Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Aini

Hari Guru Dunia: Guru Butuh Perubahan

Politik | 2024-10-14 19:49:29
Dok.Pribadi

Peringatan hari guru dunia lima Oktober yang lalu masih menyisakan PR besar bagi semua pihak dan bagi guru khususnya. Peringatan tahun ini mengangkat tema 'Valuing teacher voices: towards a new social contract for education (menghargai suara guru: menuju kontrak sosial baru untuk pendidikan)'. Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya 'suara' seorang guru. Pasalnya, suara para guru sangat diperlukan agar mereka dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya. Namun fakta di Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya. Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang belum mensejahterakan, kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak dari perilaku mulia, juga tekanan hidup yang tinggi.

Nasib Pilu Sang Guru

Gaji yang diterima guru belum sebanding dengan tenaga yang telah dicurahkan, tuntutan biaya hidup dalam sistem kapitalistik seperti di Indonesia masih belum tercukupi dengan gaji yang diperoleh guru. Biaya sehari-hari, biaya pendidikan anak-anak guru yang bisa dipastikan jarang putus sekolah, biaya kesehatan adalah contoh kecil melangitnya kebutuhan guru dan seluruh masyarakat. Dan lebih ironis lagi adalah nasib guru swasta di sekolah swasta menengah ke bawah, gajinya sangat memprihatinkan.

Selain gaji yang minim, tak jarang guru juga dipusingkan dengan kurikulum yang semakin membingungkan dan terbukti tidak menjadi solusi tuntas dalam mencetak generasi berkualitas. Kurikulum yang sering berganti atau sekadar direvisi berulang kali. Seringkali bimtek, seringkali refreshment bukan malah membuat guru semakin berkualitas dan paham dengan pergantian dan perubahan kurikulum, yang ada semakin tidak jelas dan akhirnya siswa pun menjadi korbannya, seringkali menjadi kelinci percobaan.

Ditambah lagi pernik-pernik permasalah yang menimpa atau dilakukan oknum guru. Di Malang seorang guru mengajak keluarganya meminum racun karena diduga terjebak utang ribawi, di Blitar guru dituduh melakukan kekerasan kepada muridnya hingga meninggal, belum lagi masalah pelecehan, perzinaan dan pemerkosaan yang dilakukan oknum guru. Lengkap sudah deretan permasalahan yang mendera para guru.

Guru Korban Sistem Rusak

Guru dalam sistem kapitalisme demokrasi tak ubahnya dengan profesi lain, dimanfaatkan untuk melanggengkan sistem. Guru yang mempunyai kuasa mengarahkan siswanya dijadikan corong penyampai pemikiran kufur. Kurikulum merdeka yang hanya menghasilkan generasi dengan ilmu yang dangkal, generasi yang disiapkan menjadi pekerja dan buruh, bukan generasi berilmu dan berkepribadian Islam. Lihat saja di luar sana, semakin banyak siswa yang lulus sekolah namun pengetahuannya memprihatinkan, kelakuannya mengerikan, dan kehidupannya tak mendapat jaminan. Dalam sebuah konten tentang pengetahuan umum, ironi seorang remaja menyebutkan Garut sebagai contoh negara di Eropa, tidak tahu ibu kota Jawa Barat. Giliran ketika spill harga outfit yang dikenakan, tingkahnya begitu memprihatinkan, bangga dengan brand mahal meski semuanya nebeng orang tua. Belum lagi dampak kurikulum yang terwarnai dengan penguatan moderasi beragama yang diajarkan para guru, kurikulum P5, dan muatan lain yang tidak berkaitan dengan peningkatan ilmu pengetahun dan penambahan life skill siswa.

Bukan hal yang mengherankan jika peran guru semakin melenceng dari aktivitas mulia karena para guru saat ini terkungkung dalam sistem rusak. Penguasa yang menjadi kaki tangan dan kepanjangan Barat terus memaksakan para guru untuk menjadi tim sukses kebijakan kapitalis sekular penguasa. Para guru dipaksa menjadi sekular pula, abai dengan ketentuan hukum syarak.

Islam Sistem Sempurna Penghasil Guru Berkualitas dan Sejahtera

Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menghasilkan guru yang berkualitas, bersyaksiyah Islamiyah, kemampuan terbaik, dan mampu mendidik siswanya dengan baik pula. Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas, menjadikan hukum syarak sebagai pegangan, menjadikan halal dan haram sebagai pertimbangan dalam setiap tindakan.

Islam sangat menghormati dan memuliakan guru, diantaranya memberikan gaji yang tinggi. Islam mengharuskan calon guru berkriteria tinggi, karena tugasnya berat, yaitu menjadi pembentuk syaksiyah Islamiyah pada diri anak didik. Para guru adalah hamba yang takut pada Allah. Dalam Islam guru tidak dieksploitasi namun diberikan posisi yang istimewa. Dimudahkan pekerjaannya, difasilitasi semua kebutuhan dalam meningkatkan kualitasnya. Akan tetapi semuanya akan diwujudkan ketika umat menerapkan sistem Islam yang kaffah. Menjadikan pendidikan sebagai sarana pencetak generasi gemilang, menerapkan sistem ekonomi islam yang memungkinkan negara memperoleh pemasukan melimpah untuk disalurkan ke seluruh rakyat yang membutuhkan. Dengan demikian, siapapun yang menginginkan perubahan, kesejahteraan, keslematan di dunia dan akhirat, selayaknya berjuang demi perubahan, menerapkan syariah kaffah dalam sistem islam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image