Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Wisata Edukasi Ke STOVIA

Wisata | 2024-11-12 05:27:58
Salah satu pengunjung Museum Kebangkitan Nasional, gedung sebelumnya menjadi Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera STOVIA, Sumber : dokumentasi pribadi.

Pada sabtu, 9 November 2024, kami sekeluarga berkunjung ke salah satu museum di Jakarta, tepatnya Museum Kebangkitan Nasional, terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26, Senen, Jakarta Pusat. Gedung museum Kebangkitan Nasional awalnya merupakan sekolah STOVIA yang didirikan pemerintah kolonial Belanda di masa kolonial.

School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) memiliki arti Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera, sebelum menjadi STOVIA bernama Sekolah Dokter Djawa, para murid sekolah ini berasal dari suku jawa saja, tetapi pada perkembangan selanjutnya sekolah ini menerima pelajar dari berbagai suku, termasuk dari kelompok Timur Asing, yaitu keturunan Arab dan keturunan Tionghoa. Menempuh studi di STOVIA sendiri kurang lebih sembilan tahun lamanya. Para pelajar STOVIA selain belajar di kampus, mereka juga melakukan pengabdian kepada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat marginal secara gratis.

Adapun latar belakang pendirian STOVIA untuk memenuhi tenaga kesehatan, setelah terjadi wabah cacar dan malaria di pulau jawa, pemerintah kolonial mengalami kesulitan dan keterbatasan menyediakan tenaga medis terlatih, dikarenakan jumlah dokter Belanda ketika itu sangat sedikit, mendatangkan dokter dari Eropa tentu bukan pilihan tepat, memerlukan biaya tidak sedikit. Pada akhirnya pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah pendidikan dokter bagi kalangan pribumi, tujuan utamanya menyiapkan tenaga kesehatan yang terampil di dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Ruang Pengajar

Ketika akan memasuki area museum kita diharuskan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000 (dewasa) dan Rp. 3.000 (anak-anak) melalui transaksi non-tunai, para pengunjung disarankan mengambil jalan ke kanan terlebih dahulu. Ruang pertama bisa dikunjungi adalah ruang para pengajar STOVIA, di ruangan ini para pengunjung akan melihat diorama para pengajar seukuran tubuh manusia, sedang membicarakan materi pelajaran. Di ruangan ini juga terdapat satu lukisan para pengajar STOVIA dan lemari dengan deretan buku di dalamnya, yang digunakan sebagai referensi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Ruang pengajar STOVIA, Sumber : dokumentasi pribadi.

Di dalam ruangan terdapat papan informasi yang menerangkan bahwa pengajar STOVIA itu berjumlah 12 orang, mereka dibantu oleh para asisten pengajar yang berasal dari lulusan terbaik STOVIA, setiap tahun jumlah pengajar mengalami perubahan, dikarenakan terdapat pengajar mengajukan cuti, liburan, atau pulang kembali ke negeri Belanda.

Ruang Direktur

Di sebelah ruang pengajar para pengunjung museum bisa memasuki ruangan yang ditempati direktur STOVIA, ruangan itu difungsikan untuk menerima tamu penting dari berbagai kalangan termasuk dari instansi pemerintah lain, juga digunakan tempat konsultasi atau bimbingan khusus bagi pelajar STOVIA.

Diorama para pelajar STOVIA dan Tirto Adhi Soerjo, Sumber : dokumentasi pribadi.

Terdapat satu ruang terpisah dari ruang direktur, sepertinya dipakai untuk menerima tamu, di ruangan ini terdapat diorama empat pelajar bumiputra sedang melakukan diskusi secara kelompok, serta terdapat satu lemari buku besar berisi buku-buku digunakan sebagai bahan ajar di kelas, menariknya sebelah kanan lemari buku terdapat patung Tirto Adhi Soerjo bersama mesin ketiknya, tokoh ini merupakan seorang penulis, wartawan, dan tokoh pergerakan kebangsaan. Tirto Adhi Soerjo kemudian diabadikan oleh Pramoedya Ananta Toer di dalam karya fenomenal Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) sebagai tokoh bernama Minke.

Ruang Poliklinik, Media Belajar, dan Ruang Stovia

Pada ruang lain seperti ruang poliklinik dan media belajar, para pengunjung diperkenalkan dengan berbagai media atau alat pembelajaran yang digunakan oleh pelajar STOVIA. Misalnya mikroskop Hellige, merupakan mikroskop binokular memungkinkan pengamatan dengan kedua mata, sehingga mata lebih nyaman ketika mengamati benda kecil yang sedang diamati. Kemudian terdapat juga timbangan miligram biasa digunakan untuk menimbang racikan obat-obatan dalam bentuk bubuk, serta timbangan ukuran gram yang digunakan menimbang obat bentuk tablet atau kapsul.

Media belajar pelajar STOVIA, Sumber : dokumentasi pribadi.

Serta berbagai alat kedokteran lain dipamerkan kepada para pengunjung agar bisa merasakan atmosfer belajar di STOVIA ketika itu, sehingga kita bisa melihat perkembangan alat-alat kedokteran masa kolonial, dengan alat kedokteran yang digunakan saat ini. Selain itu terdapat ruang asrama dengan deretan lemari dan tempat tidur yang digunakan para pelajar ketika studi di STOVIA, sebuah ruangan paling berkesan bagi saya, disini tempat para generasi pendahulu kita merangkai mimpi dan imajinasi tentang Indonesia merdeka, mereka bertukar pikiran tidak saja mengenai materi perkuliahan, tetapi tentang nasib bangsanya yang mengalami penindasan, penghisapan, dan penjajahan dunia barat ratusan tahun lamanya, tidak heran organisasi modern Budi Oetomo, menjadi tonggak kebangkitan nasional kelahirannya melibatkan para pelajar STOVIA.

Asrama pelajar STOVIA, Sumber : dokumentasi pribadi.

STOVIA dikenal sebagai lembaga pendidikan telah banyak mencetak tokoh penting dalam sejarah Indonesia, termasuk pendiri Boedi Oetomo merupakan cikal bakal pergerakan kemerdekaan Indonesia. Banyak lulusannya menjadi tokoh terkemuka dalam perjuangan kemerdekaan, misalnya : Wahidin Soedirohoesodo, Sutomo, Tjipto Mangoenkoesoemo, Soetomo, Abdul Rachman Saleh, dan Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat) meskipun tokoh ini tidak menyelesaikan studinya di STOVIA, beliau menjadi tokoh pendidikan berpengaruh sampai sekarang.

Museum Kebangkitan Nasional menjadi salah satu destinasi edukasi di Jakarta, sangat rekomendasi untuk dikunjungi para pembaca, karena memberikan pengalaman belajar bagi para pengunjung. Di dalam wisata edukasi para pengunjung memperoleh wawasan dan pengalaman dengan suasana santai serta interaktif. Tentu banyak hal lain bisa kita lihat dari jejak langkah masa lalu di gedung STOVIA, peninggalan artefak generasi pendahulu ini bisa menjadi bekal bagi generasi penerus untuk melangkah di masa datang. Museum bisa menjadi salah satu sarana mengenal dan mencintai Indonesia. Yuk ke museum..

Gili Argenti, kolektor buku dan peminat sejarah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image