Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kenindra Anabela

Maraknya AI yang Mengguncang Dunia Digital

Teknologi | 2024-11-22 07:41:01
Sumber: https://m.facebook.com/share/p/1WmZgA?wtsid=rdr_0nYyJ5HnKNqYOdsku

Berbagai lapisan masyarakat Indonesia, terlebih Gen Z sudah tak asing dengan istilah AI. Artificial intelligence atau AI merupakan suatu langkah untuk menciptakan komputer, robot, atau aplikasi atau program yang bekerja secara cerdas, layaknya seperti manusia (McCarthy, 2007). Secara lebih sederhana, AI berarti sistem yang berguna mempermudah melakukan pekerjaan. Namun, sayang seribu sayang, kini AI cenderung dimanfaatkan oleh beberapa oknum dalam kenegatifan.Dunia digital dihadapkan dengan dua pilihan, peluang atau kecemasan? Setelah menelaah lebih jauh mengenai cara memanfaatkan kecerdasan buatan oleh generasi saat ini, ternyata cukup memprihatinkan. Menjerumus pada kecemasan akibat tindakan yang seakan candu dalam menggunakan AI di segala situasi.

Kemampuan untuk berpikir kritis menurun karena memilih cara instan dalam mencari informasi, tanpa melalui riset lebih lanjut. Parahnya, rasa percaya dengan diri sendiri luntur dalam menentukan solusi akibat terbiasa menggunakan AI dalam menghadapi permasalahan.Ketika berkaca pada kenyataan, generasi sekarang seperti mengikis kualitas diri, terlihat dari sikap malas berpikir dan mencari tahu. Hal tersebut yang melatarbelakangi mereka gencar menggunakan AI yang dikenal simpel dan anti ribet. Hanya bermodal mengetik sepatah dua patah kalimat, sistem akan memberikan jawaban.AI tak hanya sebatas bentuk tulisan layaknya Chat GPT, melainkan terdapat pula website yang dapat mengedit gambar, bahkan video buatan yang diatur sesuai kemauan seseorang. Hal ini menyebabkan masyarakat terkecoh dan tidak menyadari adanya keterlibatan AI dalam suatu foto atau video tersebut apabila tidak diperhatikan dengan jeli. Tak heran berita bohong lebih mudah menyebar di masyarakat.

Baru-baru ini tengah beredar foto Gunung Lewotobi di Flores Timur yang meletus dengan ledakan besar. Hal tersebut menjadi pokok perbincangan di media sosial, netizen menyoroti adanya kejanggalan. Foto gunung meletus yang tampak seperti rekayasa dan berbagai ornamen yang terkesan aneh. Pertama, pijaran lava yang sangat tinggi dengan kepulan asap besar menunjukkan kesan yang dahsyat. Sementara di sisi lain awan terlihat cerah, padahal biasanya lava pijar muncul dalam kondisi malam atau awan gelap. Selanjutnya, bagian kabel listrik yang tiba-tiba hilang dan kendaraan yang tidak memiliki plat nomor juga menunjukkan keanehan yang menjadi tanda tanya dari gambar tersebut. Padahal, peristiwa yang sebenarnya terjadi adalah erupsi gunung yang nyatanya tidak sesuai seperti foto.

Hal ini diperkuat dengan sanggahan seorang netizen berinisial NY, "sy tinggal di flotim maumere suami sy tim SAR kak.. Memang gunungnya erupsi smpai ke levels IV awas. Tpi tidak seperti yg ada digambar.." tulisnya di komentar. Oleh karena itu, dugaan mengarah bahwa foto tersebut adalah hasil AI, bukan foto yang diambil secara langsung. Berdasarkan peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pengaruh AI di tangan yang salah dapat memicu penyebaran berita bohong.Banyak dokumentasi berupa foto dan video mengenai peristiwa ini yang diunggah oleh warga sekitar Gunung Lewotobi. Lalu, mengapa tidak menyebarkan sesuai foto asli yang sudah jelas kebenarannya? Heran pula, mungkin oknum yang menggunakan AI benar-benar sudah merasakan candu yang berlebih, sehingga terobsesi mencari cara untuk menarik perhatian umum.

Pandangan mata sekilas akan sulit mengenali editan dari AI, kecuali bagi orang yang berkecimpung di bidang tersebut. Tidak semua usia dapat membedakan antara foto AI dengan asli, sehingga hal ini sangat krusial jika dibiarkan berlarut. Ditambah dengan kemajuan teknologi digital yang mengakibatkan informasi bisa sampai hingga ke ujung nusantara dengan mudah. Baik informasi nyata maupun bohong, masyarakat cenderung panik dibanding mencari tahu terlebih dahulu. Bayangkan berbagai editan AI yang membawa informasi darurat seperti bencana alam itu tentu memperkeruh suasana. Mungkin benar bahwa khalayak akan membuka mata terkait isu lingkungan yang terjadi, tetapi memberikan gambaran tidak sesuai faktanya sama artinya dengan tindakan mempermainkan nurani masyarakat.

AI yang dimanfaatkan dalam bentuk tipu muslihat tidak layak disebarluaskan. Teknologi seakan membawa pengaruh buruk dalam diri seseorang. Tidak berpikir panjang terhadap dampak yang ditimbulkan, justru tetap menjunjung kepuasan pribadi. Hal ini menunjukkan adanya perhatian khusus terhadap logika berpikir dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan teknologi dengan bijak.Sementara bagi para pengguna platform digital perlu untuk waspada dengan segala informasi yang beredar. Baik dalam bentuk tulisan, foto, atau video memiliki kemungkinan bukan kejadian asli, melainkan bentuk khayalan yang seolah nyata dengan bantuan Artificial intelligence. Memastikan diri untuk lebih gencar mencari tahu lebih lanjut, bukan hanya mengikuti arus.

Di sisi lain, seharusnya kecerdasan buatan menjadi sarana memperkuat perkembangan diri seseorang. Peluang untuk mempermudah kegiatan sehari-hari umumnya dapat tercipta dengan tetap memperhatikan segala dampak yang mungkin terjadi. Generasi masa kini sepatutnya menunjukkan peran penting pemuda dalam mewujudkan Indonesia Emas dengan pemanfaatan teknologi AI. Tidak bergantung secara penuh, apalagi memanfaatkan dalam hal buruk. Namun, menggunakan teknologi yang berkembang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas diri. Kesadaran mengenai pentingnya memanfaatkan teknologi dengan bijak merupakan kunci. Hal tersebut dikarenakan kekacauan terhadap teknologi tak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga orang lain, bahkan sang ibu pertiwi. Sejatinya manusia harus mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image