Menjadi Kaum Santri yang Penuh Jasa dan Kontribusi
Eduaksi | 2024-10-28 16:08:17Hari Santri bukan sekadar tanggal di kalender atau upacara formalitas; hari ini menyimpan kisah keberanian dan pengorbanan yang seringkali tersembunyi di balik sejarah besar bangsa. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana semangat para santri yang dulu rela meninggalkan kenyamanan pesantren untuk berperang melawan penjajah? Mereka tidak hanya membawa kitab, tetapi juga keberanian dan tekad demi kemerdekaan. Namun, peran santri tidak berhenti di masa penjajahan. Kini, santri modern tak lagi hanya diidentikkan dengan ruang kelas atau masjid, melainkan mampu berkiprah hingga ke pemerintahan, bisnis, dan teknologi. Bagaimana mereka menjaga nilai tradisi di tengah arus modernisasi yang terus bergulir? Mari kita selami bersama dalam perjalanan sejarah dan masa depan santri Indonesia..
Peran Santri di Masa Perjuangan Kemerdekaan
Pada masa perjuangan kemerdekaan, santri tidak hanya berfokus pada ilmu agama di pesantren. Mereka juga terlibat langsung dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme. Resolusi Jihad dari KH Hasyim Asy'ari menjadi bukti nyata bahwa santri memiliki kewajiban untuk mempertahankan kemerdekaan sebagai bagian dari keimanan. Keputusan ini mendorong ribuan santri, terutama di Jawa Timur, untuk ikut angkat senjata dalam Pertempuran Surabaya pada November 1945 yang menjadi simbol perlawanan gigih rakyat Indonesia
Selain itu, banyak pesantren menjadi pusat pendidikan dan gerakan perjuangan. Para ulama dan santri menggerakkan perlawanan, bahkan mendirikan laskar-laskar santri yang siap berjihad membela kemerdekaan. Dengan nilai-nilai kemandirian dan pengabdian, mereka memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Kontribusi Santri dalam Bidang Profesional
Seiring berjalannya waktu, kontribusi santri meluas ke berbagai bidang profesional. Contoh nyatanya adalah KH Abdul Wahid Hasyim, putra KH Hasyim Asy'ari, yang menjadi Menteri Agama pertama di Indonesia. Perannya sangat signifikan dalam merumuskan kebijakan pendidikan Islam dan menyuarakan nilai-nilai keagamaan di dalam pemerintahan. Selain itu, saat ini semakin banyak alumni pesantren yang mengisi posisi penting di bidang kesehatan, pendidikan, sosial, bahkan teknologi. Mereka menunjukkan bahwa santri mampu berkompetisi di berbagai sektor dan memberikan sumbangsih nyata dalam pembangunan bangsa.
Tantangan Santri di Era Digital
Di era modern ini, santri menghadapi tantangan yang berbeda. Jika dulu mereka berperang melawan penjajah, kini tantangan utama datang dari globalisasi dan digitalisasi. Dunia teknologi yang berkembang pesat menuntut kemampuan baru yang mungkin tidak selalu diajarkan di pesantren. Santri harus mampu mengakses dan memahami teknologi agar tidak tertinggal, tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman yang diajarkan sejak dini. Kemampuan adaptasi terhadap teknologi, literasi digital, dan keterampilan lainnya adalah tantangan yang perlu dihadapi santri masa kini untuk terus relevan dan mampu bersaing di era digital ini.
Langkah yang Dapat Diambil Santri Masa Kini
Santri perlu melakukan beberapa langkah untuk menghadapi tantangan era digital. Pertama, meningkatkan literasi digital agar dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal. Kedua, belajar ilmu-ilmu umum seperti ekonomi, sains, dan sosial agar bisa berkontribusi di berbagai bidang. Ketiga, menjaga keimanan dan akhlak yang kuat sebagai landasan dalam menghadapi godaan dunia modern. Dengan pendekatan ini, santri diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya berfokus pada bidang agama, tetapi juga mampu memberikan solusi untuk permasalahan sosial, ekonomi, dan teknologi di Indonesia.
Inspirasi dari Sosok Santri Sukses
Sosok seperti KH Wahid Hasyim atau Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) menjadi bukti bahwa santri dapat memberikan pengaruh besar di berbagai bidang. Gus Dur, misalnya, adalah sosok santri yang tidak hanya menjadi Presiden Indonesia, tetapi juga memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, pluralisme, dan hak asasi manusia. Pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh umat Islam, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia. Teladan seperti ini menunjukkan bahwa santri bisa berperan di tingkat nasional bahkan internasional jika terus belajar dan mengembangkan diri.
Selain itu, tentu masih banyak tokoh inspiratif dibalik kesuksesan para santri terutama para guru ngaji di belakang mereka. Mereka para guru ngaji yang biasanya tidak terlihat namun dengan keikhlasannya mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan akhlak yang luhur kepada para santri tersebut sehingga menjadi bekal terbaik yang para santri bawa saat keluar dari pesantrennya. Demikianlah peran para guru ngaji ini. Mungkin mereka tidak pernah ke mana-mana, hanya di suraunya saja. Namun tangan ikhlasnya berhasil mencetak ratusan bahkan ribuan santri-santri unggul yang dipersembahkan untuk kemajuan negara, bangsa dan agama.
Maka dari itu, Laznas Dewan Dakwah terus berjuang mempertahankan mata rantai yang mulia ini yaitu dengan terus mengirimkan guru ngaji ke pelosok-pelosok negeri. Bekerja sama dengan STID Moh Natsir, setiap tahunnya Laznas Dewan Dakwah mengirimkan ratusan guru ngaji baru ke pedalaman negeri. Dengan tujuan untuk menyebarkan agama, mendidik akhlak dan mencerdaskan bangsa di pedalaman sana. Dengan hal itu diharapkan akan terjadi perubahan dari pedalaman-pedalaman negeri ini. Membuat daerah mereka lebih terang dengan Cahaya agama dan ilmu dan memajukan ekonomi serta budaya masyarakatnya.
Gerakan kebaikan ini bukan hanya Gerakan Laznas Dewan Dakwah seorang. Melainkan Gerakan kolaborasi Bersama ribuan donator melalui sedekah, infaq dan zakat yang dihimpun Laznas Dewan Dakwah. Himpunan tersebut menjadi motor penggerak dakwah dan Pendidikan di pelosok-pelosok Nusantara. Menciptakan santri-santri baru yang agamis, nasionalis, berdaya dan mampu menjadi penggerak kehidupan masyarakatnya.
Pesan untuk Para Santri
Sebagai generasi penerus, santri saat ini memiliki kewajiban untuk melanjutkan peran mereka sebagai agen perubahan. Tugas mereka tidak hanya untuk mempertahankan akhlak dan moral yang diajarkan di pesantren, tetapi juga untuk siap bersaing di tingkat global dengan pengetahuan yang terus berkembang. Harapan bagi santri masa kini adalah untuk tetap menjaga persatuan, saling mendukung di tengah beragam latar belakang organisasi, serta berkontribusi aktif dalam masyarakat tanpa melupakan identitas keagamaan mereka.
Mari kita rayakan Hari Santri dengan semangat kebersamaan dan persatuan. Di tengah perbedaan perspektif organisasi, santri harus saling membantu untuk membangun bangsa yang lebih baik. Teruslah belajar dan berkarya, jadilah generasi santri yang dapat membawa perubahan positif bagi Indonesia. Santri masa kini adalah generasi yang memiliki daya saing, cerdas, dan berkomitmen, siap menghadapi tantangan modern tanpa melupakan nilai-nilai pesantren yang telah membentuk mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.