Gaya Komunikasi dalam Pembelajaran BIPA
Sastra | 2024-11-07 16:07:05Gaya Komunikasi dalam Pembelajaran BIPA
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat bahkan tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri sama mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam perkembangan bahasanya. Dari Indonesia saja banyak penduduk Indonesia yang ingin mempelajari bahasa asing seperti bahasa inggris, bahasa arab, bahasa korea, bahasa jepang dan bahasa asing lainnya. Begitu juga dari luar negeri tidak sedikit yang ingin mempelajari bahasa Indonesia dan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipelajari oleh penutur asing dikenal dengan istilah BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).
BIPA masih termasuk hal baru maka wajar saja jika dalam bidang keilmuan belum mapan atau kokoh. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menyatakan bahwa BIPA bertujuan untuk menyebarluaskan bahasa Indonesia, menyampaikan berbagai informasi tentang Indonesia, seperti memperkenalkan masyarakat, adat istiadat, dan budaya Indonesia. Selain itu, BIPA berperan penting dalam mewujudkan salah satu target Indonesia, yaitu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional pada tahun 2045.
Ulumuddin dan Wismanto (2014:16) mengibaratkan BIPA sebagai bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir ini tentu perlu didewasakan bersama oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Artinya, program BIPA perlu dikembangkan dan dimatangkan. Pengembangan dan pematangan program BIPA ini bertujuan agar BIPA sebagai bidang keilmuan dapat berdiri ajeg dan konsisten.
Salah satu hal penting yang terdapat dalam pembelajaran BIPA ialah budaya, seorang pemelajar BIPA seharusnya penduduk asli negara Indonesia yang paham akan budaya-budaya Indonesia, karena akan diajarkan kepada pembelajar BIPA atau penutur asing. Sehingga jika pembelajar BIPA bertanya mengenai budaya atau hal lainnya pemelajar BIPA bisa menjelaskan dan memberikan jawaban yang memuaskan serta memahamkan. Biasanya jika baru mulai kelas BIPA mengajarnya masih menggunakan bahasa asing dan perlahan dirubah menggunakan bahasa Indonesia agar memudahkan pembelajar asing untuk memahami.
Suranto 2011 mengatakan gaya komunikasi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang digunakan untuk peristiwa tertentu. Sedangkan menurut KBBI komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih. Perangkat pengirim dan penerima informasi yang digunakan oleh masyarakat bisa dilakukan minimal dua orang sehingga informasi atau pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dan dipahami oleh lawan bicara. Komunikasi tergolong menjadi empat jenis yaitu (1) lisan, (2) nonverbal, (3) tertulis, dan (4) visual. Sedangkan gaya komunikasi dalam pembelajaran BIPA (Bahasa indonsia bagai Penutur asing) dapat berupa:
Menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan.
Mengulang penjelasan menggunakan bahasa Indonesia jika siswa tidak mengerti.
Menggunakan gerakan non-verbal untuk menjelaskan pesan verbal.
Menggunakan bahasa inggris jika siswa benar-benar membutuhkan penjelasan.
Menggunakan pendekatan komunikatif-kontekstual yang berpusat pada kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran BIPA, penting untuk memperhatikan kebutuhan belajar siswa dan memilih materi bahasa yang dapat dilatihkan secara komunikatif. Selain itu, dalam pembelajaran BIPA juga perlu dipertimbangkan komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antara orang-orang dari budaya yang berbeda. Dalam komunikasi lintas budaya, penting untuk saling menghormati kode dan gaya yang digunakan agar proses komunikasi berjalan dengan baik.
Ketika mempelajari BIPA, pada hakikatnya sedang memahami orang Indonesia yang berasal dari suku-suku bangsa yang memiliki karakter jiwa kebudayaan lokalnya yang berbicara dengan bahasa nasional dan bahasa persatuannya. Sehubungan dengan itu pula, ketika pemelajar BIPA berkomunikasi dengan orang Indonesia dengan bahasa Indonesia yang telah dipelajarinya, paling tidak ia telah mempelajari ilmu bahasa Indonesia dengan latar pemahaman kebudayaan, kepribadian, dan pola-pola tindakan orang Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.