Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Librisida Zionis-Israel di Jalur Gaza

Politik | 2024-11-20 04:57:03
Perpustakaan Nasional hancur oleh serangan militer Israel di Jalur Gaza Palestina, Sumber : adararelief.com

Seluruh masyarakat dunia saat ini sepakat, bahwa invasi zionis-Israel ke Jalur Gaza dengan dalih pembelaan diri atas Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan kelompok Hamas, sesungguhnya sudah masuk kategori genosida, berupa tindakan pembantaian serta pemusnahan massal yang bertujuan menghancurkan secara keseluruhan suatu kelompok berdasarkan identitasnya seperti etnis, agama, ras, atau kebangsaan.

Bangsa Palestina telah menjadi target utama dari operasi militer dilakukan Israel, yang sebenarnya tidak hanya dilakukan pasca serangan 7 Oktober 2023 saja, tetapi semenjak tahun 1948, ketika kelompok zionis mendeklarasikan Israel sebagai sebuah negara di atas tanah Palestina, artinya operasi genosida sudah sejak lama dilakukan Israel, secara sistematis dan masif, menyasar semua orang teridentifikasi sebagai bangsa Palestina, tidak memandang usia dan jenis kelamin, semuanya terkategorisasi sama sebagai target kekerasan.

Ironisnya selama puluhan tahun aksi penyerangan Israel pada bangsa Palestina, ternyata tidak hanya dilakukan pihak militer saja, pemerintah zionis memberikan kelonggaran berupa persetujuan atau mengizinkan para pemukim Yahudi-Israel, terutama di Tepi Barat untuk melakukan penyerangan pada warga Palestina, hal ini merupakan bentuk praktik kejahatan kemanusiaan paling bengis dan kejam, pelaku kekerasan ternyata tidak hanya pihak militer, juga pelibatan warga sipil (Pappe, 2024).

Sedangkan invasi militer zionis ke Jalur Gaza, sudah berjalan satu tahun lebih menurut keterangan Kementerian Kesehatan Palestina telah mengakibatkan korban meninggal mencapai 44.000 jiwa, disertai kerusakan sangat parah serta menyeluruh hampir di semua infrastruktur dan fasilitas dasar, bahkan menurut beberapa pengamat internasional, Jalur Gaza saat ini menjadi tempat tidak layak dihuni dan ditempati manusia, hal ini semata-mata untuk menggambarkan kehancuran sangat besar, dampak dari kejahatan humaniter dilakukan Israel.

Menurut Otoritas Kualitas Lingkungan Palestina, bahwa zionis-Israel telah menjatuhkan sebanyak 85.000 ton bom di atas Jalur Gaza, hal ini melebihi jumlah bom yang digunakan ketika Perang Dunia II, antara blok sekutu melawan blok fasis, dari besarnya penggunaan bom itu, dampak kerusakan ditimbulkan di Gaza bisa kita bayangkan dan perkirakan, sepertinya akan melebihi kehancuran akibat Perang Dunia II.

Aksi Librisida

Selain melakukan pembunuhan sistematis kepada warga Palestina umumnya merupakan perempuan, anak-anak, dan orang tua, disertai penghancuran seluruh infrastruktur dan fasilitas kebutuhan dasar, kelompok zionis-Israel juga terang benderang melakukan aksi librisida.

Librisida adalah tindakan pemusnahan buku dengan sengaja, seperti pembakaran buku, penghancuran perpustakaan, dan pemusnahan arsip, tujuan utamanya menghilangkan identitas suatu bangsa, dengan maksud menghabisi memori berupa kenangan kolektif dari berbagai gagasan suatu kebudayaan. Tidak ada buku artinya tidak memiliki identitas atau tanpa memori, pihak yang melakukan librisida ingin menghapus jejak-jejak ingatan kelompok lain, dengan menata ulang kenangan atau identitas baru, sesuai dengan kepentingan atau hasrat pelaku dari aktor librisida (Baez, 2013).

Selama invasi Israel ke Jalur Gaza, tercatat sudah lebih dari tiga belas gedung perpustakaan dihancurkan atau dirobohkan, baik melalui roket pesawat terbang atau buldoser, seperti menimpa perpustakaan Masjid Agung Omari, perpustakaan Kota Gaza, perpustakaan di sekolah-sekolah, perpustakaan di perguruan tinggi, dan Pusat Kebudayaan El Shawa, tentu banyak buku-buku, manuskrip, karya tulis, atau arsip penting tentang identitas kebangsaan Palestina hancur dan terbakar, bersamaan tewasnya para pustakawan dan penjaga arsip di dalam gedung-gedung itu. Para pustakawan dan penjaga arsip menaruhkan hidup mereka menjaga harta karun sangat berharga dan tidak ternilai harganya, yaitu ilmu pengetahuan dan kenangan kolektif.

Zionis Israel sengaja menargetkan buku-buku sebagai salah satu target militer harus dihancurkan, guna menghilangkan atau menghapus identitas Palestina sebagai suatu bangsa. Karena buku dan perpustakaan itu tempat untuk merekam pemikiran, kebudayaan, kesenian, dan ilmu pengetahuan, maka ketika satu bangsa menghancurkan buku dan perpustakaan, artinya sedang melakukan penghilangan indentias bangsa lain.

Aksi zionis-Israel meniru aksi Partai Nazi (Jerman) pernah melakukan pembantaian kaum Yahudi di Benua Eropa, ketika Perang Dunia II, Partai Nazi tidak hanya melakukan genosida, tetapi juga melakukan aksi librisida.

Aksi librisida itu dilakukan para mahasiswa Jerman dengan mendatangi beberapa perpustakaan di perguruan tinggi atau perpustakaan umum di pusat kota, praktik librisida dilakukan dengan membentuk rantai manusia dari dalam perpustakaan sampai ke tengah lapangan kampus atau alun-alun kota, mereka mengoper satu demi satu buku, untuk dimasukan ke tungku api pembakaran telah disiapkan, buku-buku atau arsip yang dibakar karya penulis Yahudi atau buku-buku memiliki pandangan berbeda dengan ideologi fasis, aksi mahasiswa Jerman ini di dukung beberapa guru besar (profesor) di kampusnya.

Tindakan zionis-Israel hari ini di Jalur Gaza sesungguhnya serupa dilakukan Partai Nazi ketika itu, melakukan penghancuran dan pemusnahan buku, ironisnya dunia barat selama ini mengklaim diri bangsa beradab, menghargai ilmu pengetahuan, penyala api renaisans, dan menegakkan hak asasi manusia, diam seribu bahasa, tidak melakukan pengecaman apalagi berusahan menghentikan genosida dan librisida dilakukan zionis-Israel di Palestina, para penguasa negara-negara barat tetap memberikan dukungan atas tindakan kekejian dan kekejaman Israel.

Lawan Librisida-Genosida

Saat ini yang bisa kita lakukan melawan librisida-genosida di Palestina memang sangat terbatas sifatnya, mengingat kendala geografis sangat jauh, tetapi sebagai sesama umat manusia mencintai perdamaian dan kemerdekaan. Kita tidak boleh diam serta tidak melakukan aktivitas atau tindakan apa-apa, justru kita harus bergerak menujukan keberpihakan pada kemanusiaan (Greschinov, 2024).

Pertama, terus mendorong kesadaran bangsa Indonesia melakukan advokasi dan suarakan isu-isu Palestina, bisa melalui kanal media sosial, media digital, serta melakukan dialog secara langsung. Kedua, menyegarkan secara berkala mengenai kondisi terkini yang terjadi di Jalur Gaza, serta menggalang donasi kemanusiaan. Ketiga, menjalin tali silaturahmi dan komunikasi seluruh badan-badan pendukung kemerdekaan Palestina di tingkat nasional dan internasional, agar terus bersuara lantang membela Palestina di forum-forum dunia. Keempat, terus konsisten melakukan boikot pada produk-produk memiliki afiliasi dengan Israel dan sekutunya. Kelima, memproduksi berbagai narasi atau konten tentang Palestina melalui karya tulis, musik, audio-visual, film, budaya, dan lain-lain, mengingatkan pada dunia pada nasib suatu bangsa yang masih mengalami penjajahan, penindasan, dan penghisapan.

Kita semua berharap aksi kekerasan berupa librisida-genosida, dilakukan zionis-Israel telah melukai terlalu dalam rasa kemanusiaan kita bisa dihentikan, semoga cepat terwujud langkah nyata dan kongkrit, melibatkan dunia internasional mencegah penderitaan lebih lanjut bangsa Palestina, menghentikan segala aksi perusakan, pembunuhan, dan penindasan oleh zionis-Israel. Kita berharap hak-hak asasi bangsa Palestina dihormati dan dipulihkan, agar proses perdamaian dan dialog tercapai. From The River to The Sea, Palestine Will Be Free

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Karawang.

Referensi Artikel

1. Baez, Fernando. 2013. Penghancuran Buku Dari Masa Ke Masa (Marjin Kiri, Tanggerang).

2. Greschinov, Erlangga. 2024. Julid Fi Sabilillah Gerakan Netizen Melawan Penjajahan Zionis Israel atas Palestina (Renebook, Jakarta).

3. Pappe, Ilan. 2024. Palestine, The Biggest Prison On Earth. (Noura Books, Jakarta).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image