Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Taufiq

Adzan: Panggilan untuk Beribadah atau Sebuah Bentuk Musik?

Agama | 2024-11-30 10:01:47

Salah satu kewajiban mendasar seorang Muslim adalah melaksanakan salat lima waktu, dan adzan berfungsi sebagai panggilan yang menandakan waktu salat telah tiba. Adzan memiliki makna besar dalam Islam sebagai pengingat untuk memenuhi kewajiban kepada Allah. Menariknya, adzan juga mengandung unsur ritme dan melodi, sering menggunakan mode tradisional seperti jiharkah dan nahawand. Unsur seperti ritme, melodi, dan variasi volume ini juga ditemukan dalam musik. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah adzan dapat dikategorikan sebagai musik, atau sebaliknya, apakah musik dapat disamakan dengan adzan?

Pengertian

(Ibn Qasim, Fathul Qarib: 15) menjelaskan adzan dari perspektif linguistik dan terminologis. Secara linguistik, adzan berasal dari kata Arab al-‘ilam, yang berarti "informasi" atau "pengumuman." Secara terminologi, adzan didefinisikan sebagai bentuk khusus dari dzikir yang bertujuan mengumumkan masuknya waktu salat wajib. Hal ini menunjukkan bahwa adzan tidak hanya sebagai pengingat praktis tetapi juga panggilan spiritual untuk berkumpul dan beribadah.

Imam Bukhari juga menekankan tujuan adzan melalui hadis sahih:

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

"Salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat, dan ketika waktu salat tiba, salah satu dari kalian hendaknya mengumandangkan adzan, dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam." (Sahih al-Bukhari: 631).

Adzan terdiri dari 15 frasa: 4 takbir, 2 deklarasi tauhid (syahadat Lailaha illa Allah), 2 kesaksian atas kerasulan Nabi Muhammad (syahadat Rasulullah), 2 ajakan salat (hayya 'ala as-salah), 2 ajakan menuju kemenangan (hayya 'alal falah), 2 takbir tambahan, dan pernyataan tauhid sebagai penutup. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Abu Daud:

حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ، قَالَ: لَمَّا أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاقُوسِ يُعْمَلُ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلنَّاسِ لِجَمْعِ الصَّلَاةِ، طَافَ بِي وَأَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوسًا فِي يَدِهِ، فَقُلْتُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَتَبِيعُ النَّاقُوسَ ؟ قَالَ: وَمَا تَصْنَعُ بِهِ ؟ فَقُلْتُ: نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: أَفَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ ؟ فَقُلْتُ لَهُ: بَلَى، قَالَ: فَقَالَ: تَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ.

Telah meriwayatkan kepadaku Abdullah bin Zaid: Ketika Rasulullah memerintahkan agar dibuat lonceng yang akan digunakan untuk mengumpulkan orang-orang untuk salat, seorang laki-laki yang membawa lonceng di tangannya muncul dalam mimpiku, dan aku berkata kepadanya, "Wahai hamba Allah, maukah engkau menjual lonceng itu?" Dia bertanya, "Untuk apa engkau menggunakannya?" Aku menjawab, "Kami akan menggunakannya untuk memanggil orang-orang untuk salat." Dia berkata, "Maukah aku menunjukkan sesuatu yang lebih baik dari itu?" Aku menjawab, "Tentu." Lalu dia mengajarkanku untuk mengucapkan: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Marilah salat, marilah salat; marilah menuju kemenangan, marilah menuju kemenangan. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah." (Sunan Abu Daud: 499).

Di sisi lain, musik didefinisikan sebagai bentuk seni dan ekspresi budaya yang mengatur suara secara terstruktur untuk menyampaikan emosi, ide, atau estetika. Musik mencakup elemen seperti ritme, melodi, dan harmoni, yang dipengaruhi oleh konteks budaya dan sejarah. Musik sering kali diciptakan atau ditampilkan untuk menyampaikan perasaan, seperti kegembiraan, kesedihan, kemarahan, atau cinta, yang memungkinkan artis dan penonton untuk terhubung secara emosional (Gabrielsson & Juslin, 2003, pp. 503–534).

Apakah Adzan sebuah Bentuk Musik?

Meski memiliki elemen serupa seperti ritme, melodi, dan variasi volume, perbedaan mendasar antara adzan dan musik terletak pada tujuannya. Adzan adalah pengumuman sakral yang mengajak umat Islam untuk salat dan mengagungkan Allah, sedangkan musik terutama bertujuan menghibur, memberikan kesenangan, relaksasi, dan hiburan.

Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa musik dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suara yang berirama, yang dapat muncul tanpa alat maupun dengan menggunakan alat. Beliau menyebutkan, "Sekarang kita bahas suara berirama tanpa alat, seperti membaca Al-Qur'an, apakah ada iramanya? Jika demikian, tentu tidak mungkin dilarang. Bagaimana dengan sajak-sajak, apakah ada iramanya? Al-Qur'an sendiri memiliki musik Al-Qur'an karena memang terdapat irama di dalamnya.”

Lebih lanjut, Prof. Quraish Shihab menambahkan bahwa musik yang disertai alat seperti seluring atau instrumen lainnya juga tidak secara otomatis terlarang. "Dasarnya, alat itu sendiri tidak dilarang. Yang dilarang adalah penggunaannya jika alat tersebut digunakan untuk hal-hal yang mengantar kepada penyimpangan," jelasnya.

Dari penjelasan ini, penggunaan musik untuk memperindah suara adzan tidak ada larangan di dalamnya, sebagaimana musik dalam bacaan Al-Qur'an. Namun, apabila penggunaan musik tersebut mempengaruhi tujuan awal adzan sebagai ibadah—misalnya, menjadi penghantar kepada kelalaian atau penyimpangan—maka penggunaan musik tersebut jelas haram hukumnya. Secara unsur atau elemen, adzan dan bacaan Al-Qur'an dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan musik. Akan tetapi, jika dilihat dari segi tujuan yang mendasar, keduanya memiliki perbedaan signifikan. Adzan bertujuan sebagai panggilan ibadah, sedangkan musik, pada umumnya, bertujuan untuk hiburan atau ekspresi seni.

Disisi lain, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata:

إِنَّ الْقُرْآنَ وَ الْغِنَاءَ لَا يَجْتَمِعَانِ فِي الْقَلْبِ أَبَدًا، لِمَا بَيْنَهُمَا مِن التَّضَادِّ

Sesungguhnya Al-Quran dan nyayian itu tidak akan bersatu di hati selamanya, karena keduanya itu bertentangan. (Ighatsatul Lahfan, 1: 248)

Dari perkataan Ibnu Qayyim ini, Al-Qur'an yang tujuan dasarnya adalah untuk ibadah dan amal saleh tidak dapat disandingkan atau disamakan dengan musik yang tujuan utamanya adalah hiburan. Sejalan dengan itu, adzan yang memiliki kesamaan tujuan dengan Al-Qur'an juga tidak bisa disamakan dengan musik. Keduanya ibarat air dan minyak—tidak dapat bersatu

Dengan demikian, adzan memiliki peran yang sangat penting dalam Islam sebagai panggilan sakral untuk melaksanakan salat dan mengagungkan Allah. Meskipun adzan memiliki elemen seperti ritme dan melodi yang menyerupai musik, perbedaan mendasar terletak pada tujuan utamanya. Adzan adalah ibadah dan panggilan spiritual, sedangkan musik secara umum bertujuan untuk hiburan atau ekspresi seni. Tidak dilarang dalam penggunaan elemen music dalam adzan selama tidak mengarah pada penyimpangan. Ulama lain menegaskan bahwa Al-Qur'an dan nyanyian tidak dapat bersatu karena memiliki tujuan yang bertolak belakang. Keduanya ibarat air dan minyak—tidak bisa bersatu karena perbedaan hakikat dan fungsi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image