Guru Ngaji: Pilar Pemberdayaan untuk Masa Depan Desa
Eduaksi | 2024-10-22 16:15:52Ketika kita melihat ke desa-desa pedalaman di Indonesia, yang sering kita temui adalah sebuah potret keterbatasan. Keterbatasan dalam akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur mendasar lainnya. Mengapa hingga kini masih banyak desa yang tertinggal dalam perkembangan sosial dan ekonomi? Apakah sudah cukup dengan pembangunan fisik saja untuk membawa perubahan yang nyata di sana? Atau adakah pendekatan lain yang lebih efektif dalam membangun desa dari dalam? Salah satu solusi yang mungkin tidak terlalu diperhatikan adalah keberadaan guru ngaji sebagai penggerak perubahan.
Guru ngaji, sosok yang sering dipandang hanya sebatas pengajar agama, ternyata memiliki peran yang jauh lebih luas dari itu. Mereka bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, mampu menggerakkan berbagai aspek kehidupan desa. Bagaimana mereka dapat melakukan ini, dan mengapa mereka dianggap penting dalam proses pemberdayaan masyarakat? Artikel ini akan membahas peran penting guru ngaji di desa-desa pedalaman sebagai agen perubahan sosial dan pembangunan.
Potret Daerah Tertinggal di Indonesia
Menurut data terbaru berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdapat 62 kabupaten tertinggal yang tersebar di sejumlah provinsi yang mayoritas berada di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku (situs seskab.go.id). Daerah-daerah ini mencakup wilayah-wilayah yang terisolasi secara geografis, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, minimnya akses pendidikan, serta infrastruktur yang belum memadai. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program pembangunan, hasil yang dicapai belum sepenuhnya memadai untuk membawa daerah-daerah ini keluar dari ketertinggalan.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi oleh banyak desa tertinggal adalah kurangnya sumber daya manusia yang mampu menjadi penggerak perubahan di tingkat lokal. Tanpa adanya individu yang memiliki kapabilitas untuk memimpin dan menggerakkan masyarakat, berbagai program pembangunan yang diterapkan sering kali tidak berkelanjutan. Inilah mengapa sosok seperti guru ngaji bisa memegang peran yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat.
Peran Guru Ngaji Sebagai Pemimpin Lokal
Dalam banyak komunitas di pedalaman, guru ngaji tidak hanya dikenal sebagai pengajar agama, tetapi juga sebagai tokoh masyarakat yang dihormati dan berpengaruh. Kehadiran mereka di masyarakat sering kali menjadi jangkar moral yang mengarahkan kehidupan sosial dan spiritual warga desa. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa guru ngaji berpotensi menjadi agen perubahan.
Sebagai figur yang dipercaya oleh masyarakat, guru ngaji memiliki kelebihan untuk menggerakkan masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial dan pemberdayaan. Mereka mampu menyampaikan pesan-pesan moral dan motivasi, yang sering kali lebih diterima oleh masyarakat dibandingkan program-program formal yang datang dari luar. Misalnya, dalam beberapa daerah, program pembangunan berbasis komunitas yang diinisiasi oleh guru ngaji sering kali lebih sukses karena didukung penuh oleh partisipasi masyarakat.
Selain itu, guru ngaji bisa menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dalam hal pelaksanaan program pembangunan. Dengan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan kedekatan mereka dengan warga, guru ngaji dapat membantu menjelaskan program-program pemerintah dan mendorong partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam konteks ini, mereka berperan sebagai penghubung yang penting dalam memadukan kepentingan masyarakat dan program pemerintah.
Inspirasi dari Rasulullah sebagai Pemimpin Pemberdayaan
Peran guru ngaji sebagai agen perubahan juga dapat ditelusuri kembali ke inspirasi yang berasal dari Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga melakukan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Beliau memimpin umat dalam pendidikan, ekonomi, serta pembangunan sosial dan politik. Oleh karena itu, guru ngaji di pedalaman juga dapat mencontoh langkah Rasulullah dengan memperluas peran mereka di masyarakat, tidak hanya terbatas pada pengajaran agama, tetapi juga dalam pengembangan komunitas.
Di banyak desa, guru ngaji telah memprakarsai kegiatan-kegiatan seperti gotong royong, pembinaan ekonomi berbasis syariah, hingga program pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Dengan mengikuti teladan Rasulullah, mereka dapat membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, baik secara spiritual maupun material.
Bekal yang Diperlukan untuk Menjadi Agent of Change
Agar guru ngaji dapat menjadi agen perubahan yang efektif, mereka membutuhkan sejumlah bekal. Pertama, tentu saja adalah bekal ilmu agama yang mendalam. Pengetahuan agama yang kuat akan memberikan landasan moral bagi guru ngaji dalam memimpin masyarakat. Selain itu, kepribadian yang baik dan akhlak yang mulia juga menjadi modal penting untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan menjalankan peran mereka dengan efektif.
Bekal kedua adalah kemampuan untuk berjejaring. Guru ngaji yang ingin menjadi agen perubahan perlu memiliki hubungan yang baik dengan berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat, pemerintah lokal, dan organisasi non-pemerintah (NGO). Dengan memiliki jaringan yang luas, guru ngaji dapat memfasilitasi akses masyarakat terhadap sumber daya yang lebih besar, baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun pembangunan infrastruktur.
Selanjutnya, guru ngaji juga perlu memiliki keterampilan sebagai problem solver. Mereka harus mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan mencari solusi yang tepat dan efektif. Ini termasuk melihat potensi yang dimiliki oleh masyarakat, seperti sumber daya alam lokal atau kearifan budaya, dan mengembangkan potensi tersebut menjadi sumber daya ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi dengan Masyarakat dan Pemerintah
Namun, peran guru ngaji sebagai agen perubahan tidak bisa berjalan sendirian. Mereka memerlukan dukungan dari masyarakat setempat dan juga dari pemerintah. Kolaborasi antara berbagai pihak inilah yang dapat menghasilkan perubahan yang nyata dan berkelanjutan. Pemerintah, misalnya, dapat memberikan pelatihan kepada para guru ngaji tentang manajemen sosial, ekonomi, dan kepemimpinan, sehingga mereka memiliki bekal yang lebih kuat untuk menjalankan peran mereka.
Di sisi lain, masyarakat juga harus aktif berpartisipasi dalam berbagai program yang diinisiasi oleh guru ngaji. Tanpa partisipasi masyarakat, program-program pemberdayaan tidak akan berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, guru ngaji juga perlu memiliki kemampuan untuk memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam proses perubahan.
Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia menjadi salah satu lembaga dengan program dakwah unggul di Indonesia. Salah satu program dakwah unggulan adalah pengiriman guru ngaji ke pedalaman Nusantara. Selain merekrut para dai, Dewan Dakwah melalui Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Moh Natsir juga mengkader ratusan dai baru yang para lulusannya nanti diproyeksikan bertugas dakwah di pedalaman. Dengan program ini, daerah-daerah yang tidak pernah tersentuh dakwah akhirnya mulai bersinar lentera agama di sana. Para dai yang ditugaskan ke pedalaman, berjuang untuk menanam nilai-nilai keimanan kepada masyarakat. Dan tidak hanya itu. Tidak sedikit dari para dai juga turut menggelar program-program santunan dan pemberdayaan. Sehingga bukan saja iman para penduduk yang terbangun tapi juga kemandirian dan keberdayaan para penduduk desanya juga ikut terbentuk. Sehingga mampu menopang hidup mereka lebih baik lagi.
Program dakwah ini tidak lepas dari dukungan para muhsinin yang membantu melalui zakat, infaq dan sedekah yang mereka salurkan melalui Laznas Dewan Dakwah. Dari dana kebaikan tersebut menjadi motor dan pelumas penggerak dakwah di pedalaman yang dalam waktu yang sama juga menjadi amal jariyah bagi para muhsinin tersebut. Laznas Dewan Dakwah juga membangun website laznasdewandakwah.or.id untuk untuk mempermudah penghimpunan serta transparansi penggunaan dana sebagai amanah dan bentuk tanggung jawab Laznas Dewan Dakwah. Dengan ini masyarakat dapat terlibat lebih mudah dalam program-program Laznas Dewan Dakwah khususnya program pengiriman guru ngaji ke pedalaman.
Kesimpulan
Guru ngaji di pedalaman bukan hanya pengajar agama, tetapi mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan sosial di desa-desa tertinggal. Dengan kepercayaan dan hormat yang mereka dapatkan dari masyarakat, serta kemampuan untuk berjejaring dan menjadi problem solver, guru ngaji dapat menggerakkan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang berdampak langsung pada kesejahteraan warga desa. Namun, untuk menjalankan peran ini dengan efektif, mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah. Hanya dengan kerjasama yang kuat, desa-desa tertinggal bisa bergerak menuju kemandirian dan kesejahteraan yang lebih baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.