Kala Kalbu Berbisik
Sastra | 2024-11-07 04:37:11Malam perlahan merambat
Larut kian terasa memuncak
Menggapai dini hari memeluk sepi
Hening menusuk diri yang bergeming
Menggugah pikiran yang serba bimbang
Haruskan bertahan meski pahit masih menjepit
Melilit seperti enggan enyah?
Hidup memang pilihan
Silakan apa yang hendak ditempuh
Menambat pada kebajikan
Atau melabuh pada kefasikan
Silakan saja, terserah dan sesuka-suka
Namun ingat!
Setiap pilihan jalan hidup yang diambil
Senantiasa mengandung konsekuensi
Senantiasa mengandung risiko pula
Tak selamanya kepahitan itu berlanjut tanpa ujung
Selagi jernihnya kalbu selalu dan selalu menimbang-nimbang
Menghantam tajam merobek kebuntuan
Pada jiwa yang menggayut kebimbangan
Secangkir kopi pahit yang kau teguk setiap pagi
Adalah pahitnya hidup yang harus dijalani
Sebagai tantangan yang harus dihadapi
Bila ingin meraih manisnya madu
Menikmati indahnya taman surgawi
Dalam tiap jengkal langkah perjuangan
Dan, senandung doa yang dipanjatkan
Tiada putusnya, tiada hentinya ...
*****
Kota Malang, November di hari ketujuh, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.