Ketegasan yang Dipertanyakan: Aturan Dosen UNAIR tentang Keterlambatan di Tengah Risiko Keselamatan Mahasiswa
Update | 2024-11-26 21:24:37Kebijakan ketat dosen Universitas Airlangga (UNAIR) baru-baru ini menjadi bahan diskusi di kalangan mahasiswa baru. Aturan yang tidak memberikan toleransi terhadap keterlambatan meskipun jadwal kuliah mengharuskan perpindahan dari Kampus B ke Kampus C dalam waktu singkat memunculkan pro dan kontra. Mahasiswa menyuarakan kekhawatiran akan risiko keselamatan akibat aturan ini, terutama saat mereka harus terburu-buru di jalan.
Universitas Airlangga, salah satu universitas terkemuka di Indonesia, memiliki beberapa kampus yang tersebar di Surabaya. Kampus B dan Kampus C, meskipun terletak dalam satu kota, memerlukan perjalanan yang tidak singkatdi tengah padatnya lalu lintas. Ketika jadwal kuliah mengharuskan perpindahan antar kampus, mahasiswa sering kali menghadapi dilema antara menepati waktu dan menjaga keselamatan.
Namun, kebijakan seorang dosen yang tidak mentoleransi keterlambatan tanpa mempertimbangkan kendala ini menjadi sorotan. Banyak mahasiswa merasa tertekan dan terpaksa mengabaikan aspek keselamatan demi mengejar waktu agar tidak terkena sanksi akademik.
Beberapa mahasiswa mengungkapkan pengalaman mereka yang harus memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi atau mengambil jalan pintas berbahaya untuk sampai tepat waktu. Risiko kecelakaan lalu lintas pun meningkat, terutama bagi mahasiswa yang menggunakan sepeda motor atau transportasi umum. Bahkan, dalam dua bulan awal perkuliahan, sudah ada dua mahasiswa yang mengalami kecelakaam karena hal tersebut.
Di sisi lain, dosen yang memberlakukan aturan tersebut berdalih bahwa disiplin adalah bagian penting dari pendidikan. Keterlambatan, menurutnya, mencerminkan sikap yang kurang menghargai waktu dan tanggung jawab.
“ Tidak ada toleransi untuk keterlambatan baik itu dari kampus b dan c ataupun sebaliknya.” ungkap sang dosen. Namun, sikap ini dinilai kurang fleksibel mengingat kondisi nyata yang dihadapi mahasiswa.
Isu ini memunculkan seruan untuk dialog antara mahasiswa, dosen, dan pihak universitas. Sebagian mahasiswa mengusulkan agar jadwal kuliah yang melibatkan perpindahan antar kampus diatur lebih longgar, dengan waktu istirahat yang memadai untuk perjalanan.
Ketegasan dalam dunia pendidikan memang diperlukan, tetapi penerapannya harus tetap mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan keselamatan. Kasus ini menjadi pengingat bahwa kebijakan akademik sebaiknya dirancang dengan pendekatan yang holistik, agar mahasiswa tidak harus memilih antara disiplin dan nyawa. Dialog terbuka antara dosen dan mahasiswa bisa menjadi langkah awal untuk menemukan solusi yang adil dan bijaksana.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.