Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Siswa dengan Ragam Gaya Belajar, Tantangan Guru untuk Transfer Ilmu Pengetahuan

Eduaksi | Sunday, 14 Jan 2024, 13:17 WIB

Belajar merupakan sebuah aspek yang tidak terpisahkan dalam kehidupan, bahkan dikatakan, dalam setiap waktu dan tempat sejatinya selalu ada proses belajar yang terjadi. Manusia selalu menggunakan akal untuk memproses sebuah informasi atau hal baru yang ditemui dan inilah yang kemudian dinamakan belajar. Pendidikan adalah cara terstruktur yang memungkinkan kegiatan belajar dan mengajar terjadi dengan optimal. Pendidikan sendiri dapat terjadi di lingkup formal seperti institusi dan sekolah serta lingkup informal seperti keluarga dan masyarakat. Dalam prosesnya, pendidikan yang telah memiliki acuan pasti tentunya menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah kapasitas kemampuan otak individu untuk berpikir serta variasi gaya belajar yang dimiliki.

Howard Gardner yang merupakan professor pendidikan di Harvard University mengatakan bahwa otak manusia memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dari apa yang saat ini digunakan. Namun, setiap individu membutuhkan proses belajar yang berbeda dan pendekatan yang beragam agar kapasitas otaknya dapat digunakan secara optimal. Pendekatan ini dimaksudkan agar proses transformasi ilmu pengetahuan dari pengajar kepada pelajar dapat lebih efektif dan efisien. Terdapat tiga ragam dari gaya belajar yang saat ini diketahui, yakni visual, auditori, dan kinestetik.

Visual

Gaya belajar visual menekankan pada kemampuan individu untuk menggunakan koordinasi antara otak dengan penglihatan, sehingga pendekatan transfer ilmu perlu dilakukan dengan bukti-bukti berbentuk gambar atau visualisasi agar dapat dipahami dan diyakini. Ciri dari individu yang memiliki gaya belajar ini adalah cepat menyerap informasi yang berbentuk visual, memiliki kepekaan terhadap warna, cenderung menyenangi hal-hal artistik, adanya kesulitan dalam melakukan komunikasi atau dialog, cenderung diam dan umumnya kurang baik dalam menginterpretasikan sebuah kalimat.

Auditori

Gaya belajar auditori menekankan pada penggunaan indra pendengaran dalam pemahaman informasi, biasanya dibarengi dengan kemampuan mengingat yang baik. Pendekatan belajar yang optimal dapat dilakukan dengan menggunakan bunyi atau suara sebagai media belajar, contohnya lagu atau film. Karakteristik dari individu dengan gaya belajar ini adalah mampu mengingat dan mengulangi informasi yang didapatnya, mudah dalam berdiskusi mengenai suatu topik, menguasai materi yang disampaikan dalam bentuk suara, cenderung banyak bicara, tidak menyukai kegiatan membaca atau tidak dapat mengingat hanya dengan membaca saja, kurang bisa melakukan tugas mengarang, dan kurang memperhatikan hal-hal baru di sekitarnya.

Kinestetik

Gaya belajar kinestetik bermakna seorang individu dapat menggunakan kapasitas otak terbaiknya ketika melakukan kegiatan praktikal atau bergerak langsung untuk memahami suatu teori. Ini juga dapat dicapai dengan pendekatan adanya benda-benda nyata yang dapat disentuh atau digunakan sehingga teori dapat segara diaplikasikan. Karakter dari individu dengan gaya belajar ini adalah kebutuhan untuk menyentuh hal-hal yang ditemui, kesulitan untuk diam dan tenang serta selalu ingin menjadi aktif, mengerjakan banyak hal yang membutuhkan pergerakan, suka menggunakan benda nyata sebagai media pembelajaran, kesulitan memahami hal abstrak seperti simbol-simbol maupun lambang, menyukai kegiatan praktik dan aktivitas yang berhubungan dengan fisik.

Ragam gaya belajar tersebut lantas sangat kontras apabila dibandingkan dengan pengajaran di berbagai sekolah yang masih tergolong konvensional, artinya, belum terlalu memperhatikan bagaimana materi dapat diberikan melalui cara visual, auditori, dan kinestetik. Permasalahan yang kemudian terjadi dalam proses belajar mengajar di institusi pendidikan adalah sebagai berikut:

1. ‘Pukul rata’ kemampuan belajar siswa

Umumnya terdapat puluhan siswa yang tergabung dalam satu kelas di tingkat yang sama. Sekalipun berada di level umur yang seragam, siswa-siswa ini memiliki kemampuan belajar serta minat dan keahlian yang berbeda-beda. Permasalahannya adalah struktur yang mengikat capaian kompetensi siswa sehingga beberapa siswa digembleng untuk mengikuti pace standar dan kehilangan esensi dari program belajar mengajar.

2. Kurangnya media yang digunakan dalam proses belajar

Media belajar yang digunakan dalam proses belajar belum merata di setiap sekolah, padahal media ini penting dalam menunjang pembelajaran dan mendukung tercapainya transfer ilmu pengetahuan melalui ragam cara belajar siswa. Perlunya pemerataan fasilitas sekolah agar setiap materi dapat disampaikan dan diterima.

3. Kesejahteraan guru yang kurang diperhatikan

Guru sebagai tenaga pengajar sudah seharusnya diberikan kesejahteraan. Saat ini banyak ditemui upah guru di bawah standar setempat serta tunjangan yang masih terlalu kecil untuk tugas dan beban pekerjaan yang diberikan. Selain itu, guru juga seharusnya dibekali pelatihan-pelatihan mengenai pendekatan pembelajaran terkini sehingga dapat lebih memahami kondisi siswa. Kesejahteraan guru memiliki pengaruh bagi meningkatnya kompetensi guru dalam memberikan pengajaran di beragam pendekatan.

Solusi yang kemudian dapat diterapkan oleh guru sebagai pengajar adalah bagaimana materi pengetahuan dikemas secara kompeherensif yang mencakup ketiga gaya belajar tersebut sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Misalnya, untuk siswa dengan gaya belajar visual diberikan kesempatan menuliskan dan menggambarkan materi serta penggunaan warna yang menarik dalam media belajar. Untuk siswa dengan gaya belajar auditori diberikan kesempatan untuk membaca materi dengan suara tugas-tugas yang berhubungan dengan presentasi dan diskusi belajar, serta menggunakan lagu sebagai salah satu media belajar. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat dibantu dengan adanya kegiatan praktikum atau percobaan terkait materi, penggunaan objek nyata dalam menjelaskan sebuah informasi, serta diajak untuk berpartisipasi dalam eksplorasi lingkungan sekitarnya. Upaya-upaya ini tentunya diawali dengan analisis mengenai gaya belajar masing-masing siswa serta upaya yang seimbang yang dilakukan oleh keluarga di rumah untuk mengoptimalkan pembelajarannya. Dengan begitu, setiap siswa akan mampu memahami berbagai materi dengan kemampuan yang sama dan tidak ada yang tertinggal atau dianggap kurang pintar. Apabila berhasil dilakukan, dapat menjadi sebuah kemajuan bagi bidang pendidikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image