Jangan Lupakan Palestina: Sudut Pandang Seorang Muslim Terhadap Derita di Tanah Konflik
Edukasi | 2024-10-24 16:50:12Sebagai seorang Muslim, setiap kali mendengar berita dari Palestina, hati saya seolah terhenti. Konflik yang berkepanjangan, kekerasan yang tiada henti, dan penderitaan saudara-saudara kita di sana terus berlanjut, namun dunia tampak semakin acuh. Bahkan, ada sebagian dari kita yang mulai terbiasa mendengar berita tentang Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem seolah-olah itu hanyalah rutinitas, padahal kenyataannya, mereka hidup dalam kondisi yang penuh kesulitan, ancaman, dan ketakutan setiap hari.
Mengapa Konflik Ini Harus Tetap Menjadi Perhatian Kita?
Konflik antara Israel dan Palestina bukanlah masalah politik semata; ini adalah soal kemanusiaan, kehormatan, dan persaudaraan yang sangat erat dengan ajaran Islam. Ketika kita menyaksikan saudara-saudara kita di Palestina, anak-anak yang hidup dalam ketakutan, para ibu yang kehilangan keluarga mereka, dan para ayah yang berjuang untuk sekadar melindungi rumah dan keluarga mereka. kita sebagai sesama saudara muslim tidak bisa, dan tidak boleh, tinggal diam.
Palestina bukan hanya tanah yang memiliki makna penting secara politik atau sejarah, tetapi juga tanah suci yang Allah berkahi. Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam, berdiri di jantung Yerusalem, di tengah-tengah konflik ini. Bagi umat Muslim, tempat ini memiliki makna spiritual yang mendalam, dan oleh karenanya, setiap penderitaan yang terjadi di sana adalah penderitaan bagi kita semua.
Kesadaran yang Hilang di Tengah Kebisingan Dunia
Di era digital ini, banjir informasi membuat perhatian kita terpecah-pecah. Perang dan konflik yang berlangsung lama, seperti yang terjadi di Palestina, sering kali kehilangan daya tariknya di mata dunia karena banyaknya berita baru yang datang setiap hari. Mungkin kita berpikir, "Ini hanyalah satu lagi dari sekian banyak konflik yang terjadi di dunia."
Namun, bagi saudara-saudara kita di Palestina, konflik ini bukan sekadar berita yang lewat, melainkan realitas sehari-hari yang menghancurkan kehidupan mereka. Mereka tinggal di wilayah yang diblokade, dibatasi dalam segala aspek, mulai dari akses makanan, air bersih, hingga perawatan kesehatan. Bahkan, kesempatan untuk hidup dengan damai tampak jauh dari jangkauan. Dalam kondisi seperti ini, kita, umat Muslim yang hidup dalam kedamaian, harus menjadi suara bagi mereka yang tidak didengar.
Rasa Peduli adalah Bagian dari Iman
Dalam Islam, solidaritas dan kepedulian terhadap sesama Muslim adalah bagian yang tidak terpisahkan dari iman. Nabi Muhammad SAW bersabda:“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakan sakitnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika saudara-saudara kita di Palestina menderita, kita pun seharusnya ikut merasakan penderitaan mereka. Ketika rumah mereka dihancurkan, kita seharusnya ikut merasakan kehancuran itu. Ketika anak-anak mereka hidup dalam ketakutan, kita seharusnya merasakan tanggung jawab untuk berbuat sesuatu, meski hanya dalam bentuk doa dan dukungan moral.
Mengapa Kita Harus Terus Peduli?
Ada yang berpendapat bahwa konflik ini terlalu rumit dan kita tidak bisa berbuat banyak untuk menyelesaikannya. Namun, kita tidak boleh menyerah pada apatisme. Bagi saudara-saudara kita di Palestina, dukungan moral dari komunitas Muslim di seluruh dunia sangat berarti. Dengan mengingat dan menyoroti penderitaan mereka, kita dapat membantu menjaga semangat perjuangan mereka tetap hidup.
Selain itu, sebagai Muslim, kepedulian kita bukan hanya tentang membantu mengakhiri kekerasan, tetapi juga tentang menjaga martabat manusia. Dalam Islam, setiap kehidupan adalah suci, dan penindasan terhadap siapa pun, di mana pun, harus ditentang. Meskipun kita mungkin tidak bisa langsung menghentikan peluru atau bom, kita bisa terus menyuarakan ketidakadilan, memberikan bantuan kemanusiaan, dan berdoa untuk keselamatan serta perdamaian.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
1. Tetap Menyuarakan Dukungan: Jangan pernah merasa bahwa suara kita tidak penting. Menyebarkan kesadaran tentang penderitaan Palestina melalui media sosial, diskusi, atau forum bisa menjadi cara untuk mempertahankan perhatian terhadap masalah ini.
2. Mendoakan Mereka: Sebagai Muslim, kita percaya pada kekuatan doa. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk saling mendoakan sesama Muslim, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan. Setiap doa yang kita panjatkan untuk keselamatan mereka adalah wujud solidaritas yang nyata.
3. Membantu Secara Finansial: Jika mampu, memberikan bantuan kemanusiaan melalui organisasi terpercaya bisa membantu saudara-saudara kita di sana mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan.
4. Mengajarkan Generasi Muda Tentang Palestina: Penting bagi kita untuk memastikan generasi mendatang memahami pentingnya Palestina, baik secara spiritual maupun kemanusiaan. Jangan biarkan mereka tumbuh dalam ketidaktahuan atau sikap apatis terhadap penderitaan ini.
Penutup
Saudara-saudaraku sesama Muslim di Indonesia dan di mana pun berada, jangan biarkan konflik yang terjadi di Palestina menjadi sesuatu yang dianggap biasa. Di balik setiap berita, ada manusia nyata yang menderita. Mereka bukan hanya statistik atau angka korban, melainkan saudara-saudara kita dalam iman. Kita harus terus mengingat, mendoakan, dan berbuat sesuatu untuk mereka. Semoga Allah SWT memberikan kedamaian dan keadilan bagi saudara-saudara kita di Palestina, serta menanamkan rasa solidaritas dan kepedulian yang lebih dalam hati kita.
"Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami di Palestina, berikanlah mereka ketabahan, kekuatan, dan kedamaian. Amin."
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.