Kemanusiaan yang Terabaikan: Hak Asasi dalam Bayang-Bayang Pendudukan
Rubrik | 2024-11-12 17:03:43Tidakkah kalian semua mengetahui apa yang menimpa saudara kita di belahan dunia bagian barat benua Asia. Sebuah Negara yang disebut sebagai tanah suci dan tanah yang diberkahi karena memepunyai peran penting dalam sejarah umat islam. Tanah yang menjadi tempat para nabi dan rasul, tanah yang menjadi tempat yang aman untuk Nabi Musa dan pengikutnya dari kejaran fir’aun, tanah yang menjadi tempat berdirinya bangunan suci umat islam Masjidil Aqsa, sebagai kiblat pertama umat islam. Kini telah digerogoti oleh parasit penganggu yaitu laknatullah Zionist Israel. Apa yang kita lihat di palestina saat ini, bukan lagi tentang konfilk keagamaan, bukan lagi konflik internal Negara, atau bahkan hanya sekedar konflik politik. Zionist Israel telah melakukan genocida atau bahkan bisa dikatakan sebagai pembantaian massal. Begitu banyak buaian yang dikatakan oleh Zionist israel, mereka mengatakan bahwa, “ perang ini hanya melibatkan para angkatan bersenjata, tidak akan ada warga sipil yang menjadi korban dalam peperangan ini”. Namun, nyatanya dalam kurun waktu 1 tahun dihitung sejak tanggal 7 oktober 2023 hingga sekarang, tembus lebih dari 42.847 korban tewas akibat serangan Israel di jalur Gaza. Tidak termasuk angka yang sedikit bukan. Bahkan jumlah korban tewas akibat pendudukan yang dilakukan oleh Zionist Israel, lebih banyak dibandingkan dengan serangan beberapa tahun sebelumnya.
Konflik antara Israel dan palestina menjadi salah satu tragedi kemanusiaan yang paling memilukan, mengingat efeknya terhadap kehidupan warga palestina yang semakin terancam, terutama anak-anak, mereka terus menerus mengalami ketidakpastian, trauma, penganiyaan, dan kekerasan. Pendudukan dan ekspansi pemukiman illegal oleh Zionist di beberapa wilayah palestina melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional serta semakin memperburuk situasi disana. Palestina telah lama mengalami blokade dan pembatasan, warga sipil menghadapi begitu banyak keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hilangnya layanan kesehatan hingga akses pendidikan, yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup warga palestina. Banyak orang memandang konflik ini sebagai perjuangan antara kekuatan militer kedua belah pihak saja. Namun, akibat perang ini banyak rakyat yang kehilangan hak-hak dasar mereka. Penindasan, penganiyaan, penyanderaan, menambah penderitaan dan duka yang mendalam bagi mereka semua.
Pendudukan Zionist Israel teradap warga sipil tidak ada habisnya, mereka semakin gencar menembakkan peluru peluru mereka, menodongkan pistol pistol mereka , hingga terus menerus menghujani bumi palestina dengan rudal rudalnya. Tempat tinggal mereka hancur, tidak ada satupun harta benda mereka yang tersisa. Sekolah tempat anak-anak menuntut ilmu juga hancur lebur tak tersisa, bahkan bangunan vital seperti rumah sakit yang seharusnya dalam peperangan tidak boleh dihancurkan, kini telah rata oleh tanah. Begitu kejam dan ganasnya Zionist Israel menyiksa, menganiaya, dan bahkan membunuh warga palestina yang tak bersalah. Hilang sudah rasa kemanusiaan mereka. Walaupun tepatnya pada tanggal 18 September 2024, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi yang menuntut Israel mengakhiri pendudukan di Palestina dalam waktu 12 bulan. Resolusi ini diadopsi dengan konsesus besar, yaitu 124 negara anggota PBB mendukung, 14 negara menentang, dan 43 negara abstain. Upaya tersebut belum memberikan dampak yang cukup signifikan bagi warga palestina. Pasalnya pada tanggal 14 Oktober 2024, bentuk kekejaman Zionist semakin sadis. Israel menjatuhkan bom di tenda pengungsian yang terletak di halaman RS Syuhada Al-Aqsa, Deir el-Balah, Gaza Tengah. Serangan itu membakar puluhan tenda serta membakar warga palestina yang berada didalamnya hidup-hidup. Kekejaman mereka bertambah menganiaya, menyiksa warga tanpa pandang bulu, akibatnya 2 tokoh penting Palestina yaitu Ismail Haniyyah seorang politikus palestina yang menjabat sebagai ketua biro politik hamas sejak tahun 2017, tewas menjadi syuhada karena dibunuh di Teheran, Iran. Kemudian kedudukan Ismail Haniyyah digantikan oleh pemimpin baru yaitu Yahya Ibrahim Hasan Sinwar tewas menjadi syuhada dalam penyerangan Zionis Israel tepat 2 hari setelah peristiwa pembakaran tenda pengungsian di halaman RS Syuhada al-Aqsa. Kejadian ini menarik begitu banyak perhatian warga dunia, pasalnya apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina sudah tidak dapat ditolelir.
Lantas, apakah kita akan diam saja melihat saudara kita di Palestina begitu menderita, hidup dalam penjajahan, hak hak kemanusiaan mereka terabaikan, sedangkan kita disini dapat hidup aman, tentram, dan damai. Jangan lupa untuk selalu mendoakan saudara saudara kita di Palestina, gencarkan selalu gerakan boikot produk Zionist. Sebuah tindakan kecil kita mungkin akan berdampak besar bagi mereka. Wallahu a’lam bisshowab. From the river to the sea, Palestine will be free.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.