Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amalia Ayu Azzahra

Makanan Otak: Bagaimana Burnout Pada Mahasiswa Dapat Diatasi Melalui Makanan Bergizi?

Rubrik | 2024-10-11 20:52:59

Kerap kali dijumpai kasus mahasiswa yang mengalami tekanan mental, khususnya akibat burnout dalam dunia perkuliahan akibat padatnya jadwal akademik. Burnout pada mahasiswa juga didukung oleh salah satu faktor berupa keseharian mahasiswa yang terbiasa memakan makanan instan dan junk food yang jauh dari aspek gizi dan nutrisi yang mencukupi. Gizi yang cukup berperan penting dalam meningkatkan fokus dan mengurangi burnout. Secara langsung, burnout yang terjadi pada mahasiswa tentunya mengganggu fokus dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan akibat tekanan mental yang dihadapi. Menurut kamus psikologi American Psychological Association (APA), burnout merupakan kelelahan fisik, emosional atau mental, disertai dengan penurunan kinerja dan sikap negatif pada diri sendiri dan orang lain. Secara spesifik, burnout akademik merupakan kondisi seseorang yang merasakan kelelahan secara fisik, mental, maupun emosional yang diikuti oleh perasaan untuk menarik diri dari lingkungan serta menilai diri secara rendah yang menyebabkan kejenuhan dalam belajar, ketidakpedulian terhadap tugas akademik, dan kurangnya motivasi sehingga penurunan prestasi tidak dapat dihindarkan.

Terdapat enam indikator yang mempengaruhi burnout, yaitu reward, community, workload, control, value, dan fairness (Maslach and Leiter, 1999). Dalam konteks burnout yang disebabkan oleh padatnya jadwal kuliah serta kebiasaan mahasiswa untuk memakan makanan instan dan junk food, beberapa indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, reward adalah kurangnya pemberian apresiasi bagi mahasiswa untuk menciptakan rasa semangat. Community adalah mahasiswa yang memiliki lingkungan yang tidak mendukung untuk menerapkan pola makan empat sehat lima sempurna. Workload adalah beban tugas yang diberikan secara terus-menerus yang mengakibatkan mahasiswa abai dengan kebutuhan makanan dengan nutrisi yang cukup. Control adalah rendahnya kesadaran mahasiswa dalam pengambilan keputusan memilih menu makanan sehat. Value merupakan kebutuhan akan meraih nilai IPK tinggi yang menyebabkan mahasiswa mengabaikan kesehatan mental dan fisik dalam pengerjaan tugas. Fairness merupakan rasa ketidakadilan bagi mahasiswa ketika tugas dipersulit dan dihambat dalam pengerjaannya. Dampak yang disebabkan oleh burnout pada mahasiswa selain penurunan fokus juga perubahan sikap dalam diri seperti mudah takut dan emosional akibat konstruk mental yang akan menyebabkan ketegangan mental.

Perbaikan pola makan sehat dan bergizi dapat membantu meningkatkan fokus dan mengurangi burnout. Menurut Tony Arjuna, M.NutDiet, Ph.D,AN. APD dari Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, apabila mahasiswa kekurangan gizi akibat lebih memilih makanan instan dan kurangnya asupan makanan mengandung serat, maka akan mengakibatkan tingkat kecerdasan dan produktivitas menjadi rendah. Makanan dengan makronutrien dibutuhkan mahasiswa karena mengandung asam amino diperlukan untuk transportasi aktif di otak sehingga dapat meningkatkan konsentrasi. Beberapa sayuran yang mengandung asam amino adalah brokoli, bayam, asparagus, tauge, dan kembang kol. Selain itu, Mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung triptofan tinggi seperti nanas, pisang, kiwi, plum, tomat, dan biji-bijian dapat meningkatkan produksi neurotransmitter, yakni serotonin. Serotonin membantu mengendalikan suasana hati yang stabil sehingga dapat mengatasi efek dari burnout.

Jika ditelusuri lebih jauh, alasan mahasiswa lebih memilih makanan instan ketimbang makanan sehat karena mereka berpikir bahwa makanan instan cenderung lebih praktis dan murah. Padahal, mengonsumsi makanan sehat tidak harus mahal, membeli lauk sayur di warung Tegal atau yang kerap disebut warteg pastinya mudah dijumpai mahasiswa di lingkungan sekitar kampus dan memiliki harga yang terjangkau bagi kantong mahasiswa. Makanan yang terdapat di warung tersebut lebih sehat bagi kesehatan jangka panjang karena terdapat berbagai variasi menu sayuran yang bernutrisi dan bermanfaat bagi otak untuk kelancaran proses kognitif serta membantu mahasiswa dalam berkonsentrasi. Makanan sehat tidak hanya memberikan gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi juga membantu mengurangi risiko masalah kesehatan yang dapat memperparah burnout yang sering dialami mahasiswa. Dengan mengganti junk food dengan menu makanan yang lebih baik, mahasiswa dapat menjaga kesehatan fisik dan mental mereka.

Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa yang dituntut untuk berada di bawah tekanan akan tugas-tugas yang diberikan hendaknya mengutamakan kesehatan di atas hal apapun. Meskipun berat, menyeimbangkan dan memanajemen waktu untuk menyempatkan diri memilah pola makan secara sehat yang berujung pada konsumsi makanan instan untuk mempersingkat waktu, apabila hal tersebut berlangsung secara terus-menerus akan memperparah kondisi burnout dan menurunkan produktivitas mahasiswa. Diperlukan kesadaran diri dan tekad yang kuat untuk mengubah pola makan sehat, dapat dimulai dengan konsumsi buah-buahan secara rutin di minimarket terdekat untuk melengkapi asupan nutrisi dan memulai untuk memakan sayuran di warung terdekat. Dengan fisik yang kuat dan mental yang sehat dapat memperlancar mahasiswa untuk meraih kompetensi akademis yang cemerlang dan menghadapi tuntutan akademis dengan suasana hati yang stabil.

Karya oleh Amalia Ayu Azzahra Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image