Menjajal Telur Ramah Alergi Ciptaan Akademisi UGM
Gaya Hidup | 2024-10-30 16:37:01Salah satu persoalan terbesar penderita alergi adalah tidak bisa mengonsumsi telur ayam, hal ini karena dapat menimbulkan kekambuhan penyakitnya. Namun, penyebab ini dapat dijelaskan karena telur ayam yang dikonsumsi diproduksi oleh ayam-ayam petelur yang diberikan pakan serampangan, pakan hewani dari campuran tulang dan daging, serta adanya tambahan bahan kimiawi dan antibiotika.
Persoalan ini mendorong ahli nutrisi pakan ternak UGM, Prof. Dr. Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng untuk melahirkan produk telur yang ramah bagi penderita alergi. Pokok masalahnya adalah ayam-ayam petelur yang memproduksi telur ayam perlu diberikan intervensi pakan nabati bebas bahan kimia dan antibiotik, maka lahirlah kemudian Telur Ayam Bahagia.
Telur Ayam Bahagia, diberikan nama "Bahagia", karena ayam-ayam petelur yang dipelihara diberikan kondisi khusus alias istimewa. Ayam petelur dipelihara dengan sistem bebas kandang (kandang umbaran atau free range). Sehingga ayam tidak stress karena memiliki hak untuk berkeliaran seperti di alam liar, dapat mandi pasir dan mandi matahari.
Selain itu, pokok pentingnya adalah menciptakan produk telur ramah penderita alergi. sehingga Prof. Dr. Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng menciptakan pakan nabati fungsional dengan teknologi khusus yang diberikan kepada ayam petelur. Pakan ini bebas dari bahan kimiawi dan antibiotik karena dibuat dari pakan nabati. Sehingga telur yang dihasilkan tidak menyebabkan alergi, keren bukan?
Nah, Telur Ayam Bahagia selain ramah bagi penderita alergi ternyata juga mengandung gizi dan nutrisi yang jauh lebih tinggi ketimbang telur ayam pada umumnya. Pada uji laboratorium yang dilakukan di Universitas Gadjah Mada, telur ayam bahagia mengandung zat besi dan protein lebih tinggi.
Pada uji lab yang sama, didapat bahwa omega 3,6, dan 9 dalam Telur Ayam Bahagia lebih tinggi dan berguna bagi batita dan balita. Hal ini diperkuat hasil uji lapangan Telur Ayam Bahagia bersama Pemerintah Kabupaten Sleman yang berhasil memberantas stunting dalam waktu 90 hari saja.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.