Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sucahyo adi swasono@PTS_team

Politik Uang, Uang Politik

Sastra | 2024-12-02 01:10:57
Sumber gambar: kajianpustaka.com

Pesta telah berakhir, kata mereka
Dan, beraneka ragam catatan terukir dalam sejarah
Kesedihan, kekecewaan sesak di dada bagi yang kalah
Suka cita dan perjamuan layaknya resepsi bagi yang merasa menang

Bila itu dinyatakan sebagai pesta, mengapa harus ada kalah-menang?
Ada duka nestapa pula di ujung akhirnya?
Pesta, ataukah pertarungan berlapiskan pertikaian?

Adakah dan dimanakah politik yang bersih itu dipentaskan?
Bukankah mengidealkan bijaksana, berwibawa dan bersih dalam sebuah tatanan?
Dengan cara apa dan bagaimanakah mewujudkannya?

Berkontestasi tanpa uang, bisakah?
Mendulang suara tanpa uang, mungkinkah?

Berpolitik bebas uang hanyalah hembusan angin selembut sutra
Teramat sulit untuk dipercaya pada fakta realitanya
Sebab, uang lebih banyak bicara di atas segalanya
Ketika politik dijalankan demi ambisi berkuasa

*****

Kota Malang, Desember di hari kedua, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image