Gen Z dan MBTI Hanya Tren Belaka atau Lebih?
Gaya Hidup | 2024-12-05 08:36:07Generasi Z dengan MBTI: Alat Intropeksi diri atau Tren?
MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) sudah menjadi salah satu tes kepribadian yang popular, terutama pada generasi muda, Gen Z. Denagn arus derasnya perkembangan dan teknologi informasi, hal ini menjadikan MBTI di kalangan Gen Z sebagai alat untuk refleksikam diri, menentukan teman atau hubungan romantis. Disinilah muncul tanda tanya besar: Apakah MBTI hanya Tren sesaat atau benar-benar alat intropeksi diri yang dapat membantu berkembang?
Populernya MBTI di Kalangan Gen Z
Generasi yang terlahir di tengah-tengah derasnya era digital adalah Gen Z. Gen Z tumbuh dengan akses mudah ke platfrom seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok. Di platfrom media sosial sering kali membahas tentang kepribadian berdasarkan MBTI dengan cara yang lucu, seperti membuat meme, bahkan au MBTI sekalipun. MBTI banyak dibahas sebab sifatnya yang sangat relatable. Banyak yang membahas tipe-tipe MBTI yang sering kali buat Gen Z jadi serasa lebih dimengerti atau relate.
Nggak itu doang, MBTI juga nawarin struktur yang lebih sederhana buat memahami kopleksitas dari manusia. Cuma jawag beberapa pertanyaan doang dalam tes online yang ada dimana-mana, seseorang bisa tahu apakah mereka seorang INFJ dengan empati yang tinggi atau seorang ENTP si ahli debat. Dengan ini mereka merasakan identitas yang kuat di tengah kebingungannya di masa muda yang kerap kali menjadi ciri khas Gen Z.
MBTI menjadi Tren Media Sosial
Tren-nya MBTI di kalangan Gen Z salah satu penyebabnya adalah popularitas di media sosial. Banyak video pendek seperti “Tipe -tipe MBTI kalo lagi di kelas” yang sering kali ramai di TikTok, sementara itu meme MBTI pun bertebaran di Instagram maupun Tiktok. Konten-konten ini biasanya ringan, lucu dan penuh dengan stereotip MBTI yang terkadang memperkuat daya tarik MBTI. Bahkan adapun yang membuat cerita Alternative Universe di TikTok menggunakan MBTI sebagai cast-nya.
Namun, dengan ramainya MBTI dibahas di media sosial memunculakan kekhawatiran juga. MBTI, yang awalnya dirancang untuk membantu orang memahami diri mereka dengan baik, sering kali menjadi salah arti atau malah jadi lelucon atau label. Kebanyakan Gen Z cenderung pakai MBTI buat alat identifikasi diri di dunia maya, yang dimana kadang mengurangi makna yang sebenarnya.
MBTI jadi Alat Intropeksi Diri
Di luar MBTI sebagai alat hiburan, MBTI sebenarnya juga mrmiliki potensi besar untuk digunakan sebagai alat intropeksi diri. Dengan memahami tipe kepribadian, sesorang dapat mengidentifikasi, kelemahan, kekuatan, ataupun cara mereka berinteraksi dengan dunia. Misalnya, si INFJ yang tinggi empati mereka cenderung mengedepankan perasaan seseorang dan emosinya atau mengapa mereka sangat ahli dalam memahami situasi dan masalah.
Bagi Gen Z, yang sering kali menghadapi tekanan dari sosial dan tuntutan untuk menemukan jati diri mereka dengan MBTI dapat menjadi pemandu mereka. Denagn tes membuat mereka merasa dibantu untuk memahami mengapa mereka bisa bereaksi seperti itu terhadap sistuais tertentu atau mengapa mereka merasa terhubung terhubung lebih baik dengan orang orang tertentu saja.
Namun, satu hal penting untuk diingat bahwa MBTI hanyalah alat, bukan kebenaran yang mutlak. Intropeksi diri yang mendalam tetaplah memerlukan pemahaman dari berbagai perspektif, termasuk interaksi sosial dan pengalaman pribadi.
Hanya sebatas Tren atau Alat Intropeksi Diri
Bagi Gen Z yang cenderung mencari validasi cepat melalui platfrom online, adapun resiko bahwa MBTI semacam “Label permanen”. Banyak Gen Z mungkin terjebak dalam deskripsi tertentu dan membatasi diri untuk berkembang di luar tipe tersebut.
Jadi, dengan ini apakah MBTI bagi Gen Z lebih sekadar dari tren atau alat intropeksi diri? Jawabannya adalah tergantung individu Gen Z sendiri bagaimana mereka menggunakan MBTI. Jika MBTI hanya digunakan untuk sekadar konten hiburam atau sebagai caea cepat untuk mencari validasi di media sosial, maka itu hanya tren sesaat.
Namun, jika Gen Z melihat bahwa MBTI sebagai alat untuk mengekplorasi kepribadian mereka lebih dalam, maka MBTI ini bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat. Dengan pendekatan yang benar, MBTI dapat membantu mereka untuk memahami diri sendiri, atau bahkan merencanakan karier mereka yang lebih sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Dengan ini MBTI dapat menjadi sebagai hiburan atau lelucon saja hingga alat intropeksi diri jika dilakukan pendekatan dengan benar. Namun, satu hal yang penting adalah untuk tidak hanya terjebak dalam label yang diberikan dalam tes MBTI. Dengan pendekatan dan pemahaman yang kritis dibarengin dengan refleksi yang mendalam, MBTI dapat menjadi lebih dari sekadar tren saja. MBTI bisa membantu Gen Z untuk menemukan versi terbaik dari diri mereka did unia yang terus berubah ini.Apakah menjadi seorang INFJ yang penuh dengan empati atau ENTP si ahli debat? Pada akhirnya yang paling utama adalah bagaimana anda menggunakan pengetahuan ini untuk tumbuh dan berkembang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.