Budaya Menerapkan Penggunaan Batik Saat Peringatan Hari Batik Nasional di Kalangan Pelajar
Kultura | 2024-12-12 07:28:18Batik telah melekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Batik telah diakui dunia sebagai warisan asli budaya Indonesia. Pengakuan tersebut muncul sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada 2 Oktober 2009 hingga saat ini Indonesia menggunakan tanggal itu sebagai Peringatan Hari Batik Nasional. Banyak desainer membuat berbagai hal dari inspirasi ragam corak unik pada batik. Mulai dari pengaplikasian pada hiasan benda-benda sekitar, makanan, hingga pakaian yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik acara formal maupun informal. Menurut artikel resmi yang dipublikasikan UNESCO (2009) dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Manusia, bahwa pakaian dengan desain sehari-hari kerap dikenakan secara teratur dalam lingkungan bisnis maupun akademis.
Hal ini memiliki konteks yang sama ketika seluruh instansi menerapkan aturan berbusana batik di peringatan hari batik Nasional yang menjadikan aturan tersebut sebagai budaya. Pada awalnya berbusana batik saat memperingati hari batik Nasional hanya diperuntukkan bagi pejabat pemerintahan saja. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui keputusan presiden Nomor 33 Tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut, beberapa tahun silam instansi pendidikan juga menerapkan tindakan positif tersebut untuk pelajar. Penerapan aturan berbatik sangat berpengaruh bagi peningkatan kesadaran para pelajar agar tidak menghilangkan rasa nasionalis terhadap pentingnya salah satu warisan budaya tentunya. Di luar itu, tidak semua instansi pendidikan mengajarkan dengan rinci mengenai warisan budaya kecuali mereka yang mengambil jurusan tertentu pada jenjang perguruan tinggi yang mempelajari kebudayaan.
Polemik Era Modernisasi
Pada peringatan Hari Batik bulan Oktober 2024 lalu, sebagian pelajar mengemukakan pendapat mereka apabila mengenakan batik semasa kegiatan belajar tatap muka menghilangkan estetika berbusana. Pendapat tersebut dapat timbul kemungkinan faktor kurangnya pendalaman arti dan nilai yang terkandung pada tiap corak batik yang tergambar. Selain itu, dampak dari cara berbusana budaya luar pada zaman ini juga mempengaruhi para pelajar di Indonesia yang telah mendapat akses cukup baik mengenai teknologi terbarukan yang umumnya masih labil dalam berpikir dapat menjadi faktor pemicu timbulnya keluhan tersebut. Itu menjadi bukti nyata sekaligus fenomena krusial bagi kita untuk lebih memperhatikan hal-hal kecil yang dapat mengikis pengetahuan budaya nantinya. Terutama pada generasi penerus selanjutnya.
Jika dilihat dari sisi generasi muda di zaman yang sudah serba digital saat ini, akan dengan mudah jika media sosial pribadi mereka dimanfaatkan untuk mengapresiasi warisan budaya lokal dibandingkan dengan generasi terdahulu. Apalagi media sosial menjangkau luas hingga penjuru dunia. Mereka dapat menunjukkan dengan percaya diri bahwa batik memiliki keunikan dan khas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Seandainya dari potret yang dibagikan ramai akan peminat batik bahkan hingga luar negara, maka produsen pasar lokal akan sangat diuntungkan. Batik juga akan selalu menjadi pusat perbincangan dunia. Sebagai generasi muda yang berwawasan, seharusnya memiliki rasa bangga yang amat tinggi terhadap kebudayaan. Di lingkungan dengan fasilitas yang telah tersedia di mana pun, tidak ada alasan untuk tidak menambah pengetahuan tentang kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yang kaya ini.
Momen pelaksanaan kegiatan mengenakan busana batik dalam rangka memperingati Hari Batik dapat membantu para pelajar untuk menganalisis, seperti asal daerah, teknik pembuatan, motif atau pola, warna hingga filosofi dan makna dari batik yang mereka kenakan. Pengetahuan tentang batik di kalangan pelajar kebanyakan hanya sekedarnya saja. Keutamaan diadakannya kegiatan ini diharapkan mereka lebih mengenali ragam batik, mendapatkan pembelajaran dari segi kebudayaan dan menumbuhkan rasa cinta dalam diri mereka agar dari tindakan kecil terdorong untuk selalu melestarikan budaya. Selain itu, sebagai langkah paling mudah untuk para pelajar lebih mengutamakan milik bangsanya sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan, siapa pun dapat berperan dalam melestarikan budaya. Jika sudah menyangkut budaya asli yang lahir dari nenek moyang kita sendiri, pemikiran kritis sangat perlu ditingkatkan dan tidak disepelekan. Penerapan memakai batik pada hari-hari tertentu perlu dilakukan secara teratur agar tetap diingat di mana pun kita berada hingga diwariskan kepada generasi-generasi mendatang. Berbagai permasalahan akan selalu timbul seiring dengan berkembangnya zaman. Yang kita lakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut yakni mempererat persaudaraan sebagai bangsa yang baik dan bersatu melawan hal negatif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.