Sejarah Konsep Deep Learning dalam Pendidikan
Didaktika | 2024-11-11 05:55:37Konsep deep learning dalam pendidikan merujuk pada pembelajaran yang mendalam dan penuh makna, yang bertujuan untuk pemahaman yang mendalam serta penerapan pengetahuan secara efektif dalam kehidupan nyata. Istilah ini berkembang dari bidang kognitif dan konstruktivis pada abad ke-20 dan semakin mendapatkan perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Berikut adalah sejarah perkembangan konsep deep learning dalam konteks pendidikan:
1. Awal Mula Teori Kognitif dan Konstruktivisme
Pada abad ke-20, psikologi kognitif memberikan landasan bagi pembelajaran mendalam. Tokoh-tokoh seperti Jean Piaget dan Lev Vygotsky mengembangkan konsep bahwa pengetahuan diperoleh melalui konstruksi aktif dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Menurut teori constructivism Vygotsky, pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dan dukungan (scaffolding) dari orang lain, yang mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam daripada sekadar hafalan atau pengulangan.
2. Revolusi Kognitif (1950-an–1970-an)
Di era ini, konsep belajar beralih dari pendekatan behavioristik ke kognitif, dengan penekanan pada proses mental yang terlibat dalam pemahaman. David Ausubel (1968) memperkenalkan konsep meaningful learning, yang menyatakan bahwa siswa harus mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Ide ini menjadi dasar deep learning dalam pendidikan, di mana pemahaman yang dalam lebih diprioritaskan daripada sekadar mempelajari fakta.
3. Kemunculan Konsep Surface Learning dan Deep Learning (1970-an)
Pada 1976, Marton dan Säljö memperkenalkan istilah surface learning dan deep learning dalam penelitian mereka tentang perbedaan pendekatan belajar mahasiswa. Surface learning mengacu pada pendekatan belajar yang hanya bertujuan untuk memenuhi tuntutan akademik tanpa memaknai informasi, sedangkan deep learning bertujuan memahami materi secara mendalam. Mereka menemukan bahwa siswa dengan pendekatan deep learning mampu menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam konteks baru, sedangkan siswa dengan surface learning cenderung hanya mengingat informasi tanpa pemahaman.
4. Perkembangan Teori Experiential Learning (1980-an)
David Kolb (1984) dengan model pembelajaran pengalamannya (Experiential Learning Theory) menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam mencapai pemahaman mendalam. Teori ini berpendapat bahwa deep learning terjadi melalui siklus pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan pengujian aktif. Kolb menekankan bahwa pemahaman yang mendalam membutuhkan proses reflektif di mana siswa dapat mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman nyata.
5. Era Transformative Learning (1990-an)
Jack Mezirow (1991) memperkenalkan transformative learning, yang menjadi bagian dari konsep pembelajaran mendalam di mana siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga mengubah pandangan dan persepsi mereka. Deep learning dalam konteks ini melibatkan pemikiran kritis dan refleksi diri sehingga siswa dapat mengembangkan perspektif yang lebih luas dan lebih mendalam tentang dunia.
6. Pendekatan Student-Centered Learning dan Self-Regulated Learning (2000-an)
Di awal abad ke-21, pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa mulai berkembang luas, di mana siswa didorong untuk mengatur, merencanakan, dan mengontrol proses belajar mereka sendiri. Menurut Zimmerman (2002), siswa yang memiliki keterampilan self-regulated learning cenderung lebih mendalam dalam memahami materi karena mereka memiliki otonomi dan kemampuan untuk mengatur strategi belajar mereka sesuai kebutuhan.
7. Aplikasi Teknologi Digital dan Pembelajaran Adaptif (2010-an)
Dengan perkembangan teknologi, konsep deep learning mulai diintegrasikan dalam teknologi pendidikan melalui pembelajaran adaptif dan personalized learning. Platform seperti MOOC (Massive Open Online Courses) dan teknologi pembelajaran adaptif memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, sehingga dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam. Siemens dan Downes mengembangkan teori connectivism yang menunjukkan bagaimana pengetahuan dapat dibangun melalui jaringan informasi di internet, memungkinkan deep learning dalam lingkungan digital yang dinamis.
8. Keterkaitan Deep Learning dengan Pembelajaran Abad 21 (2020-an)
Pembelajaran mendalam menjadi inti dalam pendekatan pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, dan kolaborasi menjadi tujuan utama. Menurut Fullan dan Langworthy (2014), deep learning tidak hanya fokus pada pemahaman akademik tetapi juga pengembangan keterampilan hidup yang relevan di dunia yang terus berubah.
Konsep deep learning dalam pendidikan telah berkembang dari teori kognitif hingga pendekatan modern yang menekankan pada pengembangan keterampilan hidup dan relevansi dunia nyata. Pembelajaran mendalam tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merupakan pemahaman yang penuh makna, yang membutuhkan pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman, refleksi, dan keterlibatan aktif siswa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.