Pemimpin Baru, Harapan Baru?
Politik | 2024-10-26 14:50:45Prabowo Subianto dan Gibran Raka Buming resmi dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden periode 2024-2029 pada Senin, 21 Oktober 2024 lalu. Para pendukungnya dan berbagai masyarakat ikut merayakan hal tersebut. Banyak masyarakat yang memberi doa dan harapan bahwa kepemimpinan yang baru ini akan membawa negeri tercinta ini menjadi lebih baik kedepannya. Tak lupa pula harapan agar masyarakat Indonesia dibawah kepemimpinan yang baru ini menjadi masyarakat yang makmur, yang cerdas, yang sehat dan sejahtera. Namun, banyak juga masyarakat yang pesimis, merasa siapapun yang memimpin, nasib negeri ini dan masyarakatnya tetap akan 'gini-gini aja'.
Tak salah memang berharap dan berdoa agar Indonesia dan seluruh masyarakatnya dapat merasakan kemakmuran yang diidam-idamkan. Namun, benarkah hal ini bisa terwujud, atau hal ini justru berujung pada utopia belaka?
Melihat realitas yang terjadi, rasanya ada keraguan terbesit di dalam hati. Bukan tanpa sebab, kepemimpinan yang baru ini juga hanya melanjutkan pola atau sistem yang sama yang digunakan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya, yaitu sistem kapitalisme-demokrasi.
Legitimasi dari sistem ini adalah manfaat dan materi. Artinya para penganut sistem ini berpikir serta bertingkah laku atas dasar asas manfaat. Bisa kita lihat dari kabinet yang baru dibawah kepresidenan Prabowo, semua berasal dari anggota partai pendukung koalisi atau orang-orang yang memang mendukung beliau saat pemilu. Hal ini sudah cukup menandakan bahwa orang-orang yang berada disana hanyalah orang-orang yang memiliki 'kepentingan'. Bahkan beberapa diantaranya pernah tersangkut kasus korupsi seperti Eddy Hiariej yang sekarang diangkat sebagai Wakil Menteri Hukum.
Wajar bila masyarakat pesimis karena sistem yang digunakan juga masih sistem yang sama, yaitu sistem kapitalisme-demokrasi yang terbukti sudah berpuluh-puluh tahun tidak mampu mencegah bahkan tidak mampu mengurangi kasus korupsi, tidak mampu mengentas kemiskinan, tidak mampu menjadikan generasi unggul, justru makin kesini keadaan yang buruk bertambah semakin buruk.
Oleh karena itu, pergantian sosok pemimpin haruslah sejalan dengan pergantian sistem, atau disebut juga sebagai perubahan revolusioner. Karena sejatinya manusia itu terikat dengan sistem, dan sistem mengikat manusia, sehingga apabila sistem yang rusak yang digunakan maka hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang rusak, begitu pula sebaliknya.
Perubahan yang revolusioner ini hanya bisa terwujud dengan mengembalikan pengaturan hidup kita kepada aturan Sang Pencipta manusia, yaitu sistem Islam.
Islam hadir ditengah-tengah manusia sebagai agama dan juga aturan hidup yang komprehensif. Artinya Islam bukan sekedar mengatur tata cara sholat dan doa-doa atau dzikir-dzikir, tetapi Islam juga hadir untuk mengatur urusan ekonomi, urusan kesehatan, urusan pemerintahan, urusan pendidikan dan lain-lain.
Dengan kata lain, Islam adalah sebuah ideologi. Islam punya ide dan juga cara penerapannya. Keberhasilan Islam dalam mengatur aturan hidup manusia terukir dalam jejak sejarah dari masa Rasulullah hingga kekhilafahan Turki Utsmaniy.
Sudah saatnya kita mengambil jalan perubahan yang menyeluruh ini, agar kehidupan sejahtera yang kita impikan dapat terwujud.
Allahua'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.