Menelisik Arsitektur Bangunan dan Akulturasi Budaya di Lasem Sebagai Perwujudan Moderasi Beragama
Agama | 2024-12-07 16:20:49Lasem adalah kecamatan kecil yang terletak di Kabupaten Rembang, di pesisir pantai Laut Utara. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di bagian utara, dengan Kecamatan Sluke di timur, Kecamatan Rembang di barat, dan Kecamatan Pancur di selatan. Selain berbatasan dengan laut, Lasem juga dilalui oleh Sungai Babagan, yang dahulu berfungsi sebagai jalur transportasi perdagangan internasional pada masa Kerajaan Majapahit. Pada akhir abad ke-13, Lasem ditaklukkan oleh Majapahit dan kemudian menjadi bagian dari kerajaan tersebut. Nama Lasem dalam bahasa Prancis dikenal dengan sebutan Le Petit Chinois, yang berarti kota Tionghoa kecil, mencerminkan adanya komunitas Tionghoa yang tersebar di tiga desa di wilayah tersebut.
Moderasi beragama merujuk pada sikap yang menekankan keseimbangan antara ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ini termasuk rasa toleransi yang tinggi, penghindaran ekstremisme, dan sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Menurut Nasaruddin Umar (2019), moderasi beragama merupakan usaha untuk menghindari ekstremisme dan penguatan prinsip toleransi dalam kehidupan sosial beragama. Fenomena ini terlihat pada keseharian masyarakat lasem yang tetap mampu menjaga harmoni dan toleransi dalam hidup berdampingan meskipun berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
Bangunan dengan arsitektur khas Cina dan kegiatan budaya yang terpengaruh oleh budaya Cina masih terlihat jelas di Lasem. Di Lasem terdapat kelenteng tua dengan sejarah panjang etnis tionghoa yang dianggap sebagai simbol pluralitas, yaitu kelenteng Bie Yong Gio. Ini terjadi karena Lasem adalah tempat pertemuan antara budaya Jawa, Cina, dan Islam. Kehidupan masyarakat di Lasem terdiri dari berbagai etnis, tetapi mereka hidup berdampingan dalam kedamaian.
Interaksi antara etnis Tionghoa dan Jawa di Lasem memberikan dampak positif, tetapi juga menciptakan beberapa tantangan. Salah satu masalah yang muncul adalah etnosentrisme, di mana masyarakat Tionghoa merasa lebih dominan karena mereka adalah mayoritas. Akan tetapi masyarakat di sana dengan mudah menghadapi tantangan tersebut dengan terus berupaya bersama-sama untuk memelihara toleransi sehingga hubungan antar etnis dapat terjaga dengan baik. Sebagai contoh, di Lasem terdapat pesantren yang terletak berdampingan dengan kawasan kampung cina, dimana dalam menghadapi hal ini pesantren tersebut melakukan adaptasi budaya cina seperti pemasangan hiasan lampion dan tulisan cina di lingkungan pesantren, bahkan pos kamplingnya dibangun dengan beberapa unsur seperti kelenteng . tambahan hiasan tulisan Arab, yang menjadikan pesantren ini diterima dengan baik di lingkungan masyarakat Tionghoa.
Akulturasi budaya Cina dan Islam dalam arsitektur juga terlihat pada Masjid Jami’ Lasem. Pengaruh arsitektur Cina dapat ditemukan pada lima elemen utama masjid: atap, ujung atap, kubah, menara, dan ukiran. Meski demikian, pengaruh arsitektur Cina di masjid ini tidak terlalu mencolok, karena banyak bagian yang sudah mengalami renovasi. Walaupun demikian, hal ini tidak mempengaruhi kualitas iman para pemeluk agama Islam di Lasem (Santoso, 2016).
Fenomena akulturasi budaya dan moderasi beragama di Lasem tidak hanya memberikan contoh yang relevan bagi daerah lain di Indonesia, tetapi juga menunjukkan bahwa dengan sikap saling menghormati, kerukunan antar umat beragama dapat terjaga meski ada perbedaan yang mendalam. Keberhasilan Lasem dalam mengintegrasikan budaya dan agama yang beragam ini juga bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain yang tengah menghadapi tantangan serupa. Dengan mempertahankan prinsip moderasi beragama, Lasem bisa menjadi model dalam mempromosikan kedamaian antar umat beragama dan etnis di Indonesia.
Referensi:
Arifin, Z. (2005). Sejarah Lasem dan Akulturasi Budaya di Jawa. Yogyakarta: Penerbit Budaya.
Atabik, A. (2016). Harmonisasi kerukunan antaretnis dan agama di Lasem. Fikrah, 4(1), 36-49.
Kurniawan, H. (2017). Peran Etnis Tionghoa di Lasem dan Pengaruhnya terhadap Kebudayaan Lokal. Jurnal Etnologi, 12(4), 203-217.
Kurniawan, H. (2017). Peran Etnis Tionghoa di Lasem dan Pengaruhnya terhadap Kebudayaan Lokal. Jurnal Etnologi, 12(4), 203-217.
Santoso, E. (2016). Arsitektur Pesantren: Studi Kasus Pesantren Kauman Lasem. Surabaya: Penerbit Ilmu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.