Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taien Dachi

Butuh Lebih dari Sekadar Hak Pilih: Mengapa Literasi Politik Penting?

Politik | 2024-10-17 14:26:00

Hai salam kenal nama saya Taien Dachi. Tulisan ini hanya sebuah opini pribadi tentang kedewasaan politik dan rendahnya literasi masyarakat kita.

Masa kampanye Pilkada Serentak 2024 sudah dimulai. Menurut Peraturan KPU Nomor 2 Tahun 2024, kampanye berlangsung dari 25 September hingga 23 November 2024.

Pemungutan suara sendiri dijadwalkan pada 27 November, dan penghitungan suara akan selesai pada 16 Desember 2024.

Setiap kali pilkada berlangsung, sengketa hasil di Mahkamah Konstitusi (MK) sering terjadi.

Beberapa pihak mengajukan gugatan karena merasa ada kecurangan, sementara yang lain mungkin sekadar tidak mau menerima kekalahan. Ini hal yang biasa dalam proses demokrasi.

Namun, sengketa hasil pilkada bisa berdampak pada keamanan dan ketertiban masyarakat.

Masyarakat Indonesia, yang sering kali kurang memahami prinsip demokrasi secara mendalam, mudah terprovokasi oleh isu-isu yang beredar.

Ada kelompok-kelompok tertentu yang menyebarkan informasi palsu demi meraih simpati atau menciptakan kebencian pada pihak lawan.

Dalam situasi seperti ini, fanatisme terhadap calon tertentu sering kali memecah masyarakat. Ketegangan antar kelompok bisa meningkat, dan konflik pun rentan terjadi, bahkan setelah MK memberikan keputusan akhir.

Pentingnya Sikap Dewasa dalam Politik

Kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari kontestasi politik yang sehat. Namun, di pilkada, kekalahan sering dianggap sebagai kegagalan besar yang sulit diterima.

Banyak calon yang justru memilih menggugat hasil tanpa alasan kuat, bahkan sebelum ada keputusan final.

Sebenarnya, setiap kandidat memiliki hak untuk menggugat jika memang ada bukti yang jelas. Namun, mengarang isu kecurangan untuk menciptakan opini negatif di media tidaklah etis.

Kandidat harus menunjukkan kedewasaan politik dengan menerima hasil pemilihan dengan lapang dada, apa pun hasilnya.

Pengaruh Opini Publik dan Rendahnya Literasi

Rendahnya minat baca di Indonesia sering dijadikan alat oleh kelompok tertentu untuk memanipulasi opini publik.

Data UNESCO menunjukkan hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang benar-benar memiliki minat baca tinggi. Bahkan, menurut survei PISA 2019, Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara terkait minat baca.

Kondisi ini membuat masyarakat mudah terjebak pada informasi palsu atau berita dengan judul yang menyesatkan. Kebiasaan ini bisa memicu ketegangan sosial, terutama saat pilkada berlangsung.

Untuk mengatasi hal ini, media harus berperan aktif dalam menyebarkan informasi yang akurat selama masa kampanye hingga pengumuman pemenang.

Dengan keterlibatan media yang netral dan seimbang, masyarakat bisa lebih mudah memahami proses pilkada dengan benar dan tidak termakan hoax.

Jika opini publik tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa sangat panjang, bahkan mempengaruhi jalannya pemerintahan baru hingga lima tahun ke depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image