Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vera Astuti

Ketika Guru tak Lagi Dihargai

Info Terkini | 2024-11-06 17:06:36

Jika guru tak lagi dihargai maka wajar perilaku anak sekolah semakin tak terkendali. Kata-kata ini seperti menjadi pengingat bagi kita mengapa akhir-akhir ini kasus kenakalan remaja semakin marak terjadi di tengah-tengah Masyarakat.

Salah satu bentuk tindakan tidak menghargai guru adalah upaya mengkriminalisasi mereka Ketika guru dengan susah payah mendidik akhlak mereka, menegur, menasehati, dan membimbing peserta didiknya tapi justru dikasuskan, dikriminalisasi, atau bahkan dipenjarakan, apalagi jika orang tua murid dari kalangan ornag yang memiliki pangkat dan pengaruh, mereka semakin semena-mena terhadap guru.

Kasus kriminalisasi terhadap guru honorer terus berulang, sebagaimana yang terjadi pada Bu Supriyani di Konawe Selatan, yang dijadikan tersangka atas dugaan penganiayaan terhadap seorang siswa, meskipun banyak saksi membantah tuduhan tersebut. Menurut PGRI, terdapat ketimpangan dalam perlindungan antara guru dan murid.

Di era modern, guru sering mengalami dilema besar dalam menerapkan disiplin. Di satu sisi, mereka bertanggung jawab untuk mendidik dan membentuk karakter anak. Namun, di sisi lain, mereka sering merasa takut terhadap potensi pelaporan atau konsekuensi hukum saat menegakkan disiplin. Hal ini memengaruhi perilaku siswa, yang terkadang kurang respek atau bahkan melanggar aturan di sekolah.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa guru dilaporkan karena upaya mereka dalam mendisiplinkan siswa. Kasus-kasus ini sering kali mengaburkan batas antara tindakan disiplin yang wajar dan perilaku yang dianggap tidak pantas oleh sebagian pihak. Akibatnya, banyak guru menjadi ragu untuk menerapkan disiplin karena takut akan dilaporkan oleh orang tua atau bahkan dihadapkan pada proses hukum.

Minimnya dukungan dan perlindungan hukum bagi guru memperumit peran mereka. Meskipun penerapan disiplin yang adil dan tegas adalah bagian penting dari pendidikan, sistem hukum di Indonesia belum memberikan perlindungan yang jelas bagi guru dalam menjalankan disiplin. Alhasil, tindakan disiplin yang seharusnya bersifat mendidik kerap disalahartikan sebagai hukuman yang berlebihan oleh orang tua.

Ketakutan ini memengaruhi pendekatan guru dalam mendidik siswa. Sering kali, guru merasa perlu bersikap lebih lunak, yang akhirnya mengurangi efektivitas penerapan disiplin di sekolah. Ketika aturan menjadi terlalu longgar, siswa cenderung tidak memahami batasan perilaku yang dapat diterima. Akibatnya, mereka mungkin kurang menghargai otoritas, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.

Kurangnya disiplin di sekolah juga dapat berkontribusi pada sikap siswa yang semakin tidak hormat terhadap guru maupun orang tua. Ketika tidak ada konsekuensi yang jelas untuk perilaku yang tidak sesuai, anak-anak bisa merasa bebas bertindak tanpa mempertimbangkan tanggung jawab atau dampaknya.

Namun, dilema yang dihadapi guru dalam mendisiplinkan siswa bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi moral anak. Lingkungan keluarga tetap menjadi dasar utama dalam pembentukan karakter anak, di mana mereka pertama kali belajar tentang nilai-nilai etika dan moral. Ketika keluarga tidak menerapkan disiplin yang baik atau komunikasi antara orang tua dan anak terganggu, anak-anak cenderung tidak memahami pentingnya perilaku yang sopan dan menghargai otoritas.

Walaupun keluarga adalah tempat awal anak belajar tentang nilai-nilai moral, sekolah memiliki peran penting dalam memperkuat pembelajaran tersebut. Jika kedua lingkungan ini tidak berfungsi dengan baik, perkembangan moral anak bisa terhambat, menjadikan peran guru dalam menegakkan disiplin lebih kritis.

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan payung hukum yang lebih jelas dan tegas bagi guru dalam menjalankan peran mereka sebagai pendidik. Guru memerlukan perlindungan yang memungkinkan mereka untuk mendisiplinkan siswa secara wajar tanpa khawatir terhadap dampak hukum yang tidak adil. Dukungan hukum ini akan memungkinkan guru untuk lebih efektif dalam membentuk perilaku siswa melalui disiplin yang sesuai.

Di samping itu, sekolah juga perlu memperkuat komunikasi dengan orang tua guna menciptakan pemahaman bersama tentang pentingnya disiplin yang mendidik. Jika orang tua dan guru dapat bekerja sama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, anak-anak akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai batasan perilaku yang pantas dan pentingnya menghormati otoritas.

Dari penjelasan di atas, artinya untuk membentuk moral dan etika para pesera didik, butuh sinergi yang solid antara ornag tua, sekolah, dan pemerintah. Orang-orang yang terlibat dalam mendidik moral siswa tidak boleh saling menjatuhkan atau bahkan saling mengkriminalisasi. Semua harus paham akan perannya dalam mencitapkan generasi terbaik peradaban, dan semua itu tidak mampu diwujudkan tanpa peran pemerintahan islam yang mampu merangkul banyak pihak dari berbagai kalangan untuk bersinergi mewujudkan generasi terbaik.

Betapa banyak contoh-contoh generasi terbaik di era pemerintahan islam yang mampu mengguncang dunia dengan ilmu science, agama, dan sikap nya. Bahkan para pemuda di zaman islam mampu membawa perubahan besar pada peradaban yang membuat dunia menaruh hormat pada mereka. Maka harus ada upaya menerapkan islam secara kaffah untuk mewujudkan solusi hakiki. Dengan solusi ini, kita bisa berharap bahwa anak-anak generasi mendatang akan lebih menghargai etika, disiplin, bahkan menjadi aset terbaik bangsa. Wallahu Alam Bi Ash Shawab.....

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image