Deep Learning dalam Perspekttive Paradigma Kognitivisme dan Konstruktivisme
Didaktika | 2024-11-14 05:20:06Paradigma konstruktivisme berkembang dengan menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan, sedangkan kognitivisme, seperti yang dijelaskan oleh Jerome Bruner, lebih menekankan pada bagaimana proses mental memengaruhi pembelajaran. Di dalam Deep Learning , konstruktivisme dan kognitivisme berinteraksi untuk menciptakan pembelajaran yang tidak hanya fokus pada menghafal, tetapi juga pemahaman yang mendalam. Deep Learning juga melibatkan pemikiran kritis dan analisis sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan dengan konsep yang lebih luas (Marton & Säljö, 1976; Biggs & Tang, 2007).
Perspektif Konstruktivisme dalam Deep Learning
Dalam konstruktivisme,Deep Learningdipandang sebagai proses aktif di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengaitkan informasi baru dengan pengalaman dan pemahaman sebelumnya. Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah dua tokoh utama yang berkontribusi terhadap pendekatan ini. Piaget menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi), sementara Vygotsky menyoroti pentingnya interaksi sosial dan bahasa dalam perkembangan kognitif.
Pendekatan konstruktivisme dalam Deep Learning :
- Mengedepankan aktivitas yang berpusat pada siswa di mana mereka dapat berpartisipasi aktif, misalnya melalui pemecahan masalah, eksplorasi, atau proyek kolaboratif.
- Mendorong siswa untuk menemukan makna dan memahami materi secara kontekstual, sehingga pengetahuan lebih lama diingat dan relevan untuk diaplikasikan dalam konteks nyata.
Jonassen, D. H. (1991) dalam artikel "Evaluating constructivistic learning membahas evaluasi pendekatan konstruktivistik dalam konteks pembelajaran mendalam dan menekankan pentingnya lingkungan belajar yang memungkinkan siswa membangun pemahaman melalui aktivitas interaktif.
Palincsar, A. S. (1998). Social constructivist perspectives on teaching and learning mengeksplorasi perspektif sosial-konstruktivistik dalam pembelajaran dan mendukung pendekatan Deep Learningyang berfokus pada interaksi sosial dan aktivitas kolaboratif.
Brown, J. S., Collins, A., & Duguid, P. (1989). "Situated cognition and the culture of learning." Menguraikan bagaimana pembelajaran yang dipahami secara mendalam memerlukan konteks budaya dan sosial yang mendukung pengembangan keterampilan yang relevan.
Perspektif Kognitivisme dalam Deep Learning
Dalam pandangan kognitivisme,Deep Learningberfokus pada bagaimana otak memproses, menyimpan, dan mengintegrasikan informasi. David Ausubel dan Jerome Bruner memberikan kontribusi besar di sini dengan menekankan pentingnya struktur kognitif untuk mengaitkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep yang sudah ada. Deep Learning dalam kognitivisme melibatkan penggunaan strategi pembelajaran yang mendalam, seperti organisasi informasi, pengelompokkan, dan pembuatan skema yang membantu siswa dalam memahami dan menyimpan informasi lebih lama.
Pendekatan kognitivisme dalam Deep Learning :
- Fokus pada strategi berpikir dan penggunaan alat kognitif seperti peta konsep, diagram, dan teknik visualisasi lainnya.
- Pembelajaran mendalam dipahami sebagai proses yang memerlukan keterampilan metakognitif, di mana siswa mengontrol dan memonitor pemahaman mereka sendiri.
- Menekankan pentingnya desain instruksional berbasis kognitif untuk mendukungDeep Learningmelalui penggunaan multimedia dalam pembelajaran.
Pendekatan Deep Learning dalam pendidikan mendapat dukungan baik dari konstruktivisme maupun kognitivisme, di mana konstruktivisme berfokus pada aspek sosial dan kontekstual dari pembelajaran, sementara kognitivisme berfokus pada pengolahan informasi dan strategi kognitif. Keduanya memiliki kontribusi yang penting dalam membangun paradigma Deep Learningyang memungkinkan siswa memperoleh pemahaman yang mendalam dan aplikatif terhadap materi pembelajaran.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.