FoMO, Remaja dan Teknologi
Teknologi | 2024-12-05 07:54:33“ FoMO(Fear of Missing Out), Remaja dan Teknologi “ Welly Zahra Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang FoMO adalah istilah yang sudah tidak asing lagi kita dengar terlebih pada era sekarang atau biasa disebut juga era Gen Z, FoMO biasanya populer di kalangan remaja. FoMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan sesuatu yang penting atau sesuatu yang menarik dan seru. FoMO muncul Ketika remaja melihat teman-temannya atau orang di sekitar melakukan kegiatan atau tren yang tengah viral seperti pergi berlibur ke tempat yang lagi hits atau sedang ramai dikunjungi orang-orang atau bisa juga karena melihat orang lain membuat tren-tren yang sedang viral di sosial media dan masih banyak lagi.
Nah lantas apa hubungan antara FoMO, Remaja dan Teknologi? FoMO adalah istilah yang digunakan oleh remaja pada zaman sekarang untuk mengungkapkan suatu kecemasan pada remaja akan ketinggalan suatu tren atau kegiatan yang menarik, unik dan tengah viral. Istilah FoMO pertama kali dicetuskan oleh Patrick J. McGinnis pada tahun 2004 melalui artikelnya yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis ‘Two FOs’ “ yang diterbitkan di Harbus, sebuah majalah dari Harvard Business School (HBS), meskipun istilah FoMO ini sudah diperkenalkan pada tahun 2004, fenomena FoMO sebenarnya sudah ditemukan lebih awal yaitu pada tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran Dr.Herman melakukan penelitian dan menerbitkan makalah akademis pertama tentang FoMO di tahun 2000 di The Journal of Brand Management.
Remaja menjadi kelompok yang paling rentan terhadap fenomena FoMO karena mereka berada dalam fase pencarian identitas yang sangat di pengaruhi oleh lingkungan sosial. Nah hubungan FoMO dan teknologi ialah terletak pada perkembangan teknologi informasi yaitu media sosial. Media sosial sebagai faktor utama pemicu FoMO tersebut, melalui platform media sosial seperti Instagram, Tik Tok, Snapchat dan Twitter. Melalui platform ini memungkinkan para remaja melihat teman-teman atau idola mereka membagi momen seperti liburan ke suatu tempat, menikmati aktivitas seru dan menyenangkan ataupun mengikuti kegiatan yang menarik. Sehingga hal seperti inilah yang memicu rasa iri atau cemas para remaja karena merasa tertingggal dan merasa tertekan untuk melakukan hal yang sama.
Perkembangan teknologi seperti media sosial dapat memicu FoMO pada remaja melalui algoritma pada media sosial, yang mana algoritma ini adalah serangkaian instruksi atau aturan yang dirancang dengan tujuan untuk menentukan atau menampilkan konten-konten yang paling relevan yang akan ditampilkan pada kita. Algoritma ini bekerja di balik layar untuk memfilter, mengurutkan, dan memprioritaskan konten dari berbagai faktor, seperti tren yang sedang viral, preferensi pengguna dan interaksi sebelumnya dari pengguna. Algoritma mengumpulkan data dari aktivitas pengguna seperti postingan atau konten yang sering kita sukai, komentari, atau dibagikan dan akun yang sering kita ikuti. Contoh algoritma di beberapa platform seperti Instagram dengan menampilkan postingan yang sering kita like atau sukai dan sering kita lihat.
Terkadang tanpa kita sadari saat kita sering melihat dan memberi like pada konten yang berseliweran di Instagram, konten tersebut akan sering dan terus menerus keluar pada Reel Instagram kita. Begitu pun dengan aplikasi Tik Tok yang dikenal dengan FYP atau For You Page. Begitu pun dengan You Tube, di You Tube dikenal dengan You Tube Short. You Tube Short juga sama halnya dengan media sosial sosial lainnya yaitu menggunakan algoritma, konten-konten yang di keluarkan You Tube Short juga mengikuti konten-konten yang sering kita like atau sukai. Sehingga kita pun terjebak dalam algoritma media sosial yang membagikan konten-konten tersebut, tanpa sengaja kita pun menghabiskan waktu dengan gadget, jadi kecanduan bahkan jadi sering lalai atau sering meninggalkan pekerjaan rumah, tugas sekolah dan lain lain.
Belum lagi remaja zaman sekarang yang selalu bergantungan pada media sosial, yang tidak bisa jauh dari gadget nya masing-masing. Hal tersebut jadi alasan Negara Indonesia masuk dalam peringkat ke 4 negara dengan jumlah pengguna media sosial terbanyak di dunia dengan jumlah pengguna 139 juta setara dengan 49,9% dari total populasi Indonesia. Di Indonesia, media sosial paling banyak digunakan adalah WhatsApp, Instagram, Facebook, dan Tik Tok. Maka oleh sebab itu perlu nya kesadaran pada remaja untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi terlebih lagi pada media sosial. Disamping media sosial memberikan manfaat seperti kemudahan dalam mendapatkan informasi, komunikasi dan lain-lain, media sosial juga memiliki kerugian seperti kecanduan, gangguan kesehatan mental seperti FoMO dan cyber bullying, penyebaran informasi palsu, penyebaran konten yang berbahaya, dan lain sebagainya.
Jangan biarkan sorotan kehidupan orang lain membuat kalian meremehkan jalan hidup yang kalian jalani. Setiap orang mempunyai perjalanan hidup masing-masing, maka oleh sebab itu fokuslah pada hal-hal yang membuat kita bahagia, bukan fokus membuat orang lain terkesan pada kita. Kita sudah sangat berharga tanpa butuh validasi orang lain, cukup bersyukur, lakukan hal-hal yang positif serta bijak dalam menggunakan media sosial, gunakan media sosial secukupnya dan seperlunya untuk kepentingan yang penting saja dan jangan lupa untuk selalu senantiasa bersyukur dan jadi diri sendiri, karena kamu cukup berharga dengan segala keunikan yang kamu miliki.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.