Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image EVA NURHARYATI

Perkembangan Konsep Diri, Moral, Emosi, Sikap, Nilai dan Kreatifitas

Pendidikan dan Literasi | 2024-11-07 23:00:00
https://images.app.goo.gl/xv6cXqPCBSdtt3S99

Oleh: Eva Nurharyati, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Psikologi Pendidikan

Perkembangan konsep diri adalah gambaran keseluruhan yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Hal ini termasuk menilai keyakinan, perasaan, karakteristik dan kemampuan individu.

Jenis-jenis dan aspek konsep diri

- Diri Fisik: Persepsi individu terhadap kondisi fisiknya, termasuk penampilan dan kesehatan.

- Diri Sosial: Bagaimana individu memandang perannya dalam interaksi sosial dan hubungan dengan orang lain.

- Diri Emosional: Perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, seperti harga diri dan kepuasan hidup

Perkembangan konsep diri menurut ahli :

Menurut Erik Erikson:

1. Trust vs. Mistrust (Lahir–18 Bulan)

2. Autonomy vs. Shame and Doubt (Usia 18 Bulan–3 Tahun)

3. Initiative vs. Guilt (Usia 3–6 Tahun)

4. Industry vs. Inferiority (Usia 6–12 Tahun)

5. Identity vs. Role Confusion (Usia 12–18 Tahun)

6. Intimacy vs. Isolation (Usia 18–40 Tahun)

7. Generativity vs. Stagnation (Usia 40–65 Tahun)

8. Integrity vs. Despair (Usia >65 Tahun)

Fungsi konsep diri Membangun hubungan sosial yang baik citra diri yang baik dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungan sosialnya menerima kelebihan dan kekurangan diri. Konsep diri yang baik membuat individu bisa menerima kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Sebuah studi menemukan bahwa kontribusi konsep diri terhadap prestasi belajar siswa mencapai sekitar 38,44% menunjukkan bahwa ini adalah faktor penting dalam pencapaian akademik. siswa dengan konsep diri yang tinggi memiliki semangat untuk bersaing dan lebih terbuka terhadap umpan balik, yang mendukung perkembangan akademis mereka.

Perkembangan Emosi emosi dapat diartikan sebagai perasaan yang kuat yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu, dan sering kali disertai dengan perubahan fisik, seperti peningkatan denyut jantung atau pernapasan yang cepat.

Jenis-Jenis Emosi

Seorang psikolog asal Amerika Serikat, Paul Ekman, menyebutkan ada enam macam emosi dasar manusia.

1. Emosi Bahagia

Bahagia bisa diartikan sebagai kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan senang, ceria, gembira, kepuasan, dan sejahtera.

2. Emosi Sedih

Kesedihan dapat didefinisikan sebagai kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan tidak bersemangat, tidak tertarik dalam mengerjakan hal apa pun, mood yang murung, kekecewaan, hingga perasaan berduka.

3.Emosi Takut

Saat merasakan adanya indikasi bahaya, emosi takut umumnya muncul dan terjadilah respons yang disebut melawan atau lari. Takut merupakan emosi yang kuat dan berperan penting untuk bertahan hidup.

4. Emosi Jijik

Perasaan ini dapat bersumber dari banyak hal, termasuk rasa, pemandangan, atau bau yang tidak menyenangkan. Seseorang juga dapat mengalami kejijikan moral saat melihat individu lain berperilaku yang mereka anggap tidak menyenangkan,tidak bermoral, atau jahat.

5. Emosi Marah

Emosi marah yang tidak dikendalikan juga dapat memicu masalah psikologis dan berbahaya untuk tubuh. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk bisa mengontrol jenis emosi ini.

6. Emosi Terkejut

Terakhir, ada emosi terkejut. Seseorang menunjukkan emosi ini saat menghadapi momen atau hal yang tidak disangka.

Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku Emosi dan tingkah laku merupakan dua hal yang saling berkaitan, keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan menyesuaikan emosi terhadap suatu situasi akan berpengaruh pada perilaku manusia.

Emosi bisa timbul dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik itu dalam diri jasmani individu tersebut dan adanya perubahan daya kerja organ-organ tubuh yang ada di dalam otak yang disebabkan oleh adanya tekanan-tekanandari luar. Rangsangan, rangsangan dapat muncul dari dorongan, keinginan atau minat yang terhalang. Emosi ini akan menghasilkan berbagai perubahan yang mendalam (visceral changes) dan akan mempengaruhi urat-urat kerangka di dalam tubuh. Jenis perubahan secara fisik dapat dengan mudah kita amati pada diri seseorang selama tingkah lakunya dipengaruhi emosi

Moral, Nilai dan Sikap, Moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Istilah moral berasal dari kata latin “mores” yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan. Moral merupakan standar perilaku yang berlaku dalam masyarakat, dan memungkinkan orang untuk hidup secara kooperatif.

Nilai merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu. Nilai merupakan ukuran atas pentingnya sesuatu yang seseorang berikan. Sikap adalah respons terhadap suatu objek sebagai perwujudan dari sistem nilai dan moral. Sikap diekspresikan melalui kata-kata dan perilaku

Teori Perkembangan Moral, Kohlberg menunjukkan adanya kesejajaran antara perkembangan kognitif dengan perkembangan moral, yaitu bahwa pada masa remaja dicapai tahap tertinggi perkembangan moral, yang ditandai dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip keadilan universal pada penilaian moralnya. Dalam teori Kohlberg, penalaran yang mendasari respons seseorang kepada dilema moral, dan bukan jawaban itu sendiri, yang mengindikasikan tahapan perkembangan moral.

Piaget berpendapat bahwa penalaran moral berkembang dalam tiga tahap: Tahap pertama (kira-kira usia 2-7), Tahap kedua, usia 7 atau 8 atau 10 atau 11 tahun, Tahap ketiga, sekitar usia 11 dan 12 tahun.

Karakteristik moral, nilai, dan sikap remaja, Perkembangan nilai, moral, dan sikap remaja merupakan proses yang kompleks, di mana mereka mulai berpikir lebih abstrak dan berfokus pada prinsip universal. Kemandirian dan kematangan moral menjadi penting, memungkinkan remaja untuk menilai situasi dengan lebih kognitif dan mengurangi egosentrisme. Lingkungan sosial, seperti orang tua dan guru, berperan signifikan dalam membentuk nilai-nilai ini melalui komunikasi dan partisipasi aktif dalam diskusi. Selain itu, penting untuk mengakui keunikan setiap remaja, mengingat kebutuhan dan minat mereka yang beragam, sehingga pengembangan moral dan nilai-nilai mereka dapat berjalan optimal.

Upaya pengembangan moral, nilai, dan sikap serta implikasinya bagi pendidikan, Anak-anak di sekolah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mendorong perkembangan moral. Contohnya, dalam kegiatan kelompok, mereka belajar untuk tidak melakukan hal yang merugikan orang lain karena ini tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma moral yang ada. Nilai-nilai ini dipelajari melalui pengalaman dan menjadi bagian dari pemahaman perilaku setiap orang. Pendidikan moral dan karakter di sekolah, seperti membangun iman dan menanamkan akhlak mulia, sangat penting untuk membentuk potensi anak agar bisa mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Namun, pendidikan karakter ini tidak hanya tugas sekolah, tetapi juga peran orang tua dan masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam mendidik anak-anak. dengan cara yang sama.

Kreativitas menurut Santrock (2002) yaitu kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Mayesty (1990) menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berpikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain. Contohnya adalah Kreativitas melalui Imajinasi: Anak dapat menggunakan benda-benda sederhana seperti sapu untuk bermain seolah-olah itu adalah kuda, atau kursi yang dijadikan mobil. Aktivitas ini membantu anak mengembangkan imajinasi mereka dan menciptakan ide-ide baru tanpa batasan realitas sehari-hari.

Tahap-tahap kreativitas: Wallas mengemukakan empat tahapan proses kreatif: persiapan (preparation), inkubasi (incubation), iluminasi (illumination), dan verifikasi (verification).

Upaya membantu mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam Pendidikan, Pengembangan kreativitas siswa sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Metode pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok dan proyek kolaboratif, serta pendekatan inquiry, bisa mendorong keterlibatan siswa dan meningkatkan kreativitas. Namun, di beberapa sekolah, termasuk SMP Negeri 3 Rokan IV Koto, pengembangan kreativitas masih kurang optimal. Siswa yang kreatif biasanya memiliki prestasi lebih baik dan karakter yang lebih kuat, seperti percaya diri dan tanggung jawab. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kebebasan siswa untuk bereksplorasi dan mengekspresikan ide-ide mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image