulut kita?
A. Gigi retak dan patah
Meskipun gigi merupakan bagian tubuh yang paling kuat, tetapi lama kelamaan gigi juga bisa mengalami keretakan bahkan patah. Hal ini dapat terjadi bila gigi terus-menerus mengalami hentakan atau hantaman dari benda keras, seperti membuka botol dengan gigi, menggigit tulang, mengunyah es batu, dan lainnya.
B. Karies gigi
Bila sudah terjadi keretakan pada gigi, garis retak pada gigi bisa menjadi celah masuknya kuman, menyebabkan karies gigi hingga iritasi pada gusi.
C. Pelepasan kawat dan tambalan gigi
Bagi teman-teman yang menggunakan behel, atau sedang mendapatkan perawatan gigi, mengunyah es batu dapat merusak kawat dan tambalan gigi kalian, lo! Tambalan yang lepas dapat membuat bakteri masuk dan menyebabkan gigi berlubang.
D. Kerusakan email gigi
Memakan es batu dapat mengakibatkan aus atau terkikisnya lapisan email pada gigi. Lapisan email/enamel merupakan lapisan terluar gigi untuk melindungi gigi. Ketika email gigi terkikis, maka lapisan dentin pada gigi akan terbuka sehingga membuat gigi lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang dingin atau panas.
E. Pergeseran posisi gigi
Karena teksturnya yang keras, mengonsumsi es batu mampu membuat posisi gigi bergeser ke area yang sudah tidak bergigi.
F. Nyeri pada rahang
Memakan makanan yang sulit dikunyah dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada otot rahang sehingga terasa nyeri.
Selain menyebabkan kerusakan pada gigi dan mulut, mengonsumsi es batu secara berlebihan dapat meningkatkan risiko tertularnya penyakit seperti demam tipes, diare, hepatitis, atau cholera. Hal ini bisa terjadi karena pengolahan dan penyimpanan es batu yang mungkin kurang higienis dan aman.
Apa yang Harus Dilakukan agar Tidak Mengonsumsi Es Batu?
Untuk mengurangi kebiasaan mengunyah es batu, teman-teman bisa membiarkan es batu tersebut mencair, mendinginkan minuman di chiller tanpa es batu, atau menggantinya dengan permen karet rendah gula saat mulut terasa ingin mengunyah es batu. Untuk menggantikan tekstur crunchy pada es batu, teman-teman bisa menggantinya dengan makanan crunchy seperti wortel, buah, atau sayur-sayuran dengan tekstur yang sama.
Peran Dokter Gigi dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Nah, sebagaimana uraian di atas, mengunyah es batu secara berlebihan akan menyebabkan dampak negatif untuk kesehatan gigi dan mulut, seperti gigi retak dan patah, karies gigi, iritasi gusi, pelepasan kawat dan tambalan gigi, kerusakan email, pergeseran posisi gigi, dan nyeri pada rahang. Hal ini dapat diantisipasi dengan rutin check up ke dokter gigi. Dokter gigi pasti akan memeriksa kondisi gigi dan memberikan perawatan yang terbaik sesuai apa yang dibutuhkan pasien.
Apabila teman-teman rutin periksa ke dokter gigi, masalah-masalah yang mengerikan akibat hal sepele seperti mengunyah es batu tadi, pasti tidak akan terjadi. Karena dengan rutin check up, gejala-gejala awal pada kerusakan gigi dapat dideteksi lebih dini sehingga kondisinya tidak terlalu parah. Maka dari itu, yuk normalisasikan periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali!
Penulis : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.