Etika Penggunaan AI dalam Dunia Kerja: Jadi Peluang atau Ancaman?
Teknologi | 2024-12-04 11:36:23Pada era modern saat ini, tanpa disadari Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari karena kemampuannya yang dapat meningkatkan produktivitas manusia. Contohnya saat kita ingin mencari jawaban atas suatu pertanyaan, kita menggunakan asisten virtual seperti Siri atau Google Assistant. AI dalam kehidupan sehari-hari membuat aktivitas menjadi lebih mudah dan efisien.
Kemudahan ini juga dirasakan dalam dunia kerja. Proses otomatisasi yang diterapkan pada pekerjaan yang sifatnya repetitif dan berisiko, membuat pekerjaan lebih efisiendan menghindari kesalahan manusia (human error).
Keberadaan AI ibarat dua mata pisau, AI memberikan manfaat yang luar biasa dalam memudahkan pekerjaan manusia, tetapi AI sering disebut sebagai pengganti pekerjaan manusia di masa depan. Apakah hal tersebut benar adanya? Mari kita bahas!
Apa itu Artificial Intelligence (AI)?
Artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. AI mempu menganalisis informasi, memberikan rekomendasi, dan bahkan memberikan output sesuai dengan data yang diproses di dalam sistem dalam kurun waktu yang singkat. Sistem AI menggunakan algoritma dan model matematis yang membuat komputer dapat belajar dari data dan pengalaman. Hal tersebut menjadi alasan mengapa AI sering digunakan di dunia kerja.
Sejarah AI dimulai sejak tahun 1940-an ketika Warren McCulloch dan Walter Pitts mencoba mengembangkan model matematika untuk menjelaskan bagaimana otak bekerja. Sejak saat itu, peneliti terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan ini agar dapat menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia. Hingga pada akhirnya saat ini terdapat beberapa jenis AI yaitu Machine Learning, Deep Learning, dan Neural Networks.
Peluang Penggunaan AI dalam Dunia Kerja
Penggunaan AI dalam dunia kerja membuka banyak peluang yang dapat meningkatkan efisiensi. Contohnya di bidang pemasaran, AI membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision-making), seperti dalam analisis pasar, perilaku konsumen, atau prediksi tren. Selain itu, dalam menjawab pertanyaan pelanggan, perusahaan dapat menggunakan chatbot. Dengan kemudahan tersebut, perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif.
Eksistensi AI pada era modern ini memunculkan berbagai lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Seperti munculnya pasar online (e-commerce), podcaster, host live streamer, dan graphic designer.
Ancaman Keberadaan AI dalam Dunia Kerja
Keberadaan AI yang dapat melakukan pekerjaan secara cepat dan tepat dapat menggantikan posisi manusia pada pekerjaan tersebut. Contohnya saja di sektor manufaktur, manusia telah digantikan oleh mesin-mesin canggih.
Otomatisasi tugas-tugas rutin dan penggunaan algoritma cerdas ini telah meningkatkan angka pengangguran, terutama bagi pekerjaan yang tidak membutuhkan kreativitas dan kemampuan sosial. Hal ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) pada tahun 2023 yang memperkirakan setidaknya 83 juta pekerjaan di dunia akan hilang dalam lima tahun ke depan.
Etika Penggunaan AI dalam Dunia Kerja di Indonesia
Etika penggunaan AI dalam dunia kerja adalah tentang bagaimana teknologi ini digunakan untuk memberikan kemudahan dan meningkatkan kinerja manusia, bukan untuk menggantikannya secara tidak adil. Pendekatan ini dilakukan dengan menegakkan keadilan, transparansi, perlindungan data, kesejahteraan karyawan, dan inovasi yang bertanggungjawab.
Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan etika penggunaan AI di dunia kerja adalah membuat pedoman etis terkait penggunaan AI, mengajarkan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan karyawan, serta melibatkan karyawan dalam implementasi AI. Dengan demikian, AI dapat menjadi alat yang memberdayakan, bukan ancaman, dalam dunia kerja di masa depan.
Mengubah Ancaman AI Menjadi Peluang
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
- Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman: Masyarakat harus mampu untuk beradaptasi di tengah perkembangan AI yang sangat pesat untuk meningkatkan fleksibilitas dalam melakukan pekerjaan.
- Memperkuat Keamanan Data: Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola data yang bersifat privasi sehingga risiko terhadap kebocoran data dapat diminimalisir.
- Meningkatkan Inovasi dan Kreativitas: Hal yang tidak dimiliki oleh AI adalah inovasi dan kreativitas, sehingga manusia harus mampu mengembangkan hal tersebut agar tidak tergantikan oleh AI.
Keberadaan AI dengan segala kemudahan yang diberikan telah mengubah cara kita bekerja, bahkan telah menggeser tugas manusia dalam beberapa pekerjaan. Namun, apabila kita mampu mengelola perubahan ini secara positif, maka AI dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Kolaborasi teknologi dan manusia perlu berjalan beriringan untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.