Tren Fear of Missing Out (FoMO) di Kalangan Generasi Muda: Ancaman tak Terlihat di Balik Gaya Hidup Media Sosial
Info Terkini | 2024-11-11 21:50:21Seiring berjalannya zaman, teknologi semakin berkembang dengan pesat. Salah satu manfaat dari adanya perkembangan teknologi yang bisa kita rasakan saat ini adalah media sosial. Melalui media sosial kita bia berkomunikasi secara dua arah dengan lebih mudah dan dapat berinteraksi dengan semua manusia dari seluruh belahan dunia. Namun, tanpa kita sadari dengan kita menggunakan media sosial tentunya hal ini dapat mempengaruhi cara kita menjalani gaya hidup. Media sosial digunakan di masyarakat sebagai sarana untuk kita dapat terhubung dengan individu lain secara instan. Melalui media sosial kita dapat membagikan momen, mendapatkan informasi, mengekspresikan diri. Akibat dari hal tersebut, munculah perasaan keterasingan dan kecemasan yang biasa timbul akibat dari paparan konten yang masuk begitu cepat dan meluas. Fenomena perasaan kecemasan untuk tertinggal ini yang disebut sebagai Fear of Missing Out (FoMO).
Fear of Missing Out (FoMO) adalah perasaan cemas tertinggal yang dialami oleh seorang individu karena telah melewatkan aktivitas atau hal-hal yang baru (Taswiyah, 2022). Pengertian lebih mendalamnya adalah perasaan cemas ini timbul akibat dari seorang individu yang kurang update dengan informasi terbaru yang ada. Selain itu, FoMO dapat menimbulkan perasaan takut yang ada di dalam diri seseorang apabila melihat orang lain lebih bahagia, sukses, menarik, atau mempunyai kehidupan yang terlihat lebih baik. Jika seseorang mengalami FoMO, maka indivu tersebut cenderung mempunyai rasa yang kurang puas dengan apa yang sudah dimiliki dalam hidupnya karena terus mebandingkan kebahagiaan dirinya sendiri dengan orang lain (Elhai et al., 2021).
FoMo tentunya dapat dialami oleh setiap individu dengan berbagai kalangan usia dengan tidak memandang gender. Mulai dari laki-laki ataupun perempuan, kalangan muda maupun tua, hal ini tidak dapat mempungkiri bahwa orang tersebut tidak bisa mempunyai gejala Fear of Missing Out (FoMO). FoMo sendiri biasanya terjadi pada individu yang tidak bisa melepaskan dirinya dengan sosial media dan ingin terlihat kebih eksis di media sosial karena ingin diakui orang lain di dalam dunia virtual, ingin mengetahui kegiatan orang lain, gelisah apabila belum melihat dan mengecek media sosial, dan lebih banyak menghabiskan waktu maupun uang untuk berbelanja barang-barang yang tidak terlalu penting agar tidak ketinggalan zaman (Sumini et al., 2018). Sehingga hal ini dapat berujung pada sifat hedonisme. Hedonisme adalah paham yang memprioritaskan kesenangan sebagai tujuan utama dari hidup (Schwartz, 1992). Menurut para ahli psikologi, hedonisme tidak dapat terhindarkan karena manusia akan selalu terikat dengan perasaan nikmat, selanjutnya secara otomatis akan mencari kesenangan di dalam hidup.
Fenomena Fear of Missing Out (FoMO) perlu ditanggapi dengan baik, sebagai generasi muda kita sebaiknya menghindari perilaku seperti ini karena hal ini akan berdampak pada gaya hidup kita untuk kedepannya. Dalam hal inilah kita harus memikirkan dampak jangka panjang pada setiap keputusan yang kita ambil. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku Fear of Missing Out (FoMO) adalah dengan membatasi penggunaan gadget ataupun media sosial, lebih mengapresiasi diri sendiri dan tidak membandingkan hidup kita dengan orang lain, berpikir secara logis dan positif, bersyukur atas pencapaian yang sudah diraih, mengganti konten yang biasa dilihat agar tidak terpengearuh dalam tren yang ada sementara.
KATA KUNCI : FoMO, Gaya, Hidup, Media, Sosial
DAFTAR PUSTAKA
Elhai, J. D., Yang, H., & Montag, C. (2021). Fear of missing out (Fomo): Overview, theoretical underpinnings, and literature review on relations with severity of negative affectivity and problematic technology use. Brazilian Journal of Psychiatry, 43(2), 203–209. https://doi.org/10.1590/1516-4446-2020-0870
Schwartz, S. H. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. In M. P. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology, Vol. 25, pp. 1–65). Academic Press. https://doi.org/10.1016/S0065-2601(08)60281-6
Sumini, Nurajizah, N., & Indriani, M. (2018). Neuro-Lingusitic Programming (NLP) Based Counseling Sebagai Solusi Untuk Mereduksi Efek Fomo (Fear Of Missing Out) Pada Kecanduan Media Sosial. Prosiding Online, 109–116.
Taswiyah, T. (2022). Mengantisipasi Gejala Fear of Missing Out (fomo) Terhadap Dampak Sosial Global 4.0 dan 5.0 Melalui Subjective Weel-Being dan Joy of Missing Out (JoMO). Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel), 8(1), 103–119.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.