#7 Cinta dan Takhta: Kisah Perjalanan Zhu Zhanji dan Permaisuri Sun Xiu dalam Sejarah Dinasti Ming
Sastra | 2024-11-17 23:20:01
Pertempuran yang berlangsung sepanjang hari menyisakan debu dan darah. Pasukan Ming, meskipun menghadapi musuh yang kuat, tampak lebih terorganisir dan cerdik dalam bertempur. Mereka berhasil memanfaatkan taktik gerilya yang diusulkan oleh Xu Bin. Namun, meskipun kemenangan kecil demi kecil mereka raih, tak ada yang bisa menghindarkan Zhanji dari rasa cemas yang terus menggerogoti hati. Di medan perang, dia selalu mengingat kata-kata Sunan Gunung Jati: "Perang adalah cermin dari jiwa. Apa yang kita bawa ke medan pertempuran adalah cerminan dari kedamaian dalam hati kita." Tapi bagaimana bisa menjaga kedamaian batin saat dihadapkan pada kenyataan bahwa ribuan jiwa berada di ujung tombak? Hati Zhanji dipenuhi oleh pertanyaan dan kegelisahan yang tak terungkapkan. Pasukan Mongol, meskipun diserang dengan cara yang tak terduga, tidak menyerah begitu saja. Mereka melawan dengan sengit, dan Zhanji tahu bahwa meskipun pasukannya unggul dalam beberapa aspek, pasukan Mongol lebih berpengalaman dalam pertempuran jarak jauh dan menggunakan kavaleri dengan luar biasa efektif. Pasukan mereka menyebar dengan cepat, seolah tak bisa dihentikan. Zhanji melihat ke arah pasukannya, yang telah berjuang tanpa mengenal lelah. Tentu saja, banyak prajurit yang jatuh, terluka, atau bahkan tewas dalam pertempuran ini. Meski begitu, dia bisa merasakan semangat mereka yang tidak tergoyahkan, semangat yang mengingatkannya pada tanah air yang mereka perjuangkan, dan pada rakyat yang mereka cintai. "Teruskan, jangan mundur!" Zhanji berteriak, suaranya penuh dengan tekad yang kuat. Ia tahu bahwa jika dia mundur sekarang, pasukannya akan kehilangan arah. Malam tiba, dan pertempuran berhenti untuk sejenak. Pasukan kedua belah pihak mundur untuk beristirahat, tetapi suasana perang masih terasa tebal. Zhanji, yang tak bisa tidur, berjalan sendirian menuju kuil kecil yang ada di dalam istana. Di sana, ia berlutut, berdoa dengan sungguh-sungguh, berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan petunjuk dan kekuatan dalam pertempuran yang masih akan berlanjut. _"Ya Tuhan, aku mohon petunjuk-Mu. Aku ingin menyelamatkan tanah ini, tetapi aku juga tidak ingin menyaksikan lebih banyak darah tertumpah. Berikanlah aku kebijaksanaan dan kekuatan untuk memimpin, baik di medan perang maupun dalam kedamaian."_ Suasana hening begitu mendalam saat Zhanji mengangkat tangan, berharap doa-doanya akan terdengar di langit yang gelap. Ia merasa seakan-akan ada sesuatu yang memberi ketenangan dalam jiwanya. Meskipun perang terus bergolak di luar sana, di dalam hatinya ada kedamaian yang mengalir, seolah sebuah tanda bahwa segala yang ia lakukan sudah berada dalam jalan yang benar. --- Menghadapi Musuh yang Tak Terduga
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.