Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Rizqia

Benarkah Genarasi Saat Ini Takut Menikah?

Gaya Hidup | 2024-10-24 10:50:04

Pembukaan

Berbicara terkait pernikahan tidak akan habis dalam satu kali pertemuan. Banyak aspek yang perlu di kaji lebih teliti terkait penikahan dan mewujudkan penikahan yang bahagia. Pernikahan merupakan moment sakral yang diselenggarakan oleh dua pihak. Dimana dalam penyelanggaraanya memerlukan banyak persiapan dan kesiapan.

Banyaknya persiapan dan kesiapan inilah yang membuat resah para pemuda untuk memutusakan ke jejang pernikahan atau bisa disebut dengan istilah gamaphobia. Gamaphobia atau lebih sering disebut takut menikah, merupakan suatu ketakutan seseorang dalam membentuk sebuah relasi. Individu cenderung takut untuk membuat suatu komitmen dalam sebuah ikatan penikahan.

Gamaphobia ini merupakan permasalahan yang cukup masive di beberapa Negara besar seperti China. Survey mencatat terjadi angka penikahan di China turun menjadi 4,8 persen lebih rendah dari rata-rata penikahan dunia yang menyentuh angka 5,4 persen. Berbagai alasan diuangkapakan mengapa para pemuda memutuskan untuk menunda pernikahan. Masalah terbesar yang dialami adalah munculnya kekkhawatiran akan tidak stabilnya kondisi saat ini. Pandemi yang melanda, perang, ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan factor penting yang mendukung mereka menunda penikahan.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

BPS mencatat pada tahun 2023 sendiri terjadi sebanyak 1.555.255 pernikahan, jika dibandingakan dengan tahun kemarin jumlah pernikahan di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 7,51%. Banyak hal yang melatar belakangi seseorang menunda penikahan diantaranya adalah:

1. Khawatir kehilangan jati diri dan tidak mampu mengontrol emosinya. Individu merasa khawatir penikahan bisa membuat mereka kehilangan waktu untuk dirinya serta sulit mengatur emosinya. Menikah akan membuat dirinya jauh lebih sibuk dan tidak ada waktu untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

2. Khawatir akan pengasuhan. Beberapa orang merasa khawatir jika dia tidak bisa memberikan pengasuhan yang baik. Pada beberapa individu dengan trauma pengasuhan beranggapan bahwa penikahan akan menambah masalah baru dalam hidupnya.

3. Khawatir akan bercerai. Maraknya kasus perceraian dan perselingkuhan membuat banyak wanita yang berpikir ulang untuk menikah.

4. Khawatir mengambil tanggung jawab. Dalam pernikahan tentu ada tanggung jawab yang harus diambil, beberapa orang merasa takut dengan tanggung jawab baru.

5. Khawatir akan finansial. Ketidak stabilan finansial juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi seseorang dalam pernikahan. Tuntutan hidup yang semakin berat membuat orang akan berpikir terkait kesejahteraan hidupnya.

Sumber:

https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/VkhwVUszTXJPVmQ2ZFRKamNIZG9RMVo2VEdsbVVUMDkjMw==/nikah-dan-cerai-menurut-provinsi.html?year=2023

Chang, J. 2024. Why do chinese women experience gamaphobia? Psychoanalytic theory assisted discourses analysis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image