Teknologi Biometrik untuk Keamanan Tanpa Kata Sandi
Teknologi | 2024-11-22 16:10:22Teknologi biometrik telah menjadi inovasi penting yang memberikan keamanan tanpa kata sandi. Memanfaatkan karakteristik unik dari setiap orang seperti sidik jari, wajah, suara, dan iris mata (Sari, 2024). Teknologi ini memberikan solusi keamanan lebih praktis dan sulit diretas dibandingkan metode konvensional berbasis kata sandi. Fitur biometrik memiliki pola yang berbeda-beda pada setiap orang sehingga sulit dipalsukan atau dicuri. Metode ini sudahmulai diterapkan di berbagai perangkat dan bidang termasuk smartphone, perbankan, dan sistem akses gedung. Pengenalan sidik jari dan wajah paling umum digunakan, namun teknologi pengenalan suara dan iris mata terus dikembangkan untuk memperluas cakupannya. Dengan otentikasi biometrik, pengguna tidak perlu lagi mengingat atau mengetikkan kata sandi serta proses otentikasi dilakukan secara otomatis melalui pemindaianfisik atau suara (Mamduh, 2024).
Tantangan utama dalam penerapan teknologi biometrik untuk keamanan tanpa kata sandi adalah masalah privasi dan keamanan data biometrik itu sendiri, seperti sidik jari,pengenalan wajah, dan pemindaian iris mata. Berbeda dengan kata sandi yang dapat diubah sewaktu-waktu jika data biometrik diretas, pengguna tidak dapat dengan mudah mengubah sidik jari. Akibatnya, data biometrik menjadi sasaran rentan berbagai serangan siber. Selain itu, jika tidak dikelola dengan baik, data biometrik dapat digunakan untuk memantau dan melacak orang tanpa persetujuan mereka sehingga meningkatkan risiko pelanggaran data.Selain masalah keamanan data, teknologi biometrik juga menghadapi tantangan terkait akurasi dan reliabilitas. Misalnya, akurasi pengenalan wajah dapat terpengaruh dalam cahaya redup, sudut tertentu, atau adanya perubahan fisik. Pengenalan suara mungkin sulit dilakukanjika lingkungan terlalu bising atau pengguna sedang sakit yang menyebabkan perbedaan suara. Ada juga risiko false acceptance dan false rejection kasus pada sistem biometrik salah mengenali pengguna yang tidak sah atau menolak pengguna yang sah.
Solusi untuk tantangan ini berfokus pada peningkatan teknologi dan peraturan keamanan data yang ketat. Pengembangan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu meningkatkan akurasi sistem biometrik. AI mampu mempelajari pola dan perubahan karakteristik pengguna sehingga sistem bisa beradaptasi lebih baik di berbagai kondisi.Misalnya, AI dapat meningkatkan pengenalan wajah di lingkungan gelap atau mengenali suara pengguna dalam kondisi akustik berbeda. Penggunaan teknologi blockchain semakin banyak dipertimbangkan untuk mengatasi permasalahan keamanan data. Blockchainmemungkinkan data biometrik dikonversikan dan disimpan secara terdesentralisasi sehingga sulit untuk diretas atau diubah.
Selain itu, peraturan yang kuat juga diperlukan untuk memastikan perlindungan data biometrik. Banyak negara mulai memberlakukan peraturan terkait privasi data seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa yang mengatur data pribadi termasuk data biometrik. Peraturan tersebut mengharuskan perusahaan untuk melindungi data biometrik melalui enkripsi yang kuat dan pembatasan akses yang ketat sehingga memberikan pengguna kontrol lebih besar atas data pribadi mereka. Penerapan solusi teknologi, dikombinasikan dengan peraturan perlindungan data yang kuat, diharapkan dapat memastikan keamananbiometrik menjadi lebih andal dan dapat diandalkan di masa depan, sekaligus mengatasi tantangan otentikasi biometrik.
Referensi : Mamduh, M. (2024). Bagaimana Teknologi Biometrik Ubah Gaya Hidup Masyarakat Indonesia?Medcom.Id.https://www.medcom.id/teknologi/news-teknologi/ybJ3Vmjk-bagaimana-teknologi-biometrik-ubah-gaya-hidup-masyarakat-indonesiahttps://www.cloudcomputing.id/pengetahuan-dasar/apa-itu-biometrik
Sari, R. P. (2024). Apa itu Biometrik?Pengertian & Perannya dalam Keamanan Siber.CLOUDCOMPUTINGINDONESIA.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.