Peran Apoteker dalam Edukasi Penggunaan Antibiotik
Eduaksi | 2024-11-29 09:27:14Di Indonesia, maraknya penggunaan antibiotik secara tidak tepat menjadi topik permasalahan yang serius di dalam dunia kesehatan. Antibiotik ini merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tinggi di kalangan umum menyebabkan timbulnya resistensi antibiotik, resistensi antibiotik ini mengakibatkan bakteri tidak dapat merespon obat yang akan membunuhnya. Dalam hal ini, peran apoteker dalam edukasi dan penyuluhan mengenai penggunaan antibiotik ini menjadi suatu hal yang sangat diperlukan.Menurut WHO, pada tahun 2050 diperkirakan angka kematianakibat resistensi antimikroba sebesar 10 juta (4,7 jutadiperkirakan penduduk Asia) apabila tidak ditangani dengan serius .
Kesadaran masyarakat di Indonesia mengenai penggunaan antibiotik dengan baik dan benar masih sangat rendah. Banyak orang mengonsumsi antibiotik ini tanpa menggunakan resep dari dokter atau tidak menuntaskan pengobatan sesui dengan anjurannya, yang berpotensi menyebabkan resistensi bakteri. Resistensi tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan orang saja, namun juga menambah beban ekonomi pada sistem kesehatan nasional.WHO memperkirakan lebih dari setengah dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan, dan dijual dengan cara yang tidaktepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidaktepat. Mengetahui hal ini apoteker.
Peneliti menunjukkan bahwa hanya kurang lebih sekitar 38% masyarakat Indonesia yang memiliki pemahaman terhadap kegunaan antibiotik untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Melihat krisisnya pengetahuan masyarakat Indonesia ini apoteker memiliki peran penting sebagai alat penghubung dengan pasien dan beberapa informasi medis. Berikut beberapa peran apoteker dalam edukasi penggunaan antibiotik sebagai berikut
1.Memberikan Informasi
Apoteker berperan memberikan informasi kepada pasien mengenai antibiotik seperti jenis-jenis, dosis yang tepat, cara penggunaan, serta efek samping yang dapat ditimbulkan. Apoteker juga harus menjelaskan betapa pentingnya menyelesaikan serangkaian pengobatan meskipun gejala penyakit sudah membaik.Hal ini dapat dilakukan dengan secara langsung, pembagian brosur, video edukasi, ataupun melalui media sosial/platform digital.
2.Berkolaborasi denganTenagaKesehatanLain
Apoteker bekerja sama dengan dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan informasi dengan benar dan tepat mengenai penggunaan antibiotik. Kolaborasi ini perlu dilakukan untuk mengembangkan solusi dalam menangani masalah resistensi antibiotik.
3.Menyelenggarakan KegiatanSosialisasi dan Konseling
Dengan adanya sosialisasi atau konseling ini apoteker dapat menjelaskan pentingnya penggunaan antibiotik secara rasional kepada masyarakat, namun tidak hanya pada masyarakat saja melainkan juga kepada para tenaga medis. Kegiatan ini biasanya melibatkan diskusi interaktif untuk meningkatkan pemahaman.
Peran apoteker dalam edukasi penggunaan antibiotik sangat penting dilalukan untuk mencegah resistensi antibiotik. Melalui berbagai cara edukasi, apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penggunaan obat yang tepat. Oleh karena itu, kolaborasi antara apoteker, tenaga kesehatan lainnya, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Oktresia, E. G. (t.thn.). Peran apoteker dalam edukasi resistensi antibiotik di Kecamatan Keruak Lombok Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 38-41.
Pambudi, R. &. (2022). Sosialisasi penggunaan antibiotik yang benar pada masyarakat di Apotek Yudhistira Surakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 214-219.
Yuliana, T. (2020). Edukasi kesehatan masyarakat: Peran apoteker dalam meningkatkan kesadaran penggunaan obat. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.