Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizka Aprilia

Apoteker sebagai Pionir Swamedikasi untuk Kesehatan yang Lebih Baik di Era Modern

Edukasi | 2024-12-02 18:59:44
Sumber gambar : www.Pikiran-Rakyat.com

Di era modern, gaya hidup masyarakat berubah dengan cepat, begitu pula kebutuhan dan ekspektasi terhadap kesehatan. Masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan secara mandiri. Kesibukan sehari-hari dan akses informasi yang semakin mudah mendorong banyak orang untuk lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya. Kini, masyarakat tidak hanya bergantung pada layanan kesehatan, seperti rumah sakit atau klinik untuk menangani keluhan kesehatan mereka, melainkan mulai mengadopsi pola hidup sehat dan mencari cara agar bisa melakukan pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan ringan.

Salah satu konsep yang mulai berkembang saat ini dan dilakukan oleh banyak masyarakat, yaitu swamedikasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 919/MENKES/PER/X/1993 swamedikasi didefinisikan sebagai usaha pengobatan mandiri yang dilakukan untuk menangani gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Tindakan swamedikasi ini dilakukan dengan memilih dan menggunakan obat-obatan yang telah disetujui dan tersedia tanpa resep dokter, serta aman jika digunakan dengan benar dan tepat. Menurut data Badan Pusat Statistik (2021), setidaknya ada 84,23% penduduk Indonesia yang melakukan swamedikasi. Jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya 72,19%. Swamedikasi menjadi pilihan yang tepat untuk banyak orang karena dapat menghemat waktu dan biaya tanpa harus berkonsultasi dengan dokter.

Swamedikasi merupakan solusi yang praktis, terutama bagi mereka yang memiliki keluhan kesehatan ringan, seperti flu, sakit kepala, nyeri otot, atau penyakit ringan lainnya tanpa harus langsung ke fasiltas kesehatan. Namun, untuk melakukan swamedikasi yang aman, diperlukan pengetahuan dasar tentang obat-obatan dan kondisi kesehatan pribadi. Penggunaan obat yang salah atau berlebihan justru dapat membawa risiko, seperti efek samping dan komplikasi lebih lanjut. Di sinilah peran apoteker menjadi sangat penting dalam memberikan informasi dan edukasi pengobatan.

Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki pemahaman mendalam tentang obat-obatan, apoteker tidak hanya menjadi penjual obat di apotek, tetapi juga konsultan kesehatan bagi masyarakat. Mereka adalah pionir yang membantu masyarakat untuk memahami bagaimana cara menggunakan obat dengan baik dan benar, terutama terkait penggunaan obat bebas. Apoteker dapat memberikan informasi yang akurat mengenai cara penggunaan obat bebas mulai dari dosis yang tepat, frekuensi dan waktu penggunaan, hingga efek samping yang mungkin timbul dari obat sehingga swamedikasi bisa dilakukan dengan aman dan efektif. Tidak hanya obat bebas, apoteker juga memberikan informasi mengenai jenis-jenis obat mulai dari obat bebas terbatas dan obat keras, misalnya antibiotik.

Di tengah perkembangan teknologi dan mudahnya akses internet, informasi tentang kesehatan dan obat-obatan kini tersebar luas di berbagai platform online, terutama media sosial. Namun, kemudahan ini juga menghadirkan tantangan karena tidak semua informasi yang beredar akurat atau sesuai dengan standar medis. Banyak informasi mengenai obat-obatan, pengobatan mandiri, hingga cara penanganan atau penyembuhan penyakit yang tidak jelas asal-usulnya dan belum terbukti kebenarannya. Hal tersebut tentu dapat membingungkan masyarakat dan berisiko membuat mereka salah dalam mengambil keputusan dalam memilih pengobatan.

Peran apoteker menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam kondisi dan era digital seperti saat ini. Sebagai tenaga kesehatan yang terlatih dan memiliki pemahaman mendalam tentang obat, apoteker diharapkan dapat berfungsi sebagai “filter” atau penyaring informasi. Dengan kata lain, apoteker dapat membantu masyarakat memilih dan memahami informasi kesehatan yang benar dan terpercaya. Mereka mampu memberikan edukasi yang berbasis ilmiah sehingga masyarakat tidak mudah percaya pada informasi yang belum tentu benar atau menyesatkan. Melalui bimbingan apoteker, masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menyerap informasi kesehatan terutama terkait obat-obatan sehingga masyarakat dapat menjalankan swamedikasi dan menjaga kesehatan dengan lebih aman dan tepat.

Swamedikasi yang tepat juga dapat mengurangi beban fasiltas kesehatan. Ketika masyarakat sudah paham tentang bagaimana mengatasi kondisi ringan secara mandiri, mereka tidak perlu selalu pergi ke rumah sakit atau puskesmas. Hal tersebut tentu menghemat waktu, biaya, dan tenaga masyarakat sekaligus membantu mengurangi antrean dan beban tenaga medis yang pada akhirnya memungkinkan tenaga kesehatan untuk lebih fokus pada kasus-kasus yang lebih serius dan membutuhkan perhatian khusus. Namun, apoteker tetap harus mengingatkan bahwa swamedikasi bukan untuk segala jenis penyakit. Tidak semua keluhan kesehatan bisa diatasi melalui swamedikasi. Apoteker dapat membantu pasien mengenali batasan kapan swamedikasi bisa dilakukan dan kapan harus berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Misalnya, jika gejala terus berlanjut dan semakin parah, bahkan kondisinya memiliki risiko komplikasi penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis.

Sebagai konsultan kesehatan terdekat, apoteker tidak hanya bisa ditemui di apotek, rumah sakit, klinik, atau layanan kesehatan lainnya, melainkan bisa diakses melalui layanan telekonsultasi di beberapa platform kesehatan digital. Banyak apoteker yang sekarang aktif memberikan edukasi kesehatan melalui media sosial atau platform konsultasi daring. Apoteker menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk mendengarkan keluhan pasien dan memberi rekomendasi mengenai obat yang aman dan tepat. Dengan cara ini masyarakat dapat berkonsultasi mengenai cara pemakaian, penyimpanan, hingga efek samping obat yang perlu diperhatikan dari sumber yang tepat dan juga terpercaya.

Apoteker memegang peran yang sangat penting sebagai pionir swamedikasi di era modern ini. Dengan menjadi mitra kesehatan, apoteker membantu masyarakat dalam menangani penyakit ringan dan mengurangi ketergantungan pada fasilitas kesehatan. Selain itu, dengan edukasi dan panduan dari apoteker masyarakat tidak hanya menjadi lebih bijak dalam memilih obat, tetapi juga termotivasi untuk lebih menjaga kesehatan dengan benar. Hal ini tentu dapat menjadi kontribusi terwujudnya masyarakat yang lebih sehat, berkualitas, tidak salah arah dalam menentukan pengobatan, serta mampu menjalani hidup yang lebih bermakna.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image