Mengenal Hikikomori : Fenomena Isolasi Sosial Ekstrem yang Meresahkan
Info Terkini | 2024-11-07 15:38:41Hikikomori berasal dari kata jepang yaitu hiku (menarik) dan komoru (mundur atau mengurung diri), yang berarti penggambaran penarikan diri dari kehidupan sosial. Hikikomori menggambarkan kondisi seseorang yang mengisolasi diri dari dunia sosial selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Fenomena sosial ini merupakan fenomena khas Jepang, namun kini juga muncul di berbagai negara seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, dan bahkan Indonesia. Dalam dunia medis, hikikomori masuk kedalam kategori kondisi kesehatan mental yang cukup kompleks, sering kali dilibatkan dengan perilaku depresi, perasaan cemas yang berlebih dan ketakutan sosial. Hikikomori lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda, namun kelompok usia lainnya juga dapat terpengaruhi. Di Negara Jepang sendiri dapat diperkirakan terdapat ratusan ribu orang yang hidup dalam kondisi ini.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan fenomena ini terjadi, diantaranya adalah tekanan sosial yang tinggi. Orang-orang yang menghadapi tekanan tinggi dari keluarga, sekolah hingga Masyarakat dapat menimbulkan stress berlebih. Kecemasan dan fobia sosial yang melibatkan kecemasan tingkat tinggi serta kurangnya dukungan keluarga juga turut andil dalam penyebab terjadinya fenomena hikikomori. Salah satu faktor lainnya adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi kegagalan yang menjadi pemicu dari isolasi diri ini.
Hikikomori berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Kondisi ini memberi dampak negatif secara mental yang berkaitan dengan depresi dan rendah diri. Semakin lama durasi isolasi diri ini, semakin besar kemungkinan gangguan mental menjadi lebih buruk. Secara fisik, hikikomori menyebabkan beberapa masalah akibat gaya hidup yang pasif dan kurang pergerakan seperti obesitas, tekanan darah tinggi dan insomnia. Selain itu isolasi diri dapat berdampak dalam kemampuan sosial secara jangka panjang.
Diperlukan pendekatan yang hati-hati dan komprehesif untuk menangani kasus-kasus hikikomori karena penderitanya cenderung menolak dan bersikap defensif terhadap bantual eksternal. Terdapat beberapa pendekatang yang dapat dicoba yaitu pendekatan secara psikoterapi, konseling dari keluarga atau orang-orang terdekat, dan pelatihan secara sosial dalam bentuk wadah rehabilitas bagi penderita. Pendekatan yang bertahan melibatkan langkah-langkah kecil untuk mendorong penderita hikikomori seperti tugas-tugas sederhana di luar kamar hingga bertemu teman atau kerabat juga merupakan langkah penanganan hikikomori.
Hikikomori ini merupakan fenomena yang membutuhkan sorotan sebagai tantangan yang cukup besar di generasi saat ini. Situasi isolasi sosial ekstrem ini membutuhkan pemahaman yang mendalam dan dukungan empati dari keluarga dan Masyarakat. Sebagai generasi muda, mari tingkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental demi diri sendiri dan orang-orang tercinta.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.