Kehalusan Sastra yang Menggetarkan Jiwa: Majaz Al-Quran
Agama | 2024-12-12 07:11:04Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam serta menjadi sebuah mahakarya sastra yang tak tertandingi. Salah satu bentuk keindahan yang memukau di dalam al-Qur’an adalah penggunaan majaz, yaitu bahasa kiasan. Dalam bahasa Indonesia, majaz dikenal sebagai model atau gaya bahasa yang diperoleh dari kekayaan bahasa itu sendiri. Sayyid al-Hasyimi dalam kitab Jawahirul Balaghoh menjelaskan makna majaz untuk memahami al-Qur’an merupakan perpindahan makna dasar kepada makna lainnya, atau bisa dikatakan pelebaran jangkauan makna dari makna aslinya. Dalam al-Qur’an sendiri, majaz merupakan bentuk bahasa yang digunakan untuk menyampaikan makna melalui perbandingan, perumpamaan, atau penyimpangan dari makna secara harfiah. Sedangan dalam bahasa Arab, majaz seringkali mengandung unsur metafora, simile, atau personifikasi. Tujuan dari penggunaan majaz dapat memberikan kesan yang lebih mendalam dan menyentuh hati para pembaca. Majaz dalam al-Qur’an bukan hanya berkaitan dengan keindahan sastra, tetapi juga memiliki kekuatan spiritual yang dapat menggugah jiwa. Dengan majaz, Allah menggunakan bahasa yang mudah dipahami namun mengandung makna yang mendalam sehingga pembaca berorientasi untuk memikirkan lebih dalam makna dari setiap kata. Salah satu contoh penggunaan majaz dalam al-Qur’an terdapat dalam surat al-Hadid [57] ayat 20 : اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيُوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةً وَتَفَاخُرُ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرُ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرْهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٍ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيُوةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya”. Pada penggalan arti ayat di atas terdapat kata ditulis tebal yang merupakan contoh majaz yaitu kehidupan dunia hanyalah permainan. Allah menggunakan majaz tersebut sebagai ungkapan dalam menyampaikan pesan tentang ketidak-kekalan hidup di dunia, yang berarti bahwa manusia tidak boleh dengan kehidupan dunia ini dan harus mempersiapkan untuk kehidupan yang lebih kekal yaitu di akhirat. Betapa halusnya bahasa majaz yang digunakan oleh Allah dalam menyampaikan pesan tersebut hingga dapat menggetarkan hati bagi mereka yang memikirkan apa yang disampaikan-Nya. Allah menggunakan bahasa yang di mana manusia sering lalai di dunia karena menganggap mudah kehidupan di dunia tanpa memikirkan balasan di akhirat kelak. Hal tersebut sangat mengundang banyak pro kontra di antara para ulama’, misalnya Abu Muslim al-Ashfahani (ulama’ mazhab Hanafi), Abu Hawiz Mindad (ulama’ mazhab Maliki), Ibnu al-Qash (ulama’ mazhab Syafi’i), dan Abu al-Fadla (ulama’ mazhab Hambali). Mereka berpendapat bahwa penggunaan sama halnya dengan hazl atau gurauan, sehingga mereka dengan tegas menolak adanya penggunaan majaz dalam memaknai al-Qur’an maupun hadis. Akan tetapi, jumhur ulama’ membantah pendapat mereka yang mengatakan bahwa majaz disamakan dengan hazl atau gurauan. Bagi jumhur ulama’, hazl merupakan penggunaan lafadz yang tidak menunjukkan makna aslinya dan tanpa adanya hubungan antar makna. Sedangkan majaz merupakan lafadz yang tidak menunjukkan makna aslinya tetapi memiliki hubungan dalam makna. Jumhur ulama’ juga menyatakan bahwa penggunaan majaz memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Lafadz hakikat terkadang sulit untuk diucapkan serta diungkap maknanya. 2. Makna majaz dapat menghasilkan makna yang lebih tepat. 3. Makna majaz mengandung unsur memperluas makna dari suatu ungkapan. Namun dapat diambil manfaat dengan adanya majaz dalam al-Qur’an, karena dengan begitu kita sebagai orang awam dapat mengetahui bagaimana Allah meberitahu kepada kita tentang makna yang begitu dalam atau besarnya suatu kejadian dengan membuat kita berpikir lebih jauh mengenai kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan penggunaan majaz inilah menjadikan al-Qur’an bisa menggetarkan jiwa, membangkitkan renungan mendalam, dan memperkaya pemahaman manusia terhadap hakikat kehidupan. Selain itu, adanya majaz juga menjadi bukti nyata betapa luasnya khazanah sastra al-Qur’an yang terus menginspirasi generasi dari masa ke masa. Kehalusan bahasa majaz yang terkandung juga membuktikan bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat sastra yang tak tertandingi, mengajak manusia untuk memikirkan keindahan ciptaan Allah sekaligus menyelami makna hidup yang sesungguhnya. Setiap ayatnya menyentuh hati, menggugah pikiran, dan menuntun jiwa menuju cahaya kebenaran Ilahi. Mari terus mendalami al-Qur’an, tidak hanya dengan akal tetapi juga dengan hati agar hikmah dari keindahannya semakin mendalam dalam kehidupan kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.