Makanan Halal dan Tempat Salat Menjadi Tantangan bagi Wisatawan Muslim
Lainnnya | 2024-12-11 08:55:44Siapa yang tidak tahu dengan Bali? Pulau kecil di Indonesia yang dikenal dengan keindahan alam, kekayaan budaya, serta keramah tamahan penduduknya. Bali menjadi salah satu destinasi wisata yang paling populer di dunia sehingga bisa menarik ribuan hingga jutaan wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya.
Selain dijuluki sebagai “Pulau Dewata”, Bali juga dijuluki sebagai “Pulau Seribu Pura”. Julukan ini ada karena banyaknya penduduk Bali yang memeluk agama Hindu sehingga banyak juga pura yang tersebar di seluruh penjuru Bali. Hal ini menjadikan Bali sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Hindu terbanyak. Namun, di balik keindahan dan pesonanya, terdapat tantangan yang dihadapi oleh wisatawan Muslim, yaitu minimnya makanan halal dan tempat salat yang memadai.
Sebagai destinasi wisata utama, Bali seharusnya mampu menyediakan berbagai kebutuhan para wisatawan, termasuk kebutuhan religius. Sebenarnya, Bali sudah memiliki beberapa restoran serta warung yang bersertifikat halal, terutama di daerah-daerah utama wisata seperti Kuta, Denpasar, dan Nusa Dua. Namun, jumlahnya masih sangat kurang dibandingkan dengan keseluruhan jumlah tempat makan yang ada serta wisatawan muslim yang datang ke Bali.
Hal ini menyebabkan wisatawan Muslim harus lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih tempat makan sehingga sering kali mereka harus bertanya langsung kepada penjual tentang bahan-bahan yang digunakan. Hal-hal kecil yang kurang diperhatikan pemerintah seperti ini lah yang akan menjadi hambatan tersendiri dan dapat mengurangi kenyamanan bagi wisatawan dalam menikmati liburan mereka di Bali.
Tantangan ini lebih terasa di kawasan wisata yang lebih terpencil, seperti Ubud, Canggu, Seminyak, atau kawasan wisata alam di pelosok Bali lainnya. Di daerah-daerah tersebut, masih sangat minim tempat makan yang memiliki sertifikasi halalan thoyyiban sehingga wisatawan sering kali harus mengambil cara lain, seperti memilih menu vegetarian atau makanan laut. Namun, cara seperti ini juga tidak bisa sepenuhnya menjamin kehalalan dari makanan tersebut, wisatawan juga harus mempertimbangkan dan memperhatikan dapur serta peralatan memasak yang digunakan penjual untuk menyajikan makanan.
Selain minimnya makanan halal, terdapat tantangan lain bagi wisatawan Muslim yaitu minimnya fasilitas tempat salat di Bali. Seperti yang dilansir oleh Wikipedia bahwa berdasarkan data catatan sipil tahun 2022 dari Kementrian Dalam Negeri, hampir 87% penduduk Bali adalah umat Hindu. Dengan mayoritas beragama Hindu, Bali tidak memiliki banyak masjid atau musala yang mudah diakses, terutama di kawasan wisata pelosok yang populer. Bahkan di pusat utama wisata seperti Kuta, Ubud, dan Seminyak, fasilitas untuk ibadah masih sangat terbatas dan sulit untuk ditemui. Terutama bagi wisatawan yang memilki jadwal padat untuk liburan tapi tetap ingin melaksanakan salat lima waktu. Hal ini bisa menjadi kendala yang harusnya diperhatikan pemerintah.
Minimnya tempat salat juga akan berdampak pada kenyamanan berwisata. Dalam situasi tertentu, wisatawan Muslim terpaksa mencari tempat yang suci seperti ruang kosong di hotel, di bawah pohon, di sudut-sudut taman, atau area parkir untuk salat. Kondisi ini tentu kurang ideal untuk dipakai sebagai tempat ibadah. Tempat-tempat tersebut juga tidak memberikan kenyamanan bagi wisatawan serta kurangnya fasilitas tempat wudhu yang layak di tempat-tempat tersebut juga menjadi kendala tambahan.
Tidak hanya dirasakan di kawasan wisata utama, di destinasi terpencil seperti Nusa Penida dan Lovina yang menjadi lokasi favorit bagi para pecinta alam dan pantai hampir tidak ada fasilitas ibadah untuk wisatawan Muslim. Masjid atau musala yang layak sangat jarang ditemukan, sehingga wisatawan Muslim harus mengatur perjalanan mereka agar tetap bisa salat di tempat penginapan yang bahkan tidak semua penginapan atau hotel dilengkapi dengan fasilitas musala yang layak atau mereka harus mencari musala yang mungkin saja jauh dari tempat wisata mereka.
Hambatan-hambatan diatas menggambarkan kesenjangan antara meningkatnya jumlah wisatawan Muslim yang berkunjung ke Bali dengan keterbatasan infrastruktur yang mendukung kebutuhan religius mereka. Bali, dengan reputasinya sebagai destinasi utama dunia, seharusnya bisa mengikuti tren pariwisata halal yang telah berkembang di banyak destinasi di seluruh dunia. Negara Asia lainnya seperti Thailand dan Jepang telah mulai menyediakan banyak restoran atau tempat makan bersertifikat halal dan fasilitas yang nyaman bagi wisatawan Muslim.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.