Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmada

#4 Cinta dan Takhta: Kisah Perjalanan Zhu Zhanji dan Permaisuri Sun Xiu dalam Sejarah Dinasti Ming

Sastra | 2024-11-17 21:02:42
Bab 3: Bayangan dan KebijaksanaanBeberapa hari setelah pertemuan dengan Xu Bin dan keputusan untuk memulai diplomasi dengan ancaman Mongol yang semakin dekat, suasana istana semakin mencekam. Berita-berita tentang pergerakan musuh yang semakin mendekat semakin menggema di seluruh penjuru, namun Zhanji tetap pada pendiriannya. Ia memutuskan untuk mengirim utusan kepada penguasa Mongol, berharap bisa menghindari konflik terbuka yang akan memakan banyak korban.Zhanji, meski tampak tenang di luar, menyimpan kecemasan dalam hatinya. Hari-harinya dipenuhi dengan tugas yang memaksanya untuk memikirkan bukan hanya masa depan Dinasti Ming, tetapi juga masa depan dirinya dan keluarganya. Ia merasa berat dengan tanggung jawab yang dipikulnya, apalagi setelah nasihat Xu Bin yang mengingatkannya untuk lebih mendengarkan suara hatinya daripada hanya mengandalkan akal dan kekuatan.Hari itu, Zhanji duduk sendirian di kamar kerajaan, memandangi peta besar yang terhampar di meja kayu. Tangan kanannya menyentuh lembut peta itu, jari-jarinya mengikuti garis batas wilayah yang kini terancam. Dalam hening, ia teringat akan pertemuannya dengan Sun Xiu beberapa hari lalu di taman istana.---Beberapa Hari Sebelumnya di Taman IstanaZhanji dan Sun Xiu berjalan beriringan di sepanjang jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga musim semi yang mekar. Mereka berdua jarang memiliki kesempatan seperti ini, di luar rutinitas dan tugas-tugas yang menumpuk.“Sun Xiu,” Zhanji memulai dengan suara lembut, “aku merasa semakin berat menjalani semua ini. Aku merasa ada begitu banyak yang harus kulakukan, tetapi kadang aku ragu apakah aku bisa melakukannya dengan benar.”Sun Xiu berhenti sejenak dan menatap Zhanji. Senyum lembut terukir di wajahnya. “Kita semua memiliki ketakutan dan keraguan, Zhanji. Tetapi yang penting adalah kita tidak membiarkan rasa takut itu menguasai kita. Ayahku selalu berkata, ‘Pemimpin sejati adalah yang bisa membawa orang lain berjalan bersamanya, bukan hanya yang berjalan di depan mereka.’”Zhanji menatap wajah Sun Xiu dengan penuh rasa syukur. Dalam kesunyian itu, ia merasa diberi kekuatan. Tidak ada yang tahu betul beban yang ia rasakan, selain Sun Xiu, istrinya yang selalu berada di sampingnya, memberikan kebijaksanaan dengan cara yang tenang.“Aku tahu, Sun Xiu. Dan aku bersyukur memiliki kamu di sisiku. Tetapi apa yang harus kulakukan jika semua ini berakhir dengan perang? Bagaimana kita bisa menghadapinya?” tanya Zhanji.Sun Xiu memandang jauh ke depan, seolah mengingat sesuatu dari masa lalunya. “Aku tidak tahu bagaimana akhirnya, tetapi aku tahu satu hal. Perang bukan hanya soal kemenangan atau kekalahan, tetapi juga soal bagaimana kita mempertahankan yang benar dan bijaksana dalam hati kita. Jangan biarkan hatimu menjadi dingin oleh tekanan, Zhanji.”Zhanji mengangguk perlahan, meresapi kata-kata itu. Ia merasa lebih ringan, seolah beban yang ada di pundaknya sedikit berkurang.---**Kembali ke Istana**Zhanji menarik napas dalam-dalam dan menatap ke luar jendela, matahari terbenam di ufuk barat, memancarkan cahaya keemasan yang menciptakan bayangan panjang di lantai ruangan. Pikirannya kembali melayang pada kata-kata Sun Xiu. Dengan hati yang lebih tenang, ia memutuskan untuk melanjutkan langkah diplomatiknya.Pada malam hari, Zhanji memanggil Yu Qian ke ruangannya untuk merencanakan langkah selanjutnya.“Pejabat Yu,” kata Zhanji, “kita akan mengirimkan utusan ke Mongol dengan tawaran perdamaian. Tapi aku ingin mendengar pendapatmu. Apakah ini keputusan yang benar?”Yu Qian, yang dikenal dengan kebijaksanaannya dalam peperangan, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. “Yang Mulia, keputusan ini berisiko. Di satu sisi, kita bisa menghindari konflik besar jika Mongol menerima tawaran kita. Namun, jika mereka menolaknya, kita harus siap dengan segala kemungkinan.”Zhanji menatap wajah Yu Qian dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa Yu Qian selalu berbicara dengan jujur dan tidak pernah membiarkan perasaan pribadi mempengaruhi keputusan penting. “Aku paham, Pejabat Yu. Namun, kita harus mencoba untuk tidak mengorbankan banyak nyawa jika ada cara lain. Aku ingin melihat apakah ada harapan untuk perdamaian.”Yu Qian mengangguk dengan penuh rasa hormat. “Jika itu yang Yang Mulia inginkan, kami akan mendukung keputusan ini. Namun, kami juga akan mempersiapkan segala hal untuk kemungkinan terburuk.”---Perjalanan Utusan dan Keputusan Tak TerdugaUtusan yang dikirimkan oleh Zhanji berangkat pada malam yang sama, melintasi perbatasan dengan hati-hati, melalui jalur-jalur yang aman. Namun, ketika utusan tersebut tiba di kamp Mongol, mereka diterima dengan ketegangan. Pemimpin Mongol, yang dikenal sebagai Jebe, seorang jenderal yang cerdik dan penuh ambisi, dengan tegas menolak tawaran perdamaian Zhanji.“Perdamaian hanya akan tercapai jika kalian tunduk pada kekuatan kami,” kata Jebe dengan suara rendah namun penuh ancaman. “Ming tidak akan bisa menghindari kehancuran jika terus bertindak lemah.”Utusan kembali dengan hati muram, melaporkan penolakan tersebut kepada Zhanji.Zhanji menundukkan kepalanya, merasakan beban berat atas penolakan itu. Ia tahu bahwa jalan menuju peperangan kini sudah semakin dekat. Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia lupakan: nasihat Xu Bin tentang kekuatan spiritual dan kebijaksanaan hati.---Rencana Perang dan Kehidupan di IstanaKetegangan mulai meningkat di seluruh penjuru istana. Pasukan Ming mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan perang, sementara pejabat-pejabat tinggi memberikan laporan tentang pergerakan pasukan Mongol yang semakin dekat. Zhanji menghabiskan hari-harinya di markas besar militer, memimpin rapat-rapat strategis bersama para jenderal dan penasihat.Sementara itu, Sun Xiu, yang tidak terlibat langsung dalam urusan militer, sibuk dengan peranannya sebagai Permaisuri. Ia mengunjungi kuil dan memastikan bahwa doa dan ritual dilaksanakan untuk kebaikan negara. Dalam hati, Sun Xiu berdoa agar Zhanji bisa melewati masa-masa sulit ini dengan bijaksana, tanpa mengorbankan jiwa-jiwa tak bersalah.Xu Bin, penasihat spiritual yang selalu mendampingi Zhanji, juga terlihat semakin terlibat dalam memberi petuah kepada keluarga kerajaan. Ia sering bertemu dengan Zhanji, memberikan nasihat yang mendalam tentang bagaimana menghadapi tekanan besar seperti ini.“Zhanji, ingatlah selalu bahwa takdir kita tidak hanya ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi juga oleh kebijaksanaan hati. Jangan biarkan kebijakan yang penuh emosi menguasai dirimu,” kata Xu Bin dengan suara lembut namun tegas.Zhanji mengangguk, merasa bahwa dalam setiap kata yang keluar dari mulut Xu Bin, ada kedamaian yang mengalir ke dalam jiwanya. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia harus tetap berdiri teguh dan memimpin dengan hati yang penuh kebijaksanaan, bukan hanya dengan pedang.Dengan keputusan yang telah dibuat, Zhanji kini berada di persimpangan jalan. Ia tidak hanya bertarung dengan pasukan Mongol, tetapi juga dengan dirinya sendiri, berusaha menyeimbangkan antara kewajiban sebagai pemimpin dan panggilan hatinya sebagai seorang suami, seorang pemimpin yang harus bijaksana.Dunia yang penuh perang dan intrik politik tidak mudah untuk dihadapi, tetapi Zhanji tahu satu hal: ia tidak akan berjalan sendirian. Dengan dukungan dari Sun Xiu, Xu Bin, dan pejabat-pejabat setia seperti Yu Qian, ia merasa sedikit lebih kuat.Perang mungkin akan datang, tetapi keberanian sejati akan ditunjukkan oleh mereka yang bisa bertahan di dalam badai, bukan hanya yang mampu bertarung di medan perang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image