Jiwa yang Bereinkarnasi
Sastra | 2024-11-01 07:15:25Terlihat seorang gadis yang berumur 19 tahun sedang menuju sebuah lift dan menekan sebuah tombol rahasia, dia adalah Adella Kanara Safira, ia sudah keluar dari markas setelah menyelasaikan "urusan penting" yang ia kerjakan, ia segera melajukan mobil dan segera menuju ke apartemen miliknya, dia ingin sekali berbaring di tempat tidur kesayangannya itu.
Ketika di perjalanan entah mengapa malam ini terlihat cukup ramai pengendara yang melintas. Saat ia berada di lampu merah, terlihat sebuah mobil truk sedikit oleng, setelah dilihat lebih jelas ternyata rem truk itu blong, hingga....
Braakk!!...
Kecelakaan beruntun di lampu merah terjadi, mobil Adella terlihat hancur parah, tubuhnya mengeluarkan banyak darah dan cedera pada bagian kepala yang menyebabkan pandangannya memburam serta pendengeran yang mendengung.
Sebelum Adella kehilangan kesadarannya ia melihat sesosok berbaju hitam yang menatap dirinya dengan senyum seringai di wajahnya. Ahh.. ternyata kecelakaan ini sudah direncanakan oleh musuhnya. Kini penglihatan dan kesadaran Adella mulai menghilang dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Terlihat seorang gadis cantik bersurai golden blonde yang terbaring di kamar dengan nuansa klasik itu mulai menggerakkan satu jarinya dan perlahan sudah membuka matanya membuka dengan iris mata berwarna biru safir yang sangat indah
"Dimana ini? Bukankah seharusnya aku berada di rumah sakit sekarang atau bahkan sudah tiada, tapi apa ini?"
Ia kemudian melihat sekelilingnya yang nampak asing dan dia juga melihat tubuhnya tidak ada bercak darah yang terlihat dan kulitnya tidak ada luka sedikitpun bahkan sekarang tubuhnya dibalut oleh gaun seperti baju baju kerajaan dengan berwarna emas, hingga terlihat sangat mewah dan indah, jika saja orang lain yang melihatnya akan terpana dengan kecantikannya itu.
Adella mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan terlihat masih bingung dengan kondisinya saat ini, dia ingat betul bahwa seharusnya dia telah meninggal dunia walaupun sudah di bawa ke rumah sakit karena kehabisan darah, Adella mulai ragu jika dia sedang berada di dunia mimpi
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang masih cantik diikuti oleh beberapa pelayan dibelakangnya berjalan masuk ke dalam kamar yang ia tempati
"Dellina, kamu sudah sadar anakku"
Ucapnya sambil memelukku dengan sangat erat, bahkan sekarang aku merasa sesak di dada akibat dari pelukkannya itu.
"Heii apakah dia tidak mau melepaskan pelukannya itu, bisa bisa aku mati lagi jika tidak segera dilepaskan" geram Adella dalam hati
Wanita paruh baya yang melihat gerak gerik Adella yang mencoba melepas dekapannya membuat ia bertanya-tanya
"Ada apa denganmu sayang?" Ucap wanita itu dengan lembut
"Maaf, bisakah anda melepaskan pelukannya"
"Ah iya, maafkan ibu" ucapnya sambil mengusap surai Adella
Ibu?? Hei dia saja sudah tidak memiliki ibu. Agar tidak terjadi masalah kedepannya jadi ia memilih berpura-pura lupa ingatan, karena tidak mungkin dia mengatakan mengatakan yang sejujurnya, dia masih tidak tau apa yang terjadi padanya saat ini
"Maaf, anda siapa?, dan, siapa saya?, i-ini ada dimana?" Rentetan pertanyaan itu membuat wanita paruh baya di depannya menatap dengan heran, apakah dia hilang ingatan? Ucap Ellena dalam hati
"Sayang ini ibu, nama kamu Dellina Georgia Ester , ini dikediaman keluarga kita sayang"
Ia menjelaskan dengan lembut dan raut sedih
Brukk!!
Adella jatuh pingsan karena tiba tiba kepalanya terasa sangat sakit bahkan telinganya kembali berdengung sangat keras, lalu sebuah ingatan memaksa masuk lalu sebuah ingatan asing
"Pelayan, panggilkan tabib sekarang juga!" Titah wanita itu
Disisi lain Duke yang mendengar kabar bahwa putrinya sekarang sudah sadar bergegas menuju kamar milik Dellina.
Tak lama kemudian Duke Duchess dan juga tabib sudah berkumpul di kamar milik Dellina, Duke segera memerintahkan tabib agar langsung memeriksa keadaan sang putri
"Putri Dellina hanya kekurangan cairan dalam tubuhnya Yang mulia dan sepertinya ada sesuatu yang membuat kepala putri terbentur, menurut saya putri akan kehilangan ingatan untuk sementara waktu. Saya akan membuatkan obat obatan dan juga ramuan untuk memulihkan keadaan putri saat ini" ucap tabib
"Lakukanlah yang terbaik untuk putriku" ucapnya
"Pasti Yang mulia" ucap sang tabib
"Baiklah, kau boleh pergi dari sini" ucap Duke
"Kalau begitu saya permisi yang mulia" ucap tabib dengan hormat
"Bukankah kau akan menghadiri pesta minum teh bersama dengan Teman temanmu? biarkan putri Dellina beristirahat saat ini " ucap Duke kepada Duchess
"Benar Duke, baiklah saya akan bertemu dengan teman teman saya terlebih dahulu" ucap wanita itu dan dibalas anggukan oleh sang Duke
Disisi lain, Adella saat ini sedang bermimpi bahwa ada seorang Putri Duke bernama Dellina. Saat berusia 17 tahun dia diajak permaisuri Ellena ke sebuah danau biru yang sangat indah dan mempesona, dia bermain main di tepian tanpa mengetahui ada bahaya yang menantinya. Dengan sengaja permaisuri Ellena mendorong Dellina masuk ke dalam danau dan membiarkan tenggelam hingga tidak terlihat di permukaan air lalu meninggalkannya begitu saja. Sesampainya di Istana Ellena berlari sambil menangis dan mengadu pada Jaxon bahwa Dellina tenggelam ke dalam danu karna tergelincir, Duke Jaxon tentu sangat terkejut dan segera mencari Dellina tanpa pikir panjang, setelah menemukan Dellina dan diperiksa oleh tabib ternyata Dellina dinyatakan koma. Ellena yang mendengar bahwa Dellina koma dia sangat kesal sekaligus takut, dia sudah berusaha untuk membunuh Dellina tanpa diketahui oleh semua orang tetapi malah seperti ini, jika Dellina memberitahukan kejadian itu kepada semua orang, entah apa yang akan terjadi padanya nanti.
Dellina sekarang sudah terbangun, dia dapat menyimpulkan bahwa dia berada didalam tubuh seorang anak dari Duke dan kalau diingat ingat wanita yang memeluknya tadi itu merupakan orang yang sangat licik. Dia harus membalaskan perbuatan wanita tua itu.
"Let's play" ucapnya
Tidak terasa sudah satu minggu Adella tidak keluar dari kamar setelah kejadian itu, dia diam diam melatih fisiknya supaya tubuh yang dia tempati menjadi kuat tidak selemah yang dulu
Tok! tok! tok!
Maaf mengganggu nona, duchess memerintahkan saya untuk menyampaikan bahwa malam ini nona harus ikut makan malam bersama duke dan duchess"
"Saya tidak mau kemanapun saat ini"
"Tapi nona, ini adalah sebuah perintah jika anda tidak melakukan hal tersebut bisa saja anda- "
"Kalau kau memaksa, kau saja yang ikut makan malam bersama duke dan duchess" potong Adella dengan cepat
Tak..tak..tak..
Suara sepatu terdengar menuju kearahnya, Adella menoleh dan melihat sang duchess yang sudah berada di hadapannya
"Dellina sayang, menurutlah untuk kali ini, kita akan makan malam bersama" ucapan sang ibu seakan tidak bisa dibantah
"Haaa..terserah saja" ucap Adella dengan dingin dan segera bersiap untuk pergi yang dibantu oleh pelayan
Mendengar kata-kata dingin yang keluar dari sang anak membuat duchess semakin heran. Dulu Dellina merupakan gadis penyakitan tetapi memiliki sifat yang ceria dan juga sikap yang lemah lembut kepada semua orang, dia juga orang yang penurut tetapi kini sikap maupun sifatnya berubah 180 derajat menjadi seorang yang bersifat dingin bahkan dia merasakan bahwa aura yang dikeluarkan Dellina saat ini sangat kuat dan dominan. Dia perpikir bahwa sepertinya akan terjadi sesuatu yang membuatnya gelisah, dia pun segera beranjak keluar dari kamar Dellina
Setelah berganti pakaian Adella keluar dari dalam kamarnya, untung saja dia tidak tersesat mencari ruang makan karena ada pelayan yang menyambutnya terlebih dahulu. Sekarang semua anggota keluarga sudah berkumpul, meskipun hanya ada tiga orang.
"Akhirnya kita bisa makan malam bersama hari ini" ucap Duchess Ellena dengan senang
"Dellina, apakah kau sudah merasa membaik dari sebelumnya? Dan bagaimana dengan ingatanmu" pertanyaan itu keluar dari mulut sang Duke Jaxon Ester
"Keadaan saya sudah lebih baik yang mulia berkat dari obat dan juga ramuan yang diberikan oleh tabib, akan tetapi saya masih belum mengingat apapun yang mulia"
"Baiklah, jangan memaksakan diri untuk mengingatnya. Itu akan membuatmu sakit" ucap Duke
"Baik Yang mulia" balas Dellina
Setelah mengucapkan hal itu keheninganpun terjadi hingga
"Ekhem..Yang mulia saya meminta untuk belajar bela diri, apakah boleh?"
Aura dingin yang dikeluarkan oleh duke tiba tiba saja keluar, dia memikirkan bagaimana menolak permintaan putrinya, sedangkan kondisi putrinya saat ini belum sembuh total
"Apakah kau sanggup? Kondisimu saja belum pulih. Juga untuk apa kau belajar bela diri? "
"Saya ingin melatih kekuatan yang saya miliki Yang mulia, agar orang orang tidak menganggap saya lemah dan juga apabila terjadi pemberontakan saya bisa melindungi diri saya sendiri, apalagi sepertinya kita memiliki banyak musuh yang bersembunyi"ucapnya sambil melirik ke arah ibunya
Ellena yang ditatap terlihat gelisah apakah Dellina sudah mengetahui kejadian yang sehingga membuatnya koma, sehingga dia menatap ke arahnya dengan tajam seperti itu
"Haa...Baiklah, ayah menyetujuinya tetapi dengan syarat kau harus menguasai ilmu bela diri hingga tingkat 4 dalam dua bulan!"
"Baiklah saya menyanggupi syaratnya"
Dellina pun sudah selesai makan malam, begitu juga dengan yang lain jadi sekarang dia sudah berada di dalam kamar. Dellina memikirkan tentang syarat yang di berikan oleh duke tadi, bagi Dellina belajar ilmu bela diri tidak sulit, karena ia sebenarnya seseorang yang ahli dalam seni bela diri. Tapi tunggu sebentar... apakah ilmu bela diri disini dan di duniaku sebelumnya sama?! Aisss...kenapa baru saja terpikirkan tentang itu, astaga sekarang otaknya sedikit bermasalah
Telihat seeorang sedang serius membaca tentang ilmu bela diri di sebuah perpustakaan yang sangat luas. Ya dia adalah Dellina, dia sudah membaca sekitar 3 jam yang lalu. Dia menghabiskan seluruh halaman buku tentang ilmu bela diri hingga dia bisa menyimpulkan bahwa gerakan ilmu bela diri disini dan dunia sebelumnya sama dan juga dia mendapatkan informasi bahwa ternyata untuk melewati 1 tingkatan memerlukan 4-6 bulan, sedangkan Duke Jaxon memintanya menyelesaikan 4 tingkatan dalam waktu 2 bulan. Terdengar tidak mungkin di telinga kalian tapi itu hal yang mudah dilakukan bagi Dellina. Ayolahh...dia itu sudah berpengalaman, bahkan itu sudah menjadi hobi serta pekerjaannya dulu, ia sangat yakin dengan kemampuannya, jadi apa yang perlu dikhawatirkan.
Dellina melakukan latihan fisik dan belajar dengan ksatria tingkat 7 yang dipercaya oleh Duke. Terhitung sudah satu bulan dua minggu Dellina berlatih ilmu bela diri dan kini ia sudah mencapai tingkat 4 tinggal disempurnakan lagi
"Bagus sekali nona, anda sangat cepat mempelajari gerakan ini" ucap ksatria
"Terima kasih atas pujiannya, tapi aku belum menunjukkan semua kemampuanku" ucapku yang membuat ksatria terkekeh
Memang benar ucapannya itu, dia hanya berpura pura belajar saja supaya tidak dicurigai. Jika dia mengeluarkan seluruh kekuatannya, maka ksatria itu sudah lama berada di dalam timbunan tanah saat sedang berlatih
"Anda tinggal sedikit menyempurnakannya lagi nona" balas ksatria
"Ya aku tau" ucap Dellina menanggapinya
Malam pun tiba, terlihat Dellina sedang berada di balkon kamar sepertinya dia sedang melamunkan sesuatu
"Haa~...aku penasaran dengan wanita tua itu, seharusnya sekarang dia sudah sadar bahwa aku sudah mengetahui semuanya terlebih lagi sikap yang kutunjukkan secara terang terangan kepadanya saat makan malam itu, tetapi tidak ada sikap yang mencurigakan darinya, apakah dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya? Kira kira apa yang sedang direncanakan olehnya yaa? Ahh...aku tidak sabar dengan kejutan yang akan diberikannya"
Ekor mata Dellina menangkap sebuah bayangan hitam yang sepertinya sedang mengintai dirinya sedari tadi, dia mulai berdiri untuk melihat lebih jelas tiba tiba saja sebuah mantra hitam menuju kearahnya untung saja Dellina mempunyai reflek yang bagus sehingga mantra tersebut tidak mengenai dirinya
"Siapa kau?" Tanya Dellina
"Siapa?" Tanyaku sekali lagi
Tetapi dia langsung menyerang kembali, kekuatannya lebih besar dari pertama tadi
"Baiklah jika tidak mau menjawab" ucapku
Aku mulai menyerangnya, dia terlihat merapalkan sebuah mantra lagi, dengan cepat aku menjauh darinya. Dan ternyata itu hanyalah trik untuk kabur
"sial, lain kali tidak akan ku lepaskan penyihir itu"
Aku sempat memperhatikan postur tubuhnya sebelum menyerang tadi, aku melihat ada tato di lengan penyihir itu, sepertinya aku pernah melihat, Ohh..aku ingat! Itu sama seperti tato milik duchess Ellena di bagian tengkuk meskipun itu terlihat kecil tapi aku bisa melihatnya dengan jelas. Sepertinya tato itu adalah lambang dari sebuah perkumpulan tertentu. Aku harus memberitahukan hal ini kepada Duke, sepertinya ini adalah masalah yang serius
Sekarang aku sudah berada di depan ruangan Duke Jaxon, dua prajurit terlihat berjaga di depan ruangannya
"Selamat pagi tuan putri semoga keberkahan selalu menyertai anda" ucap prajurit sambil membungkuk
"Hmm.. apakah Duke sekarang berada di dalam?" Tanya Dellina
"Duke ada di dalam tuan putri" ucap prajurit
"Bolehkah aku masuk?" Tanya Dellina
"Silahkan putri" ucapnya sambil membungkuk
Dellina mengangguk lalu berjalan masuk ke ruangan, terlihat Duke sedang duduk di kursi kebesarannya dengan banyak tumpukan berkas di atas meja, dia sepertinya kelelahan
"Selamat pagi Duke, apakah saya mengganggu anda?" Tanyanya sembari tersenyum
"Tidak, apa yang membawamu kesini putriku?" Tanya Duke Jaxon
"Saya ingin memberitahukan hal penting tentang Duchess Ellena"
"Ada apa dengan duchess Ellena?" Tanyanya
Dellina pun menceritakan kejadian malam itu, mulai dari penyerangan dari seorang penyihir hingga tato yang mirip dengan milik Duchess Ellena
"Jadi, menurut saya anda perlu berhati hati dengan duchess Ellena" ucap Dellina
"Aku sudah tau kalau Ellena adalah seorang penyihir hitam" ucap Duke dengan santai
"APA!! kenapa anda tidak menangkapnya?" Dellina terkejut dengan fakta itu
"Ayah hanya ingin kau mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Saat kamu kecil, kau selalu bertanya hal tentang ibumu, ayah tidak sanggup mengatakan tentang ibumu yang telah tiada. Karena hal itu ayah mengangkat Ellena sebagai permaisuri selanjutnya sekaligus ibu untukmu. Semenjak itu kau selalu tersenyum dan ceria kau terlihat bahagia, hal itu membuat ayah menjadi tenang. Sampai pada kejadian kau tercebur di danau Ellena terlihat sedih, tetapi pada malam itu aku mendengar bahwa dia lah yang telah mendorongmu ke danau hingga dinyatakan koma. Jadi ayah diam-diam menyelidiki semua tentang dirinya termasuk informasi bahwa dirinya adalah seorang penyihir hitam. Ayah ingin sekali memenggal kepalanya saat itu juga, tapi ayah memikirkan tentang dirimu yang masih membutuhkan kasih sayang darinya" ucap Jaxon
"Aku mengingat bahwa Duchess Ellena yang telah mendorongku ke danau ayah, aku tidak memerlukan kasih sayang darinya lagi. Aku hanya ingin ayah selalu berada di sampingku" ucapnya sambil memeluk erat sang ayah
"Baiklah jika kau menginginkan hal itu" ucap Jaxon membalas pelukan putrinya
Dellina melepaskan pelukannya, sekarang dia harus memikirkan rencana untuk membunuh sang penyihir hitam, tapi bagaimana caranya?
"Ayah, apakah ada cara untuk membunuh penyihir hitam?" Tanya Dellina
"Haa~... sayang sekali ayah tidak mengetahui tentang hal itu, tetapi ayah pernah mendengar kalau penyihir hitam bisa dikalahkan dengan mutiara kristal dari seorang dewi" ucap Duke
"Baiklah ayah, aku akan kembali ke ruanganku" ucap Dellina
"Baiklah, selamat beristirahat" ucap Duke
Sekarang entah mengapa cuaca terlihat gelap padahal sebelumnya masih terang. Tiba tiba saja sebuah sihir mengarah pada Dellina, karena tidak ada persiapan apapun Dellina terkena serangan itu dan memuntahkan seteguk darah segar. Kebetulan Duke Jaxon melihat kejadian itu langsung menghampiri putrinya yang tidak sadarkan diri
"Sial, siapa kau?! " Ucap Jaxon
"Ck ck ck, kau tidak mengenali saya tuan?? "
Ternyata dia adalah Duchess Ellena
"Sepertinya dia sudah mengingat masa lalunya" ucap Ellena
"Apa yang kau inginkan? " tanya Jaxon
"Apa yang aku inginkan? Huh, tentu saja nyawamu! ohh jangan lupa juga benda berharga yang berada di tubuhmu itu! hahahaha.... "
"Benda berharga?" Tanya Jaxon
"Ya, kau dan istrimu itu memilikinya, akan tetapi kau saja yang bodoh tidak mengetahui jika ada mutiara dewa di dalam tubuhmu. Sedangkan istrimu, dia sangat peka bahwa aku sedang mengincarnya akan tetapi aku berhasil mendapatkan mutiara itu dengan membunuhnya. Hahahaaa ! " ucap Ellena
"Untuk apa kau mengambil mutiara itu! " sela Jaxon
"Tentu saja untuk merampasnya dan menyatukan semua kekuatan lalu membawanya pada titik awal, dimana tidak ada manusia, dewa-dewi, maupun alam semesta. Aku ingin membawanya pada kehancuran"
Duke Jaxon mulai menyerang Ellena secara membabi buta. Karena dia baru saja mengetahui bahwa istrinya di bunuh oleh Ellena
Karena lengah Jaxon tertusuk oleh pedang Ellena dan keluarlah cahaya dari dalam tubuhnya ternyata itu adalah mutiara yang dimaksud Ellena, meskipun sudah terluka dia tetap melanjutkan pertarungan. Akan tetapi lama kelamaan luka di tubuh Jaxon semakin banyak, sedangkan Ellena tidak tersentuh sedikitpun
"Menyerahlah, kau tau bahwa dirimu tidak bisa melukaiku. Lagi pula sudah terlambat untuk menghentikanku, lihatlah di atas sana mutiaranya sudah menyatu dan sebentar lagi semua sihir yang terpecah akan kembali menjadi satu" ujar Ellena sambari menatap langit
Kini ruangan yang ditempatinya hancur berantakan akibat tiupan angin yang sangat kencang, bahkan saat ini seluruh wilayah kekaisaran merasakan derasnya amukan angin, tanah yang mereka pijak bergetar, dan tumbuhan di sekitar merekapun hangus terbakar akibat pertarungan itu. Para ksatria dan prajurit menyelamatkan nyawa para warga dengan memberikan beberapa sihir milik ksatria
Jauh di alam sadar milik Adella yang asli dia berada di lautan, tubuhnya hanya berjarak 1 meter dengan air laut. Kemudian sebuah tangan menariknya masuk ke dalam lautan, Adella pun tenggelam di dalamnya, ia berusaha berenang untuk naik ke atas permukaan, namun seolah-olah ada suatu yang menariknya hingga semakin dalam. Lalu ia terbangun dan melihat ada dua orang, dan Adella kenal wajah salah satu dari mereka.
"Kau Dellina? " tanya Adella
"Ya ini aku, dan ini ibuku Celline de Ester" ucap Dellina
"Terima kasih sudah mau menempati jiwa putriku Adella" ucap Celline
"Sama-sama, tetapi apa ini? " Adella bingung
"Ini adalah alam bawah sadarmu nak, kita tidak bisa berlama lama disini jadi aku akan menjelaskannya padamu. Untuk mengalahkan Ellena kau bisa menggunakan kain putih ini, kain ini adalah kunci yang sengaja aku buat jika sewaktu waktu kejadian ini benar-benar terjadi. Perlu diketahui bahwa Ellena tidak bisa dibunuh oleh senjata milik siapapun, akan tapi dia bisa dibunuh dengan menggunakan senjata miliknya sendiri" ucap Celline
"Apakah aku bisa melakukannya?" Ucap Adella dengan ragu
"Ya, kau pasti bisa. Aku yakin dengan hal itu" ucap Celline meyakinkan Adella
Braaakk!!!
Tiba tiba suara pintu dibelakangnya terbuka dengan kencang yang membuat Adella menoleh sebentar, namun saat dia menatap kembali ke depan sudah tidak ada seorangpun disana. Telinganya mulai berdengung, kepalanya terasa sangat sakit, lama kelamaan rasa sakitnya menghilang dan diiringi suara dentingan pedang yang sedang beradu. Tetapi ia hanya melihat Duke Jaxon yang berlumuran darah dan Duchess Ellena yang masih bersih. Lalu dia melihat tangannya yang menggenggam sebuah kain berwarna putih. Ahh...dia tau, saatnya beraksi!
"Kau sudah sadar Putriku? " tanya sang Duke saat melihatku sedang berdiri
"Iya ayah, aku akan membantumu" ucap Adella
Suara dentingan pedangpun kembali terdengar tapi kali ini suaranya lebih keras. Pertarungan kali ini Adella akan membuat Ellena menyentuh kain putih yang diberikan oleh Celline
'Sepertinya aku hanya mempunyai satu kesempatan saja' ucap Adella dalam hati
"Huh! Aku tidak tau apa yang akan kau rencanakan, tapi semua itu pasti tidak berhasil" ucap Ellena
"Benarkah?, percaya diri sekali kamu" Balas Adella
Adella dan Duke Jaxon mulai menyerang Ellena bersama sama, suara dentingan pedang mengiringi setiap gerakan mereka, Jaxon tersenyum remeh saat melihat Ellena yang terpojok. Karena terlalu meremehkan musuhnya, dia tidak sadar kalau Ellena telah menusuk dadanya,ia memuntahkan cairan pekat berwarna merah yang membuat dia pingsan
"Kau!! Berani sekali kau menyentuh Duke, aku sudah menahan diri sejak tadi tapi kau tidak tau diri, beraninya kau mencoba membunuh ayahku!" Ucap Adella sangat marah
Adella langsung menyerangnya secara membabi buta, akan tetapi dia tertusuk oleh pedang Ellena, Adella menyentuh tangan Ellena yang menggenggam pedang menusuk tubuhnya, menggunakan tangan yang sebelumnya ia lilitkan dengan kain putih pemberian Celline. Ini adalah bagian dari rencananya
"Aakkhhh!!" Rintih Ellena
"Haa...akhirnyaa sudah selesai" ucap Adella
Ellena melepaskan genggamannya pada pedang yang masih tertusuk pada tubuh Adella, ia beralih memegang kepalanya yang terasa sangat sakit, detak jantung yang terasa cepat dan telinganya berdengung. Ia gagal, Ellena menatap kain putih yang bersinar ditangan Adella. Ellena pun kehilangan kesadarannya, matanya mulai menutup, lalu sebuah kabut hitam mengelilingi tubuhnya, setelah itu kabut hitam menghilang bersama dengan tubuh Ellena
Bersamaan dengan itu Duke Jaxon telah sadar, dia segera mendekat dengan putrinya yang berlumuran darah dengan pedang masih tertancap di dadanya. Mata Adella sudah tertutup namun tubuhnya dikelilingi dengan energi sihir
Mutiara yang disatukan oleh Ellena sekarang sudah terkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah batu kristal penuh dengan energi sihir. Kristal yang terhubung dengan Celline sebelumnya kini memilih Dellina sebagai jiwa yang akan dia tempati. Lalu kristal itu mendekati tubuh Dellina dan melesat masuk ke dalam tubuhnya tanpa sempat dicagah oleh Duke Jaxon
Duke Jaxon yang khawatirpun membawa tubuh Dellina kepada tabib terhebat, tanpa memperdulikan kondisi tubuhnya. Sesampainya di sebuah gubuk tua, tabib tersebut langsung memeriksa keadaan Dellina
"Putri anda mampu menahan kekuatan sihir yang besar, dia telah menjadi seorang dewi dan sebentar lagi putri Dellina akan segera terbangun saat kristal sihir itu menyatu dengan jiwanya" ucap sang tabib
"Bagaiman itu bisa terjadi?" ucap Duke
"Sepertinya 'wadah' dari kristal tersebut memberikannya kepada Putri" ucap tabib yang membuat Duke termenung
Sedangkan saat ini kesadaran Dellina berada di sebuah alam dewa yang dipenuhi dangan awan putih, dan ia berdiri tegak di atas awan dengan tubuh yang melayang. Ia melihat banyak sihir yang mendekatinya dan perlahan masuk ke dalam tubuhnya
Jari Dellina sedikit bergerak, melihat hal itu duke merasa lega tak sampai itu, duke dibuat terkejut dengan perubahan yang terjadi pada Dellina. Surai rambut yang semula berantakan kini tergerai dengan indah, pakaian yang berubah menjadi warna putih dan emas, dan sebuah tanda berbentuk bunga berwarna hitam di tengah kening mengeluarkan sihir berwarna merah
Perlahan Dellina membuka matanya dengan netra mata yang bersinar berwarna merah melihat keadaan sekitar sedang kacau, Dellina pun menyingkirkan kabut hitam, angin kembali tenang, dan udara yang segar
Ia kemudian mendekat kearah duke Jaxon
"Maaf membuatmu khawatir ayah. Masalah disini sudah selesai, sekarang aku ingin pergi" ucap Dellina
"Apa maksudmu?" Ucap Duke
"Sebenarnya aku bukanlah anakmu, tetapi entah mengapa jiwa ku tersesat di tubuh anakmu ini, namaku adalah Adella Kanara Safira" jelas Adella
Duke Jaxon terkejut mengetahui fakfa tersebut
"Lalu dimana anakku?" Tanyanya
"Anakmu sudah bersama dengan Permaisuri Celline di atas sana" jelas Adella
Duke Jaxon tertegun mendengar penjelasan dari Adella, matanya mulai memerah dengan raut wajah yang sedih, ternyata dia sudah ditinggal oleh dua orang kesayangannya. Dan Adella pun juga sama saat ini dia akan pergi sangat jauh
"Ada apa denganmu? Apakah masih ada yang sakit?" Ucap Duke dengan khawatir
"Tidak, tapi aku akan pergi jauh sekarang, terima kasih sudah mau menjadi sosok ayah untukku" lirih Adella
"Kau juga sudah kuanggap sebagai anakku Adella kanara safira"
Duke Jaxon memeluknya secara tiba tiba sehingga membuat tubuh Adella sedikit terhuyung kebelakang, keduanya saling menangis sebagai ucapan perpisahan
"Semoga kita dipertemukan kembali dan aku ingin kau nanti akan menjadi salah satu anakku" lirih Jaxon
Kemudian Adella kembali ke atas langit, lalu mengambil pedangnya dan mengeluarkan kristal sihir itu dengan paksa dari tubuhnya. Meskipun kesakitan akhirnya kristal itu berhasil keluar dari dalam tubuhnya meskipun secara paksa. Napasnya samakin mulai tidak teratur, tangan kanannya menggenggam kristal itu dengan kuat hingga hancur berkeping keping lalu menghilang. Lalu Adella menusuk tepat dijantungnya hingga mengeluarkan darah segar dari mulutnya, perlahan tubuhnya mengilang seperti kristal yang perlahan lenyap
Sekarang tidak ada yang tersisa tentang Adella, bahkan semua orang di dunia ini tidak ada yang akan mengingat namanya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.