Olahraga dan Kesehatan Mental
Olahraga | 2024-11-26 10:36:38Isu kesehatan mental kini semakin menarik untuk dibahas dan digali lebih dalam. Semakin banyaknya konten berisikan edukasi membuat kita semakin sadar akan penyakit mental. Kesehatan mental merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. WHO sendiri menyebutkan ada 4 syarat seseorang bisa dikatakan sehat mentalnya. Pertama, seseorang dikatakan sehat mental saat dia sejahtera (well being). Kedua, orang sehat mentalnya saat dia mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Ketiga, orang yang sehat mental akan mampu bertahan terhadap stressor dalam hidupnya. Terakhir, orang sehat mental saat dia bisa berkontribusi positif untuk lingkungan sekitanya.
Isu ini selalu menarik untuk dibahas, terlebih saat ini banyak orang yang harus berjuang untuk menyembuhkan mentalnya. Seperti, pada tahun 2022 BPS merilis sejumlah 109.530 jiwa penduduk mengalami gangguan mental dengan rentang usia 5-75 tahun. Beberapa alasan dikemukakan mengapa angka ini bisa muncul, salah satunya adalah pandemik yang melanda beberapa tahun silam.
Di Negara lain seperti Amerikajuga tidak luput dari isu kesehatan mental. Tercatat 1 dari 5 orang di Amerikan mengalami gangguan mental. Sekitar 9,5% penduduk harus berjuang untuk menyebuhkan dirinya. Setidaknya pertahun Amerika membutuhkan 40 US dollar untuk menyelesaikan masalah ini. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, karena semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan mental berati semain buruk pula produktivitas kerja mereka. Negara juga turut menanggung rugi akibat dari dana yang secara terus menerus digelontorkan untuk penyembuhan.
Olah Raga Dalam Menurunkan Angka Gangguan Mental
Selama berabad-abad peneliti berusaha mencari pengobatan dan terapi yang paling efektif untuk menyebuhkan pasien gangguan mental. Seperti pada tahun 1983 Doyne dkk, mengemukakan bahwa jalan kaki bisa mengurangi munculnya gejala depresi. Sedangkan Dilorenzo dkk, menemukan bahwa program fitness mampu membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Pembentukan badan akan membuat individu merasa jauh lebih berharga dan bisa memandang hidupnya secara berbeda.
Olah raga dianggap mampu menurunkan bahkan menyembukan beberapa gangguan mental. Saat seseorang berolahraga makan peredaran darah akan semakin lancar. Lancarnya peredaran darah akan memacu hormone dopamine untuk keluar. Homon ini bertugas untuk memberikan rasa bahagia. Bukan hanya itu olah raga beregu seperti sepak bola, basket bahkan badminton akan membuat individu merasa memiliki dan tidak terasing.
Olah raga juga bisa digunakan sebagai Saranac coping stress (upaya mengatasi strees)yang efektif. Biasanya orang dengan gangguan mental akan terperangkap pada satu pemikiran tertentu. Berolahraga bisa menjadi pengalihan yang positif bagi penderitanya. Bahkan beberapa olah raga seperti yoga akan memberikan efek relaksasi sehingga tubuh jauh lebih rileks dalam menghadapi masalah. Orang yang mengikuti kelas aerobic seperti zumba, pound fit akan jauh lebih merasa puas karena di sela-sela olah raga dia akan berteriak. Berteriak bisa menghilangkan beberapa sumbatan emosi yang terpendam.
SUMBER :
Dilorenzo, TM., Bargman, E.P., Stucky-ropp, R., dkk. 1999. Long-Terem Effect Of Aerobic Exercise On Psychological Outcomes. Prev med. 28: 75-85.
Doyne, E.J., Chambless, D.L.. 1983. Aerobic Exercise As A Treatment For Depression Women. Behavior Therapy. 14: 434-440.
Lynette, L., Craft., Frank, M. 2004. The Benefits of Exercise for the clinically depressed. Psychiatry. 6(3)
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjIyIzI=/persentase-penduduk-yang-mempunyai-keluhan-kesehatan-selama-sebulan-terakhir.html
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.