Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti suryani

FOMO, Gaya Hidup Generasi Krisis Jati Diri

Agama | 2024-10-20 05:12:05

Potret pergaulan dan gaya hidup pemuda dan gen Z dalam kancah kehidupan saat ini tidak lepas dari sistem aturan yang diberlakukan. Sistem aturan akan membentuk kepribadian dan karakter yang tergambar dalam gaya hidup saat memenuhi segala kebutuhan dan keperluan hidupnya. Sistem kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini melahirkan gaya hidup matrialistik, hedonis dan konsumerisme yang mendominasi generasi.

Gen Z dan generasi muda saat ini mengutamakan gaya hidup hedonis dan merasa ketakutan jika mereka tertinggal sesuatu yang baru atau disebut dengan FOMO (Fear of Missiong Out). Generasi yang pusat perhatianya tidak bisa lepas dan selalu mengecek media sosial, mengabadikan setiap momen semua yang dilakukan. Fenomena ini berakibat pada pengabaian potensi yang dimiliki remaja sebagai agen perubah dan juga tidak menjadikan remaja yang berprestasi dan berkarya.

Nilai materi menjadi satu-satunya nilai yang ingin dicapai dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Keberadaan agama seakan tidak penting dalam mengatur segala aktivitasnya bahkan menghilangkan peran agama dalam kehidupan. Inilah sekulerisme yang menjadi asas atas setiap perbuatan yang dilakukannya. FOMO merupakan fenomena yang menunjukkan krisis jati diri di kalangan generasi, akibat sudut pandang kapitalisme yang memaknai bahwa kebahagiaan sebatas pada kesenangan.

Regulasi yang berlaku saat ini tidak memberikan perlindungan justru menjerumuskan mereka pada lingkaran materialistik. Melalui sosial media sebagai hasil kecanggihan teknologi berhasil mencetak generasi FOMO, yang identik mencari kesenangan dunia dan senantiasa mengikuti gaya hidup kekinian yang hedon. Inilah generasi yang dilahirkan dalam sistem kapitalisme demokerasi, generasi yang abai dengan potensi diri kecuali hanya mencari kesenangan materi semata.

Generasi Dalam Pembinaan Islam

Berbeda dengan generasi yang dibentuk dan dilahirkan dalam sistem Islam. Generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang senantiasa dituntun aturan Islam sehingga memiliki kepribadian tinggi sebagai manusia yang memiliki ahlak dan berkepribadian kepribadian Islam.

Pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencari materi dan kesenangan semata, namun akan mencetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam sehingga melahirkan kepribadian Islam, segala sesuatu ditujukan untuk mencari ridha Alloh, dan Islam menjadi standar dalam melakukan seluruh aktifitasnya.

Islam memandang pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan sebagai agen perubah menuju kebangkitan Islam. Islam memiliki sistem terbaik untuk melahirkan generasi terbaik akan mampu umat yang bukan saja disegani tapi juga ditakuti musuh. Melalui penerapan Islam secara kafah seperti yang pernah terjadi pada masa kekhalifahan, Islam akan kembali menguasai dunia.

Islam memandang bahwa usia muda merupakan fase ketika manusia terkuat yang seharusnya memberikan amal terbaik. Peran negara melindungi generasi yang memiliki keimanan tinggi sebagai penerus yang akan melanjutkan peradaban. Generasi yang memiliki tujuan hidup tidak lainuntuk beribadah kepada Allah, hal ini menuntun mereka melakukan perbuatan berlandaskan ridba Allah. Pemahaman ini melahirkan pemuda yang mampu melejitkan potensinya untuk meninggikan peradaban Islam.

Generasi terbaik adalah generasi yang lahir dalam peradaban tinggi, saat Islam dijadikan sebagai sistem aturan hidup secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Maka menjadi kewajiban kita sebagai muslim untuk menegakkan kembali hukum Alloh yang menjadi solusi tuntas atas problematika yang terjadi di muka bumi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image