6 Alasan Distribusi Al Quran tidak Boleh Berhenti
Eduaksi | 2024-10-24 15:59:32Bayangkan sebuah taman yang hijau, namun banyak bunganya yang mulai layu karena kekurangan air. Seperti itulah jiwa dan hati orang muslim tanpa Al-Qur’an, mereka akan kehilangan sumber kehidupan spiritual yang dapat menuntun jalan hidup mereka. Namun sayangnya, itulah yang terjadi hari ini. Padahal jumlah umat Muslim di dunia terus bertambah, namun tidak semuanya memiliki Al-Qur’an untuk dijadikan pedoman. Bahkan di pelosok pedalaman dan wilayah yang dilanda konflik, sering kali sulit menemukan Al Quran, atau bahkan hancur akibat konflik yang terjadi. Jika air diperlukan untuk menyuburkan taman, maka Al-Qur’an adalah air bagi jiwa-jiwa yang haus akan petunjuk. Ini baru 1 dari 6 alasan penting kenapa distribusi Al Quran harus terus dilanjutkan bahkan ditinggikan volumenya. Mari selami artikel ini selengkapnya!
1. Jumlah Umat Islam Kian Masif Meningkat
Seperti disebutkan di atas, jumlah Muslim di dunia terus bertambah, dan ini menciptakan kebutuhan yang lebih besar akan Al-Qur'an. Muslim baru yang tersebar di berbagai negara sangat memerlukan Al-Qur'an untuk bisa mempelajari agama mereka dengan baik. Di berbagai negara, Al-Qur'an sering kali tidak mudah diakses, terutama di negara-negara minoritas Muslim. Penyebaran Al-Qur'an menjadi penting agar setiap individu Muslim, baik yang baru masuk Islam atau yang lahir dalam keluarga Muslim, dapat belajar langsung dari kitab suci ini di rumah mereka.
Data menunjukkan bahwa di beberapa negara Eropa dan Amerika, komunitas Muslim terus berkembang pesat, namun akses mereka terhadap Al-Qur'an dan literatur Islam lainnya masih terbatas. Ini menjadi panggilan bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk berperan aktif dalam mendukung penyebaran Al-Qur'an, tidak hanya di negara mayoritas Muslim, tetapi juga di wilayah yang secara demografis baru berkembang dalam Islam.
2. Sulitnya Akses Al Quran di Pedalaman
Di Indonesia sendiri, tantangan dalam penyebaran Al-Qur'an sangat dirasakan terutama di daerah-daerah pedalaman. Meski negara ini berpenduduk mayoritas Muslim, akses terhadap Al-Qur'an di pedalaman, terutama di wilayah-wilayah terpencil seperti Papua, Kalimantan, dan Nusa Tenggara, masih sangat terbatas. Banyak desa yang hanya memiliki beberapa eksemplar Al-Qur'an yang sering kali sudah rusak karena usia dan penggunaan yang berulang.
Mengingat pentingnya Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim, tidak adanya akses yang memadai terhadap kitab suci ini merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Berbagai lembaga sosial dan keagamaan di Indonesia telah bergerak dalam mendistribusikan Al-Qur'an ke pedalaman, tetapi usaha ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya. Inisiatif lebih besar dan kerjasama dari berbagai pihak diperlukan untuk memastikan bahwa setiap Muslim di pelosok negeri bisa memiliki Al-Qur'an yang layak.
3. Konflik Yang Merusak Kesediaan Al Quran
Krisis kemanusiaan dan konflik berkepanjangan di berbagai negara Muslim, termasuk Suriah, Yaman, dan Palestina, telah menghancurkan banyak infrastruktur, termasuk masjid, sekolah, dan rumah-rumah penduduk. Al-Qur'an yang ada di dalamnya pun banyak yang rusak atau hilang. Di Gaza, misalnya, serangan udara dan konflik yang berkelanjutan telah menyebabkan kerusakan masif pada fasilitas keagamaan. Banyak Al-Qur'an yang hancur bersama bangunan yang runtuh, meninggalkan komunitas tanpa akses yang memadai terhadap kitab suci mereka.
Program penyebaran Al-Qur'an ke daerah konflik menjadi krusial untuk membantu umat Muslim yang mengalami dampak langsung dari perang dan konflik. Mengirimkan Al-Qur'an ke wilayah-wilayah ini tidak hanya memenuhi kebutuhan spiritual, tetapi juga membantu menjaga keimanan mereka tetap kuat di tengah cobaan yang berat.
4. Di samping Al Quran, Iman Kian terjaga
Al-Qur'an adalah pedoman hidup seorang Muslim. Dengan membacanya, umat Islam diingatkan akan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan yang ditanamkan oleh agama. Ketersediaan Al-Qur'an yang lebih banyak dan mudah diakses tentu akan membantu menjaga hubungan manusia dengan Al-Qur'an. Ketika Al-Qur'an dapat dibaca setiap saat, iman seseorang cenderung lebih terjaga.
Studi menunjukkan bahwa orang yang secara rutin membaca Al-Qur'an cenderung memiliki ketenangan batin yang lebih baik, mampu mengelola stres dengan lebih baik, dan memiliki pandangan yang lebih positif tentang hidup. Oleh karena itu, penyebaran Al-Qur'an yang lebih massif tidak hanya penting untuk membantu umat Muslim belajar tentang agama mereka, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual mereka.
5. Al-Qur'an Sarana Dakwah Bagi Non-Muslim
Tidak hanya umat Muslim yang membutuhkan Al-Qur'an, tetapi penyebarannya juga dapat berfungsi sebagai sarana dakwah bagi non-Muslim. Dengan Al-Qur'an yang lebih banyak tersedia di tempat umum seperti toko buku, perpustakaan, dan ruang publik lainnya, non-Muslim yang tertarik untuk mempelajari Islam dapat dengan mudah mengaksesnya. Ini membuka peluang bagi mereka untuk mengenal Islam lebih dekat dan, diharapkan, mendapatkan hidayah dan masuk Islam.
Banyak cerita inspiratif tentang orang-orang yang memutuskan untuk memeluk Islam setelah membaca terjemahan Al-Qur'an. Al-Qur'an dianggap sebagai mukjizat yang tidak hanya mempengaruhi Muslim tetapi juga mereka yang ingin mencari kebenaran. Oleh karena itu, distribusi Al-Qur'an secara luas, termasuk ke non-Muslim, dapat menjadi alat dakwah yang sangat efektif.
6. Kebutuhan Al Quran dalam Bahasa Asing dan Dalam Format Lain
Selain distribusi Al-Qur'an dalam bentuk cetakan biasa, penyebarannya harus mencakup berbagai kebutuhan khusus, seperti terjemahan dalam bahasa lokal dan bahasa asing. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, dan Bugis, misalnya, sangat penting untuk memastikan bahwa penduduk yang belum fasih berbahasa Arab dapat memahami isi Al-Qur'an dengan baik.
Selain itu, Al-Qur'an Braille juga sangat dibutuhkan oleh sahabat tunanetra. Data dari WHO menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 39 juta orang tunanetra di seluruh dunia, dan penyediaan Al-Qur'an Braille merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa mereka juga bisa belajar agama dengan cara yang setara. Tidak hanya itu, penyebaran rekaman audio Al-Qur'an juga menjadi solusi bagi sahabat tunarungu, yang memungkinkan mereka menikmati bacaan Al-Qur'an dalam format yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Sudah seharusnya banyak pihak turun terlibat dalam menanggulangi hal ini. Baik itu pemerintah, Perusahaan, lembaga agama dan sosial maupun individu yang peduli terhadap keberlangsungan agama Islam di muka bumi ini. Syukurnya, makin banyak pihak yang sadar dan akhirnya turun gunung bergotong royong memecahkan masalah ini. Salah satunya adalah Laznas Dewan Dakwah. Sebagai lembaga amil zakat nasional yang berfokus pada keberlanjutan dakwah Islam, Laznas Dewan Dakwah juga memiliki program penyebaran Al Quran yang masif terutama ke pedalaman Nusantara.
Melalui jaringan dai-dai Dewan Dakwah yang tersebar di berbagai titik pelosok dan pedalaman, Laznas Dewan Dakwah berusaha mencari daerah yang membutuhkan Al Quran dan lalu menyalurkannya kepada mereka. Program distribusi Al Quran ini bekerja sama dengan industry serta masyarakat melalui dana zakat, infaq dan sedekah yang dihimpun oleh Laznas Dewan Dakwah. Menariknya tidak hanya Al Quran regular yang dibagikan, juga termasuk Al Quran braille untuk sahabat tunanetra kita. Program ini pun terus diperbesar untuk memenuhi kebutuhan Al Quran yang semakin besar setiap harinya.
Demikianlan. Karena Al-Qur'an bukan hanya pedoman bagi umat Muslim, tetapi juga alat dakwah yang kuat bagi non-Muslim yang tertarik mempelajari Islam. Dengan memperluas distribusi Al-Qur'an ke berbagai wilayah dan kelompok, kita turut berkontribusi dalam menjaga iman umat dan menyebarkan kebenaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.