Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Depok Sehat

Jangan Anggap Sepele Anemia

Info Sehat | 2024-12-02 11:34:17

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukan sebanyak 3 dari 10 (28%) ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Sementara itu data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 40% anak usia 6–59 bulan, 37% wanita hamil, dan 30% wanita usia 15–49 tahun di seluruh dunia menderita anemia. Kondisi tersebut menurut WHO, menunjukkan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang tidak bisa dianggap sepele.

“Anemia merupakan masalah tersendiri, tetapi juga dapat memengaruhi masalah kesehatan masyarakat global lainnya seperti terhambatnya pertumbuhan dan kekurangan berat badan, berat badan lahir rendah dan kelebihan berat badan pada anak-anak serta obesitas karena kurangnya energi untuk berolahraga,” demikian bunyi keterangan yang terdapat pada situs WHO.

Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal. Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen dan jika Anda memiliki terlalu sedikit atau sel darah merah abnormal, atau hemoglobin tidak cukup, akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh.

Hal ini mengakibatkan gejala-gejala seperti kelelahan, kelemahan, pusing dan sesak napas. Konsentrasi hemoglobin optimal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi menurut usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, kebiasaan merokok dan status kehamilan.

“Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat besi, kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga merupakan penyebab penting,” tulis WHO.

Menurut WHO, ada beberapa tanda atau gejala yang menunjukan seseorang mengalami anemia diantaranya adalah mudah merasakan kelelahan, mengantuk, pusing, sakit kepala, dan sesak napas ketika berolahraga. Kondisi kekurangan sel darah merah, sebut WHO, rentan terjadi pada ibu hamil dan anak-anak,yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan dampak yang buruk.

“Anak-anak dan ibu hamil sangat rentan, dengan kasus anemia yang lebih parah menyebabkan peningkatan risiko kematian ibu dan anak. Anemia defisiensi zat besi juga terbukti memengaruhi perkembangan kognitif dan fisik pada anak-anak dan mengurangi produktivitas pada orang dewasa,” tulis WHO.

WHO menambahkan, anemia merupakan indikator gizi buruk dan kesehatan yang buruk. Sehingga perlu ditangani dari berbagai perspektif dan melalui berbagai upaya terkoordinasi, yang melibatkan berbagai sektor pemerintah, organisasi nonpemerintah, badan dan sektor swasta serta peran serta masyarakat.

Salah satunya, sebut WHO, adalah dengan mengetahui karakterisasi anemia yang akurat untuk memahami beban dan epidemiologi masalah ini. Selain itu juga perlu untuk merencanakan intervensi kesehatan masyarakat, dan juga perawatan klinis bagi orang-orang yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

“Anemia defisiensi besi adalah bentuk yang paling umum dan sering kali dapat diobati melalui perubahan pola makan, bentuk anemia lainnya harus diobati dengan mengatasi infeksi yang mendasarinya dan kondisi kronis yang memerlukan intervensi kesehatan yang komprehensif,” sebut WHO.

Sumber Foto: Freepik

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image