Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ponpes Darul Quran Wal Irsyad Wonosari

Memetik Hikmah dari Kisah Fudhail bin Iyadh

Agama | 2024-10-14 14:09:11
Kitab Syiar A’lam An Nubala’

Oleh: Aufa Muhibbat/Santri Kelas 11 MA Ponpes Darul Quran Wal Irsyad

Fudhail bin Iyadh adalah salah seorang sufi yang hidup pada generasi tabiut tabiin. Dia lahir di Uzbekistan pada 107 H. Dia juga menjadi guru para ulama besar seperti Imam Syafi’i, Ibnu Mubarok, Al Ja’fi, Ishaq bin Mansur As Sauli, al-Humaidy, Yahya bin al Qaththan, Abdrurrahman bin Mahdi, Qutaybah bin Sa’id, Marwan bin Muhammad, Abdurrazaq, dan juga Bisyr al Hafy. Ada kisah menarik penuh hikmah dari masa lalu Fudhail bin Iyadh yang kelam hingga mengantarkannya bertobat dan mempelajari Islam hingga menjadi ulama besar.

Pembiayaan Darul Quran Wal Irsyad Wonosari" />
Klik di sini: Pembiayaan Darul Quran Wal Irsyad Wonosari

Pada masa mudanya Fudhail bin Iyadh terkenal sebagai penjahat dan perampok yang paling ditakuti. Dia kerap melakukan aksi perampokan di rute Abiyaurot (atau ada juga yang menyebutnya Abiward sebuah wilayah di Iran dekat perbatasan Turkmenistan, sekarang wilayahnya bernama Daregaz) dan Sarkhas. Dia bandit paling ditakuti para saudagar kaya yang hendak melalui rute itu.

Imam Adz Dzahabi dalam kitab Syiar A’lam An Nubala’ menceritakan titik balik Fudhail bin Iyadh bertobat. Suatu hari, Fudhail terpesona dengan kecantikan seorang gadis. Lantas dia mengikuti gadis itu hingga ke rumahnya. Fudhail sampai-sampai menaiki tangga untuk mengamati gadis itu. Saat bersamaan dia mendengar seseorang membaca Alquran surat Al Hadid ayat 16.

اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ

Artinya: Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik. (Alquran surat Al Hadid ayat 16).

Seketika Fudhail bin Iyadh diam terpaku, dia lemparkan tangganya dan duduk penuh penyesalan. Dia begitu tersentuh dengan ayat tersebut. Kemudian dia berkata: “Benar ya Rabb telah datang waktunya (untuk bertobat)”.

Dalam penuh penyesalan dia pun pulang dan bermalam di sebuah tempat bekas reruntuhan bagunan yang biasa disinggahinya. Sejurus kemudian para musafir melintas jalur tersebut. Para musafir itu berhenti tak jauh dari reruntuhan bangunan tempat Fudhail bin Iyadh sedang beristirahat.

Di antara musafir itu ada yang begitu merasa takut dan khawatir sebab jalur yang akan dilewati itu rawan aksi perampokan yang dilakukan Fudhail bin Iyadh. Musafir itu takut dengan keberingasan Fudhail bin Iyadh. Alhasil dia merekomendasikan pada teman-temannya sesama musafir untuk mengambil jalur lain agar menghindari Fudhail bin Iyadh.

“Di jalan ini ada Fudhail bin Iyadh, aku khawatir dia akan merampok kita, mengambil harta kita,” kata salah satu musafir sambil terus menceritakan kisah keburukan Fudhail bin Iyadh.

Ternyata Fudhail bin Iyadh mendengarkan semua percakapan para musafir itu. Hati Fudhail semakin melunak mendengar banyak keburukan dirinya yang dibicarakan orang-orang. Lantas Fudhail pun bertobat.

قال ففكرت ، وقلت : أنا أسعى بالليل في المعاصي ، وقوم من المسلمين هاهنا ، يخافوني ، وما أرى الله ساقني إليهم إلا لأرتدع ، اللهم إني قد تبت إليك ، وجعلت توبتي مُجاورة البيت الحرام

Fudhail berkata: Aku pun berpikir dan berkata pada diriku; “Aku hidup malam ini dalam kemaksiatan. Beberapa orang muslim disini takut terhadap diriku. Aku yakin tidaklah Allah membawaku ke tempat mereka ini melainkan agar aku berhenti dari perbuatanku. Ya Allah sungguh aku bertaubat kepada-Mu. Dan aku menjadikan taubatku dengan tinggal di dekat Masjidil Haram.” (Lihat kitab Siyar A’lam An-Nubala’).

Sejak saat itu, Fudhail bin Iyadh bertransformasi menjadi hamba yang taat dan mempelajari ajaran Islam secara mendalam. Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa Fudhail bin Iyadh wafat pada 189 Hijriah. Ia wafat di kota suci Mekah. Ia pun mendapat julukan ’abid al-haramain (ahli ibadah di kota suci).

Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah Fudhail bin Iyadh. Di antaranya adalah mukjizat Alquran terlebih dengan keindahan bahasanya yang mampu merasuk kalbu setiap orang yang mendengarkannya. Bahkan Fudhail bin Iyadh yang terkenal kasar dan jahat langsung luluh dan lembut ketika mendengar ayat Alquran. Selain itu, dari kisah Fudhail bin Iyadh mengajarkan bahwa Allah taala selalu membuka pintu tobat bagi setiap hamba. Allah ta'ala akan memberi petunjuk bagi orang-orang yang mau bertobat.

https://lynk.id/dqwi" />
Bergabung menjadi generasi Qurani bersama Darul Quran Wal Irsyad Wonosari. Klik tautan berikut untuk informasi selengkapnya: https://lynk.id/dqwi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image