Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual
Pendidikan dan Literasi | 2024-11-01 17:14:53Tipologi Belajar adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji berbagai tipe atau gaya belajar yang sering diterapkan oleh individu dalam menjalani proses pembelajaran. Tipologi adalah kajian tentang tipe. Tipe berasal dari kata Typos (bahasa Yunani), yang bermakna impresi, gambaran, atau figur dari sesuatu. Sementara itu, tipologi belajar siswa adalah cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar dan bagaimana siswa menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut.
Macam - Macam Tipologi Belajar Oleh karena itu, Hamzah B. Uno membagi Tipe belajar tersebut kepada 7 bagian yaitu
- Belajar dengan kata
- Belajar dengan pertanyaan
- Belajar dengan gambar
- Belajar dengan musik
- Belajar dengan bergerak
- Belajar dengan bersosialisasi
- Belajar dengan kesendirian
Jenis gaya belajar
tipe belajar secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu: Visual, Auditori, dan Kinestetik,
a. Gaya belajar Visual
Gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi seperti melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.[1] 1. Siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung lebih suka melihat secara langsung materi atau pelajaran yang ingin mereka pahami. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk dapat mengidentifikasi siswa dengan gaya belajar ini agar proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kompetensi mereka. Selain itu, variasi dalam penerapan kemampuan tersebut juga berpengaruh terhadap daya tarik dan minat belajar yang optimal.
b. Gaya belajar Auditori
Gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga).[1] Siswa yang memiliki gaya belajar Auditori cenderung lebih efektif dalam memahami materi ketika mereka mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian. Mereka juga mampu mencatat dan menghubungkan informasi yang diberikan dengan situasi nyata, sehingga dapat mengambil pelajaran dengan lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan gaya belajar ini, agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan optimal.
c. Gaya belajar Kinestetik
Cenderung lebih fokus pada pengalaman praktis dalam proses pembelajaran. Mereka lebih mudah memahami materi ketika terlibat langsung dalam aktivitas, dibandingkan hanya mendengarkan ceramah atau menonton video. Oleh karena itu, pendekatan yang melibatkan praktik langsung sangat penting untuk mendukung pemahaman mereka.Untuk mendukung peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, seorang guru perlu mengenali karakteristik ini dan merancang kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif.
Memberikan kesempatan untuk melakukan praktik atau unjuk kerja akan membantu mereka menyerap informasi dengan lebih efektif. Keterlibatan langsung dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan minat mereka terhadap materi yang diajarkan. Dengan memahami pentingnya gaya belajar kinestetik, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan responsif. Melalui pendekatan yang lebih interaktif, peserta didik tidak hanya akan lebih mudah memahami konsep, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan praktis yang relevan. Hal ini akan berkontribusi pada pembelajaran yang lebih bermakna dan berkelanjutan bagi mereka.
Gaya seseorang dalam mengekspresikan tujuan pembelajarannya tergantung tipe belajar yang stabil. Syaiful Bahri Djamarah membagi tipe belajar tersebut kepada 8 bagian yakni
- Mendengarkan
- Memandang
- Menulis atau mencatat
- Membaca
- Membuat ikhtisar atau ringkasan
- Mengingat
- Berpikir
- Latihan atau praktek
Perbedaan individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Individual diartikan sebagai perseorangan. Seperti menurut Lysen, mendefinisikan individu sebagai"individu", sesuatu yang merupakan keseluruhan yang tidak dapat dibagi (secara terpisah). Dalam kamus echols & shadaly ( 1975 ), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Setiap orang, anak-anak atau orang dewasa, baik dalam kelompok maupun sendiri, disebut individu.
Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Individual Dalam Belajar
A. Faktor genetic (Nature)
Faktor genetik, juga disebut faktor keturunan, adalah faktor biologis yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui mekanisme genetik. Sama seperti manusia memiliki potensi di dunia sejak mereka dilahirkan. Sebagian pakar berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang sedemikian besar terhadap perkembangan intelegensi, sikap, kepribadian, bakat anak adalah lebih disebabkan oleh upaya orang tua itu sendiri dalam memberdayakan anak-anaknya. Perbedaan genetik pada setiap individu mendasari perbedaan fisik, kepribadian, psikologis, dan perilaku, menghasilkan protein yang menjelaskan kekuatan, kecerdasan, sifat, dan perilaku lainnya, bahkan di antara saudara kandung.
B. Faktor pengaruh lingkungan (Nurture)
Perbedaan individu tidak hanya ditentukan oleh faktor bawaan tetapi juga oleh pengaruh lingkungan seorang individu berada.Lingkungan juga berperan besar dan Tidak ada orang yang mengalami lingkungan yang sama sejak lahir hingga meninggal. Perbedaan individu timbul pada rangsangan dasar yang diterima seseorang dari lingkungan internal dan eksternalnya, termasuk keluarga, teman, tingkat ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Implikasi Perbedaan Individu Terhadap Pembelajaran
· Perbedaan Biologis
Menurut Djamarah (2010), tidak ada seorang pun yang memiliki kondisi jasmani yang persis sama, bahkan terhadap anak kembar dari satu sel telur pun tetap terdapat perbedaan dalam aspek jasmani. freud kemudian membedakan kepribadian menjadi atas tiga unit mental atau struktur psikis, yaitu id, ego, dan superego.
Id merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur –unsur biologis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan implus-implus instnkif yang lebih dasar,
Ego merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinkif organisme dengan keadaan lingkungan,
Superego adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nila-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan laarangan.
· Perbedaan individu
Perbedaan individual diantara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari, karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi yang aspek fisik maupun psikologis.
· Perbedaan Psikologis
menurut Khadijah (2006), perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian. Perbedaan psikologis ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengelolaan kelas, terutama dalam penempatan anak di tempat duduk dan pengelompokan.
Implikasi Perbedaan Individu Terhadap Pembelajaran
1. Perbedaan Intelegensi
Secara umum, menurut Purwanto (1990), intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Perbedaan inteligensi ini terutama berkaitan dengan perolehan belajar. Menurut ackerman (dalam Berliner & calfee, ) proses perolehan belajar ini tersusun dari tiga fase yang masing-masing membutuhkan kemampuan intelektual yang berbeda-beda, yaitu fase kognitif, asosiatif, dan otonomi.
2. Perbedaan bakat
bakat sebagai sebuah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respons seperti kemampuan berbahasa, kemampuan music dan sebagainya.
3. Perbedaan Kecakapan Bahasa
perbedaan individual dalam perkembangan dan kecakapan bahasa anak ini telah menjadi wilayah pengkajian dan penelitian yang menarik bagi sejumlah psikolog dan pendidik. Perbedaan kecakapan berbahasa anak ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kecerdasan, pembawaan, lingkungan, fisik, terutama organ bicara dan sebagainya.
Cara Mengatasi Perbedaan Individual
Menurut Oemar Hamalik (2012: 186-192) cara-cara melayani perbedaan individual adalah sebagai berikut: akselerasi dan program tambahan, pengajaran individual, pengajaran unit, kelas khusus bagi siswa yang cerdas, kelas remidi bagi para siswa yang lamban, pengelompokan berdasarkan abilitas, dan lain-lain.
Disisi lain, menurut Nini Subini (2012: 44-53) menyatakan bahwa cara penanganan terhadap perbedaan individual dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: sistem modul, pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction), pembelajaran terprogram, sistem tugas, dan sistem keller (ARCS).
Dengan adanya penanganan yang berbeda pada individu dalam proses pembelajaran diharapkan setiap individu merasa nyaman dengan pembelajaran yang diterimanya sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar individu.
Cara Guru Menangani Dalm Perbedaaan Individual Dalam Belajar
- Memilih Metode Pembelajaran yang sesuai dengan Siswa
- Menunjukan Sikap Adil kepada Semua Siswa
- Memberikan Motivasi pada Siswa
- Mampu Berinteraksi dengan Siswa secara Baik
- Memberikan Perhatian Lebih pada Siswa yang Kurang Mahir
- Mendorong Kerjasama dan Kolaborasi
- Menciptakan Lingkungan Inklusif
Kesimpulan
Tipologi belajar anak diajarkan mencakup berbagai gaya dan pendekatan yang digunakan individu dalam menyerap dan memproses informasi. Setiap siswa memiliki preferensi unik, seperti gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik, yang mempengaruhi cara mereka belajar. Penting bagi pengajar untuk memahami dan mengenali tipologi ini agar dapat menyesuaikan metode.
Perbedaan individu dalam belajar mencakup faktor-faktor seperti kemampuan kognitif, latar belakang, motivasi, dan pengalaman. Memahami perbedaan ini memungkinkan guru untuk merancang pembelajaran yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masing-masing siswa. Dengan mengadopsi pendekatan yang beragam dan memodifikasi strategi pengajaran sesuai dengan tipologi dan perbedaan individu, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif, yang mendukung perkembangan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.