Riba Halal dan Riba Haram: Memahami Perbedaan dan Implikasinya dalam Ekonomi Islam
Agama | 2024-10-12 19:04:25Oleh Dr. Hisam Ahyani, Dosen Institut Miftahul Huda Al Azhar Kota Banjar; Direktur Madrasah Yayasan As-Syaeroji Kota Banjar
Pendahuluan: Teks ini mengkaji konsep riba dalam Islam, terutama berdasarkan tafsir al-Qurtubi, dan menyoroti implikasi spiritual serta sosial dari riba dalam konteks ajaran Qur'an. Selain itu, akan dibahas juga Surat Al-Rum yang memberikan perspektif tentang perubahan nasib umat manusia sebagai tanda kebesaran Allah.
Metode: Analisis dilakukan dengan merujuk pada beberapa ayat dalam Al-Qur'an, khususnya yang berkaitan dengan riba dan Surat Al-Rum, serta pendapat para ulama seperti Ibn Abbas dan Ikrimah. Pemahaman ini diintegrasikan dengan tafsir yang relevan untuk menjelaskan sikap manusia terhadap nikmat dan cobaan Allah.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa riba terbagi menjadi dua kategori: riba halal dan haram. Riba haram dilarang dalam syariat, sedangkan riba halal berfungsi sebagai pemberian yang bertujuan baik. Dalam Ayat 33, ditunjukkan bahwa manusia berdoa dengan tulus saat mengalami kesulitan, tetapi cenderung kembali menyekutukan Allah ketika mendapatkan nikmat. Ayat 34 memberikan peringatan akan konsekuensi dari pengingkaran terhadap nikmat Allah. Surat Al-Rum mengilustrasikan perubahan nasib umat, menekankan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, yang mengingatkan umat akan kekuasaan-Nya.
Diskusi: Teks ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan konsekuensi tindakan serta sikap manusia yang sering berubah-ubah. Ayat 38 mendorong umat untuk memberikan hak kepada kerabat dan mereka yang membutuhkan, sedangkan Ayat 39 menekankan bahwa riba tidak akan mendatangkan pahala, tetapi zakat dengan niat yang tulus akan dilipatgandakan pahalanya.
Kesimpulan: Pemahaman tentang riba dan sikap terhadap nikmat serta ujian sangat penting dalam konteks spiritual dan sosial umat Islam. Surat Al-Rum menambahkan dimensi pemahaman bahwa kehidupan penuh dengan perubahan dan ujian yang merupakan bagian dari rencana Allah. Diharapkan, dengan kesadaran ini, umat dapat memperbaiki perilaku serta meningkatkan hubungan sosial dan spiritual dalam masyarakat.
Pembahasan
والربا الزيادة ، وقد مضى في ( البقرة ) معناه ، وهو هناك محرم وهاهنا حلال . وثبت بهذا أنه قسمان : منه حلال ومنه حرام . قال عكرمة في قوله تعالى : وما آتيتم من ربا ليربو في أموال الناس قال : الربا ربوان ، ربا حلال وربا حرام ; فأما الربا الحلال فهو الذي يهدى ، يلتمس ما هو أفضل منه .
Berikut terjemahan teks tersebut dalam bahasa Indonesia:
"Dan riba adalah tambahan, dan telah dijelaskan maknanya dalam (Al-Baqarah), di mana di sana riba diharamkan dan di sini halal. Dengan ini terbukti bahwa riba memiliki dua jenis: ada yang halal dan ada yang haram. Ikrimah berkata tentang firman Allah: 'Dan apa yang kalian berikan dari riba agar ia bertambah di harta manusia,' ia berkata: 'Riba itu ada dua jenis, riba halal dan riba haram; adapun riba halal adalah yang diberikan sebagai hadiah, yang dicari untuk mendapatkan yang lebih baik darinya.'"[1]
Dalam tafsir al-Qurtubi tentang Riba : [2]
### Ayat 33:
"وإذا مس الناس ضر دعوا ربهم منيبين إليه ثم إذا أذاقهم منه رحمة إذا فريق منهم بربهم يشركون"
Ketika manusia mengalami kesulitan, seperti kelaparan atau penderitaan, mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan penuh ketulusan. Menurut Ibn Abbas, mereka datang kepada-Nya dengan sepenuh hati dan tanpa menyekutukan-Nya. Ini menunjukkan keheranan Nabi terhadap orang-orang musyrik yang tidak kembali kepada Allah meskipun ada banyak bukti. Ketika orang-orang kafir ini mengalami kesulitan, mereka menyeru Tuhan mereka untuk menghapuskan kesulitan tersebut, hanya kepada-Nya tanpa menyebut berhala. Mereka tahu bahwa tidak ada jalan keluar dari berhala-berhala itu. Namun, setelah mereka merasakan nikmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka kembali menyekutukan Allah dalam ibadah.
### Ayat 34:
"ليكفروا بما آتيناهم فتمتعوا فسوف تعلمون"
"Untuk mengingkari apa yang telah Kami berikan kepada mereka." Ada yang mengatakan bahwa ini adalah untuk menunjukkan maksud tertentu, sementara yang lain mengartikan sebagai ancaman. "Maka nikmatilah, nanti kalian akan tahu." Ini adalah ancaman dan peringatan. Dalam mushaf Abdullah, dituliskan "وليتمتعوا" (dan biarkan mereka menikmati), menunjukkan bahwa Allah memberikan mereka kesempatan untuk menikmati, dan ini adalah berita tentang yang tidak tampak.
### Ayat 35:
"أم أنزلنا عليهم سلطانا فهو يتكلم بما كانوا به يشركون"
"Apakah Kami menurunkan kepada mereka bukti yang berbicara tentang apa yang mereka sekutukan?" Ini adalah pertanyaan yang mengandung makna penekanan. Menurut al-Dhahak, "sultan" di sini berarti kitab, dan ini juga disampaikan oleh Qatadah dan al-Rabi' bin Anas. Ada yang menyebut bahwa sultan itu bisa diartikan sebagai bukti atau argumen.
### Ayat 36:
"وإذا أذقنا الناس رحمة فرحوا بها وإن تصبهم سيئة بما قدمت أيديهم إذا هم يقنطون"
"Ketika Kami memberikan rahmat kepada manusia, mereka bergembira. Namun, jika mereka ditimpa kesulitan akibat perbuatan mereka sendiri, mereka menjadi putus asa." Menurut Yahya bin Salam, rahmat ini bisa berupa kesejahteraan, kelimpahan, atau keamanan. "Jika mereka ditimpa kesulitan," artinya bencana atau hukuman. "Dengan apa yang telah mereka kerjakan," menunjukkan bahwa ini adalah akibat dari dosa-dosa mereka. "Mereka menjadi putus asa," menggambarkan sikap putus asa orang-orang kafir ketika menghadapi kesulitan.
### Ayat 37:
"أولم يروا أن الله يبسط الرزق لمن يشاء ويقدر إن في ذلك لآيات لقوم يؤمنون"
"Apakah mereka tidak melihat bahwa Allah meluaskan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan bagi siapa yang Dia kehendaki?" Ini menunjukkan bahwa kekayaan dan kemiskinan adalah bagian dari ujian bagi orang beriman. "Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
### Ayat 38:
"فآت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ذلك خير للذين يريدون وجه الله وأولئك هم المفلحون"
"Berikan kepada kerabat hak mereka, kepada orang miskin, dan kepada musafir." Ini adalah perintah Allah untuk memberikan kepada yang berhak, dan ini adalah tindakan baik yang mendekatkan diri kepada Allah. "Itu lebih baik bagi orang yang ingin mencari keridhaan Allah, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung." Ini mengisyaratkan bahwa memberi kepada kerabat adalah amal yang utama.
### Ayat 39:
"وما آتيتم من ربا ليربوا في أموال الناس فلا يربوا عند الله وما آتيتم من زكاة تريدون وجه الله فأولئك هم المضعفون"
"Dan apa yang kalian berikan sebagai riba agar itu bertambah di dalam harta manusia, maka itu tidak akan bertambah di sisi Allah. Namun, apa yang kalian berikan sebagai zakat dengan tujuan mencari keridhaan Allah, maka mereka itulah yang dilipatgandakan." Ini menjelaskan bahwa riba tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah, sementara zakat yang dikeluarkan dengan niat yang tulus akan dilipatgandakan pahalanya.
Tafsir ini menunjukkan pentingnya kesadaran akan konsekuensi dari tindakan kita, sikap manusia terhadap nikmat dan ujian, serta anjuran untuk memberi dengan niat yang tulus kepada sesama.
Simpulan
Dalam kajian mengenai riba, terdapat dua kategori yang perlu dipahami secara mendalam, yaitu riba halal dan riba haram. Riba halal, sebagaimana dijelaskan dalam tafsir, mencakup transaksi yang bersifat memberikan manfaat tanpa ada unsur penipuan atau eksploitasi, seperti hadiah yang diharapkan dapat membawa kebaikan. Sementara itu, riba haram merujuk pada praktik yang melibatkan peningkatan nilai harta secara tidak sah, yang dapat merugikan pihak lain dan dilarang dalam syariat Islam.
Perbedaan antara keduanya terletak pada niat dan dampak dari praktik tersebut. Riba halal, jika dilakukan dengan niat yang tulus untuk membantu dan memberikan kebaikan, dapat mendatangkan pahala, sedangkan riba haram akan mendatangkan konsekuensi negatif, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memahami dan membedakan antara kedua jenis riba ini dalam konteks ekonomi, agar dapat menjalankan aktivitas keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang adil dan beretika.
Pemahaman yang baik tentang riba halal dan riba haram tidak hanya mendukung kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga mendorong praktik ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan. Dengan demikian, masyarakat dapat terhindar dari praktik yang merugikan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui tindakan yang benar dan bijaksana.
---
Simpulan ini merangkum pemahaman dasar mengenai riba dan implikasinya, sekaligus mengajak pembaca untuk berkomitmen terhadap prinsip-prinsip ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sumber Rujukan
[1] “القرآن الكريم - تفسير القرطبي - تفسير سورة الروم - الآية 39,” 39, accessed October 12, 2024, https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/qortobi/sura30-aya39.html.
[2] “تفسير الآية 33 إلى 41 من سورة الروم تفسير القرطبي,” accessed October 12, 2024, https://surahquran.com/tafsir-alqurtubi/408.html#google_vignette.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.