Eksploitasi Tenaga Terdidik Demi Tuntutan Dunia Usaha Dunia Industri
Eduaksi | 2024-10-22 10:10:11Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah, mengungkapkan program Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rentan menjadi modus eksploitasi pekerja anak. Ai mengatakan banyak aduan yang masuk ke KPAI soal pelanggaran dari perusahaan yang memanfaatkan program PKL untuk mempekerjakan anak di luar kapasitas mereka. Ia memberi contoh pada 2022, sebuah hotel bintang 4 di Kota Bekasi, Jawa Barat, memanfaatkan program PKL untuk mempekerjakan anak di bawah umur. Pihak manajemen hotel diduga mempekerjakan anak-anak Sekolah Menegah Kejuruan dengan jadwal masuk lima hari kerja ditambah dua hari kerja. Menurut Ai, jadwal kerja seperti itu termasuk overtime alias melebihi jam kerja. Bahkan, beberapa dari anak-anak tersebut ada yang harus bekerja dari pagi hingga malam hari. “Bekerja bisa 13-15 jam sehari,” ucapnya di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 07 Oktober 2024 (metro.tempo.co).
Program magang atau PKL baik pada Pendidikan menengah (SMK) atau pendidikan tinggi adalah program untuk menambah ketrampilan dengan cara magang pada perusahaan. Adanya program ini konsekuensi dari adanya sekolah vokasi (Tingkat menengah ataupun pada Pendidikan tinggi yang merupakan realisasi link & match dunia Pendidikan dengan dunia industri/ Dinia Usaha Dunia Industri (DUDI). Dalam sistem kapitalisme, program ini rawan menjadi sarana eksploitasi pelajar /mahasiswa oleh perusahaan karena mengejar keuntungan. Berbagai bentuk eksploitasi yang dapat terjadi adalah beban kerja yg tinggi, jam kerja overtime, tanpa gaji, tanpa jaminan keselamatan dan kesehatan dan lain-lain. Ini semua adalah dampak dari kapitalisasi Pendidikan. Kapitalisme juga mengakibatkan hubungan antara perusahaan dan sekolah sebagai hubungan saling menguntungkan, namun merugikan peserta didik. Hal ini menimbulkan keresahan semua pihak, namun sistem hari ini tidak dapat memberi solusi
Dalam Islam, negara menyelenggarakan pendidikan untuk mencetak SDM yang berkepribadian Islam, unggul, agen perubah, trampil dan berjiwa pemimpin yang akan membangun peradaban yang mulia. Negara akan memfasilitasi sarana dan prasara yang dibutuhkan untuk mencetak SDM yang berkualitas dan trampil. Hal ini akan mudah diwujudkan karena negara dalam islam memiliki sumber daya untuk membiayai semuanya, tanpa harus tergantung kepada pihak lain. Tanpa harus mengeskploitasi output pendidikan. Pendidikan diselenggarakan murni karena memenuhi kewajiban menuntut ilmu bukan memenuhi tuntutan para pemilik modal yang membutuhkan tenaga kerja murah demi berputarnya modal mereka.
Sistem ekonomi Islam akan menjadi pedoman dalam mengatur anggaran negara. Kalaupun ada kebutuhan bekerja sama dengan pihak lain, maka tidak akan terjadi penyalahgunaan program magang/PKL yang merugikan peserta didik. Kerjasama dengan DUDI semata untuk menambah pengalaman dan ilmu para peserta didik. Sistem islam memuliakan para penuntut ilmu dengan memberikan fasilitas terbaik dalam bidang pendidikan, maka tak heran, dalam sistem Islam tercetak ilmuwan handal penyokong peradaban mulia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.