Ahmada
#6 Cinta dan Takhta: Kisah Perjalanan Zhu Zhanji dan Permaisuri Sun Xiu dalam Sejarah Dinasti Ming
Sastra | 2024-11-17 23:08:33
Bab 5: Pertempuran yang MenentukanHari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Langit yang biasanya cerah kini tampak suram, seolah ikut merasakan ketegangan yang melanda seluruh kerajaan. Zhanji berdiri di balkon istana, memandang pasukan yang telah siap untuk bertempur. Ribuan prajurit berkumpul, dengan pelindung dan senjata di tangan mereka. Di balik tampilan luar yang terorganisir itu, Zhanji bisa merasakan getaran kecemasan yang tersembunyi di balik wajah-wajah mereka. Perang bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh."Semuanya siap, Yang Mulia," kata Jenderal Zhang, yang kini berdiri di samping Zhanji, memberikan laporan terakhir. "Pasukan Mongol diperkirakan akan menyerang dalam waktu dekat. Kita hanya bisa berharap bahwa strategi kita akan cukup untuk bertahan."Zhanji menatap pasukan yang telah dipersiapkan dengan hati-hati. Tidak hanya pasukan dari Beijing, tetapi juga pasukan dari provinsi-provinsi sekitar yang telah dipanggil untuk memperkuat pertahanan. Meskipun begitu, ia merasa ketegangan semakin mencekam. Perang bukan hanya tentang pasukan yang lebih banyak atau lebih kuat, tetapi tentang keberanian, kebijaksanaan, dan ketekunan."Jenderal Zhang, pastikan setiap prajurit tahu posisi mereka. Kita harus mengatur pergerakan dengan cermat. Jangan sampai kita terjebak dalam perang yang tidak bisa kita menangkan," Zhanji memberi arahan tegas, matanya tidak lepas dari medan perang yang terlihat dari jauh.---Pertemuan dengan Xu Bin: Peran Penting PenasehatBeberapa saat sebelum pertempuran dimulai, Zhanji menerima kunjungan dari Xu Bin, salah satu penasihat yang paling dihormati di kerajaan. Xu Bin dikenal bukan hanya sebagai ahli strategi, tetapi juga sebagai seseorang yang sangat dihormati dalam hal kebijaksanaan dan kemanusiaan. Ia adalah salah satu yang membantu mengarahkan Zhanji dalam mempersiapkan segala sesuatunya, baik dalam aspek militer maupun spiritual."Yang Mulia, saya datang untuk memberikan beberapa saran terakhir sebelum pertempuran dimulai," kata Xu Bin dengan suara yang tenang, namun penuh keyakinan. "Saya tahu Anda sangat ingin menghindari pertumpahan darah, tetapi kita juga harus siap menghadapi kenyataan bahwa pasukan Mongol tidak akan berhenti sampai mereka mencapai tujuan mereka."Zhanji mengangguk, mendengarkan dengan seksama. "Saya sudah mempertimbangkan banyak hal, Xu Bin. Meskipun saya berharap kita bisa mencapai perdamaian, saya tahu pasukan Mongol tidak akan mengalah begitu saja. Apa yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan kelemahan mereka?"Xu Bin tersenyum tipis, lalu melanjutkan. "Kekuatan Mongol terletak pada kecepatan dan kekuatan mereka. Namun, mereka seringkali terburu-buru dalam menyerang dan tidak selalu memperhatikan logistik mereka. Kita bisa menggunakan itu untuk keuntungan kita. Saya menyarankan agar kita menggunakan strategi pergerakan cepat untuk menyerang pasukan belakang mereka. Dengan begitu, mereka akan kebingungan dan pasukan utama mereka bisa dipukul mundur."Zhanji mendengarkan dengan penuh perhatian. Xu Bin tidak hanya memberikan solusi yang logis, tetapi juga mengingatkan Zhanji akan pentingnya ketenangan dalam menghadapi pertempuran."Terima kasih, Xu Bin," kata Zhanji dengan suara penuh rasa hormat. "Saya akan mengambil saran Anda dan menyesuaikan strategi kita. Semoga ini bisa membawa kita pada kemenangan."---Malam Sebelum Perang: Doa dan HarapanMalam sebelum pertempuran, Zhanji kembali merasakan kegelisahan yang mendalam. Meskipun strategi sudah dipersiapkan dengan cermat, ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang. Ia tahu perang ini bisa menentukan masa depan kerajaan, tetapi ia juga sadar bahwa setiap keputusan yang salah bisa berakhir dengan kehancuran.Zhanji berjalan menuju ruang meditasi di istana. Di sana, Sunan Gunung Jati sudah menunggu, dengan sikap yang tenang seperti biasanya. Beliau tampak tidak terpengaruh oleh ketegangan yang tengah melanda kerajaan. Zhanji duduk di hadapannya, menyampaikan apa yang ada di pikirannya."Sunan, aku merasa tidak tenang. Esok adalah hari yang sangat penting, dan aku takut kalau keputusan yang aku ambil tidak akan benar," kata Zhanji, suaranya penuh dengan keraguan.Sunan Gunung Jati membuka matanya perlahan dan menatap Zhanji dengan penuh kasih. "Yang Mulia, setiap pemimpin pasti menghadapi kebimbangan, terutama saat menghadapi perang. Namun, ingatlah bahwa keputusan yang diambil dengan hati yang murni dan tekad yang kuat akan selalu memberikan jalan yang benar."Zhanji mendengarkan dengan seksama. Sunan Gunung Jati terus berbicara dengan lembut, memberikan penghiburan yang membuat Zhanji merasa sedikit lebih tenang."Jangan takut dengan hasilnya, Zhanji. Takdir sudah ditentukan, dan yang terpenting adalah bagaimana Anda menghadapinya dengan hati yang penuh keberanian dan kebijaksanaan. Doa dan usaha harus berjalan seiring."Zhanji menundukkan kepalanya, meresapi kata-kata tersebut. Ia merasakan ketenangan yang semakin menyelusup dalam dirinya. Walaupun pertempuran besar menantinya keesokan hari, ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia telah melakukan yang terbaik untuk rakyatnya."Terima kasih, Sunan," katanya pelan, berterima kasih atas kata-kata bijaksana yang diberikan.Sunan Gunung Jati tersenyum. "Semoga Tuhan selalu memberikan petunjuk kepada Anda, Yang Mulia."---Perang Dimulai: Serangan yang Tak TerdugaPagi yang cerah datang, tetapi tidak ada yang merasa damai. Pasukan Mongol sudah terlihat di cakrawala, mendekati batas wilayah kerajaan. Pasukan Ming, dengan hati yang tegang namun penuh harapan, sudah siap untuk bertempur.Zhanji berdiri di atas benteng, melihat pergerakan pasukan Mongol yang semakin mendekat. Ia mengingat setiap kata yang diucapkan oleh Sunan Gunung Jati, Xu Bin, dan para jenderalnya. Hari ini, keputusan besar harus diambil.Sementara itu, pasukan Mongol mulai bergerak maju, dan pertempuran pun dimulai. Zhanji memerintahkan pasukan Ming untuk memulai serangan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pasukan mereka bergerak cepat, menerjang pasukan Mongol dari sisi yang tak terduga, sesuai dengan saran Xu Bin.Serangan itu mengejutkan pasukan Mongol, yang tidak siap menghadapi serangan dari arah tersebut. Pasukan Mongol mulai kacau, dan mereka kesulitan untuk mengatur barisan mereka. Dengan serangan cepat dan gerilya yang dilakukan pasukan Ming, Mongol mulai kehilangan kendali atas medan perang.Namun, pertempuran ini jauh dari selesai. Ketegangan terus meningkat, dan Zhanji tahu bahwa keputusan final belum diambil. Hanya waktu yang akan memberi tahu apakah pertempuran ini akan berakhir dengan kemenangan atau kehancuran. Tetapi satu hal yang pasti, ia akan terus berjuang dengan hati yang murni, berharap bahwa apa yang ia lakukan akan membawa kerajaan Ming pada masa depan yang lebih baik.---
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Terpopuler di